memilik modal yang kecil tapi petani penyakap masih mau menggunakan faktor produksi yang sama besarnya dengan pemilik penggarap karena faktor produksi
yang digunakan ditanggung bersama antara petani penyakap dengan pemilik lahan dan biasanya biaya produksi dihitung setelah selesai panen. Faktor produksi bisa
dipinjam pada pedagang pupuk yang ada lokasi penelitian. Aspek lain yang juga menyebabkan petani penyakap tetap bertahan sebagai petani penyakap karena
tidak ada pilihan lain.
6.3. Analisis Pendapatan dan Biaya
Ada tiga variabel yang perlu diketahui saat melakukan analisis usahatani. Ketiga variabel tersebut antara lain adalah penerimaan, biaya, dan pendapatan
usahatani. Cara analisis terhadap tiga variabel ini sering disebut dengan analisis anggaran arus uang tunai cash flow analysis. Menurut Soekartawi 1995
penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga jual, biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani.
Sedangkan yang dimaksud dengan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Selanjutnya Soeharjo dan Patong 1977
menyebutkan bahwa analisis pendapatan usahatani mempunyai kegunaan bagi pemilik faktor produksi dimana dua tujuan utama dari analisis pendapatan, yaitu
1 menggambarkan keadaaan sekarang dari suatu kegiatan usahatani, dan 2 menggambarkan keadaan yang akan datang dari suatu kegiatan usahatani.
Analisis pendapatan usahatani sangat bermanfaat bagi petani untuk mengukur tingkat keberhasilan dari usahataninya.
Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya produksi yang dikeluarkan Debertin 1986. Dalam penelitian ini biaya produksi yang
diperhitungkan adalah biaya produksi tidak tetap dan sebagian biaya produksi tetap, karena sebagian biaya tetap misalnya pajak lahan, iuran rigasi tetap
dibayarkan oleh petani. Namun demikian pendapat Kay 1981 bahwa keuntungan usahatani yang diperoleh merupakan keuntungan jangka pendek sehingga biaya
tetap dianggap tidak mempengaruhi keuntungan. Penerimaan, biaya dan keuntungan yang diperoleh petani padi VUB dan VUL dapat dilihat pada Tabel
20.
Penerimaan, biaya dan keuntungan yang diperoleh petani padi VUB dan VUL tidak berbeda secara statistik. Hal ini disebabkan karena penggunaan input
yang tidak berbeda dan produksi yang tidak berbeda maka akan memberikan keuntungan yang tidak berbeda juga. Implikasinya bahwa untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih besar lagi bagi penggunaan padi VUB maka perlu penggunaan faktor produksi yang memadai sampai pada tingkat tertentu sehingga
produksi yang dihasilkan bisa lebih tinggi. Sebagaimana dikatakan Gathak dan Ingersent 1984, bahwa pada tingkat pemakaian faktor produksi yang lebih tinggi
output yang dihasilkan teknologi baru akan lebih tinggi dari teknologi lama. Dengan adanya peningkatan produksi VUB yang lebih tinggi ini diharapkan
petani dapat memperoleh penerimaan yang lebih besar sehingga pendapatannya bisa lebih besar dibanding padi VUL.
Tabel 20. Analisis Pendapatan dan Biaya per Ha Usahatani Padi VUL dan VUB No. Uraian
Padi VUL Padi VUB
t-test Sig.
2-tailed 1. Penerimaan Rp
15 428 533 15 826 499
0.466 0.642
3. Total Biaya Rp 5 701 020
5 307 881 -0.609
0.544 4. Keuntungan Rp
9 727 513 10 518 617
0.896 0.373
RC 2.71
2.98 Keterangan : tidak ada berbeda pada taraf
α = 0.05 uji-t antara usahatani padi VUL dan VUB.
RC merupakan perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi. Artinya nilai RC menunjukkan besar imbalan yang diperoleh untuk setiap satu
rupiah yang dikorbankan. Dari Tabel 20 menunjukkan bahwa RC padi VUL 2.71, ini berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani padi
VUL akan menghasilkan tambahan penerimaan sebesar 2.71 rupiah. RC padi VUB 2.98, ini berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam
usahatani padi VUB akan menghasilkan tambahan penerimaan sebesar 2.98 rupiah. Jika dilihat dari RC dari kedua usahatani padi tersebut maka
menguntungkan dan layak diusahakan. Penerimaan, biaya dan keuntungan yang diperoleh petani padi VUL dan
VUB berdasarkan status penguasaan lahan dapat dilihat pada Tabel 21.
Penerimaan, biaya dan keuntungan yang diperoleh petani padi VUL pemilik penggarap dan penyakap tidak berbeda secara statistik. Hal ini disebabkan karena
penggunaan input yang tidak berbeda dan produksi yang tidak berbeda maka akan memberikan keuntungan yang tidak berbeda juga. RC dari padi VUL lebih 1,
baik pada pemilik penggarap maupun pada penyakap maka usahatani padi VUL menguntungkan dan layak diusahakan.
Tabel 21. Analisis Pendapatan dan Biaya per Ha Usahatani Padi VUL Pemilik Penggarap dan Penyakap
No. Uraian Usahatani VUL
Pemilik Penggarap
Penyakap t-test Sig.
2-tailed 1.
Penerimaan Rp 15 946 490
14 990 262 0.571 0.570
2. Total Biaya Rp
6 781 126
4 747 530
1.479 0.149 3.
Keuntungan Rp 9 165 364
10 242 732
-0.618 0.540 4. RC
2.35
3.16
Keterangan : tidak ada berbeda pada taraf α = 0.05 uji-t antara usahatani padi
VUL pemilik penggarap da penyakap Begitu juga penerimaan, biaya dan keuntungan yang diperoleh petani padi
VUB pemilik penggarap dan penyakap tidak berbeda secara statistik. RC pada padi VUB baik pada pemilik penggarap maupun pada penyakap juga lebih 1
sehingga menguntungkan dan layak diusahakan Tabel 22. Implikasinya bahwa status penguasaan lahan tidak mempengaruhi pendapatan usahatani yang baik
menggunakan padi VUL maupun padi VUB. Tabel 22. Analisis Pendapatan dan Biaya per Ha Usahatani Padi VUB Pemilik
Penggarap dan Penyakap No. Uraian
Usahatani VUB Pemilik
Penggarap Penyakap t-test
Sig. 2-tailed
1. Penerimaan Rp
15 266 971 16 345 534
-1.713 0.088
2. Total Biaya
Rp
5 056 732 5 549 214
-1.291 0.198 3. Keuntungan
Rp
10 210 240 10 796 320
-1.094 0.275 4. RC
3.02 2.95
Keterangan : tidak ada berbeda pada taraf α = 0.05 uji-t antara usahatani padi
VUB pemilik penggarap da penyakap
6.4. Analisis Fungsi Produktivitas Frontier Usahatani Padi Sawah di Sulawesi