Latar Belakang Pengaruh penerapan teknologi dan kelembagaan terhadap efisiensi dan pendapatan usahatani padi di Provinsi Sulawesi Selatan

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebijakan pembangunan pertanian dapat dinilai tepat jika pada akhirnya mampu memposisikan pertanian sebagai penggerak utama kemajuan ekonomi pedesaan yang berdaya saing tinggi, berkeadilan, dan berkelanjutan. Sektor pertanian telah dan terus dituntut berperan langsung dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto PDB, perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penyedia lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Kinerja sektor pertanian dapat dilihat melalui pertumbuhan PDB, produksi komoditas, ekspor impor, kesejahteraan petani dan ketahanan pangan Departemen Pertanian 2008b. Memposisikan pertanian sebagai sektor andalan ekonomi memberikan implikasi betapa pentingnya peningkatan kapasitas produksi sektor pertanian. Tanpa peningkatan kapasitas produksi tersebut mustahil sektor pertanian mampu berperan sebagai penggerak ekonomi nasional PSE 2003. Peningkatan kapasitas produksi pertanian dapat dilakukan melalui beberapa hal, antara lain peningkatan luas panen dan peningkatan produktivitas dengan teknologi di bidang pertanian. Menurut Johnson 1985, ada empat sumber pertumbuhan kapasitas produksi sektor pertanian, yaitu : 1 perbaikan teknologi, 2 peningkatan pelayanan organisasi atau kelembagaan, 3 peningkatan kapasitas sumberdaya manusia, dan 4 penambahan faktor produksi baik fisik maupun biologis. Keempat sumber pertumbuhan kapasitas produksi tersebut bersifat sinergis dalam meningkatkan kinerja sektor pertanian. Teknologi merupakan bagian penting dalam pembangunan pertanian untuk memacu peningkatan produksi dan pendapatan petani. Mosher 1966 berpendapat ada lima syarat mutlak yang harus dipenuhi agar pembangunan pertanian dapat tumbuh-berkembang secara progresif, yaitu : 1 adanya pasar bagi produk-produk agribisnis, 2 teknologi yang senantiasa berubah, 3 tersedianya sarana dan peralatan produksi secara lokal, 4 adanya perangsang produksi bagi produsen, dan 5 adanya fasilitas transportasi. Di Indonesia sektor pertanian masih menjadi andalan utama pemenuhan kebutuhan pangan. Ketahanan pangan di Indonesia sering masih dikaitkan dengan tingkat produksi pangan, terutama beras. Jika terjadi permasalahan di bidang pangan, maka dampaknya terhadap perekonomian secara keseluruhan akan besar. Selama masalah ketahanan pangan belum terpecahkan secara berkelanjutan, maka pembangunan sektor non pertanian dapat terhambat Harianto 2007. Terkait dengan ketahanan pangan, padi sebagai sumber makanan pokok lebih dari 95 persen penduduk, dan sebagai penyedia lapangan kerja menjadi sumber mata pencaharian sekitar 20 juta rumah tangga petani Departemen Pertanian 2008b. Selain berperan penting dalam ketahanan pangan dan penyediaan lapangan kerja, padi juga memberikan andil cukup besar terhadap PDB nasional yaitu 3.5 persen pada tahun 2003 Hafsah 2005 dan 2.16 persen pada tahun 2005. Sedangkan pangsa PDB padi terhadap total PDB pertanian sebesar 21.2 persen pada tahun 2005 BPS 2005. Menyadari peran penting padi dalam kehidupan berbangsa, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang merefleksikan promosi dan proteksi terdiri dari elemen : 1 kebijakan peningkatan produksi, 2 diversifikasi, 3 harga, 4 impor dan 5 distribusi, dalam satu paket untuk mendukung kemandirian pangan. Pengalaman lebih dari 30 tahun dalam program peningkatan produksi padi memberikan pelajaran bahwa peran peningkatan produktivitas yang merefleksikan peran inovasi teknologi sangat dominan. Dari aspek inovasi teknologi, upaya peningkatan ketahanan pangan mencakup : 1 peningkatan produktivitas dengan memanfaatkan sumberdaya genetik, 2 pengembangan teknologi produksi dengan pengelolaan lahan, air, tanaman, dan organisme pengganggu tanaman secara terpadu, 3 penekanan kehilangan hasil panen dan peningkatan stabilitas hasil, 4 peningkatan nilai tambah ekonomi usahatani, dan 5 keberpihakan kepada petani produsen dalam penetapan kebijakan. Penggunaan varietas padi baru dengan produksi yang tinggi disertai kualitas yang cukup bagus tentunya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani. Teknologi varietas padi yang baru memang diakui banyak memberikan manfaat yang bagus, namun demikian juga memerlukan beberapa sarana penunjang untuk memanfatkan keunggulan tersebut, baik secara langsung kepada teknologi varietas penggunaan input maupun secara tidak langsung melalui infrastruktur dan perangkat kebijakan Suryana 2005. Lembaga penelitian pertanian telah menghasilkan berbagai teknologi terobosan peningkatan produksi padi, terutama varietas unggul berdaya hasil tinggi dan komponen teknologi budidaya yang diyakini mampu meningkatkan produktivitas padi nasional di masa yang akan datang Badan Litbang Pertanian 2005. Teknologi yang telah dihasilkan meliputi varietas unggul, efisiensi pemupukan, pengendalian OPT, efisiensi pengairan, dan perbaikan pasca panen Suryana 2005. Diantara teknologi yang dihasilkan melalui penelitian, varietas unggul relatif lebih mudah dikembangkan dan lebih cepat dirasakan manfaatnya oleh petani. Kontribusi varietas unggul b a r u dalam peningkatan produktivitas padi mencapai 75 persen jika diintegrasikan dengan teknologi pengairan dan pemupukan. Varietas unggul baru VUB setelah IR64 umumnya berdaya hasil lebih tinggi dari IR64 yaitu 0.8-1.0 tha atau 14-15 persen lebih tinggi dari IR64. Secara nasional, pergeseran penggunaan varietas padi dari IR64 ke varietas unggul baru lainnya mendatangkan keuntungan sebesar Rp 3,05 triliyun Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan 2007. Berdasarkan keunggulan yang dimiliki, varietas unggul padi sawah di Indonesia dapat dibagi kedalam empat kategori : 1 varietas unggul lokal, 2 varietas unggul baru sebelum IR64, 3 varietas unggul baru tipe IR64 dan 4 varietas unggul baru tipe perbaikan IR64. VarietaS padi sawah yang banyak ditanam sekarang oleh petani tergolong 2 kelompok terakhir di atas yaitu kelompok varietas unggul baru tipe IR64 dan varietas unggul baru tipe perbaikan IR64. Pengelompokan 2 varietas tersebut berdasarkan keunggulan yang dimiliki yaitu mempunyai potensi hasil tinggi, umur genjah, tahan terhadap hama dan penyakit, penampilan dan rasa nasinya enak Las et al. 2004 Proses pembentukan varietas unggul baru tipe IR64 dan perbaikan IR64 yang selanjutnya disebut VUL dan VUB dapat dijelaskan bahwa padi varietas IR64 diciptakan untuk mengatasi masalah hama wereng coklat biotipe 3, penyakit hawar daun bakteri dan potensi hasil rendah pada varietas lokal. Varietas IR64 yang dilepas tahun 1986 memiliki karakter tahan wereng coklat biotipe 3, penyakit hawar daun bakteri, rasa nasi enak, umur genjah, dan potensi hasil tinggi dibandingkan varietal unggul sebelumnya. Namun pada akhirnya ketahanan IR64 menurun terhadap penyakit hawar daun bakteri, wereng hijau vektor penyakit virus tungro, dan terindikasi bahwa IR64 mulai peka terhadap wereng coklat. Karena keunggulan varietas IR64 sudah menurun maka dikembangkan Varietas Unggul Baru Tipe Perbaikan IR64 yang memiliki karakter lebih unggul dibandingkan varietas IR64, yaitu : stabilitas potensi hasil dan mutu produk yang tinggi, tahan wereng coklat dan penyakit hawar daun bakteri, tahan virus tungro, dan berupa varietas aromatik Balitpa 2004 dalam Las et al. 2004. Berdasarkan kelompok varietas unggul padi yang diuraikan di atas VUL dan VUB maka uraian selanjutnya tentang varietas unggul padi sawah didasarkan pada kelompok VUL dan VUB. Perubahan sistem produksi pertanian terus berkembang dan di pihak lain berkembang juga sektor nonpertanian. Proses transformasi dari sektor pertanian ke nonpertanian di pedesaan cenderung terus berlangsung menyebabkan permintaan lahan pertanian semakin meningkat yang selanjutnya mengakibatkan terjadinya perubahan pola dan distribusi penguasaan lahan di pedesaan. Perubahan pola dan distribusi penguasaan lahan tersebut sebagai akibat dari akumulasi lahan pertanian pada golongan elite atau pemilik modal di pedesaan. Dengan modal yang cukup bisa membeli lahan dari petani yang sewaktu-waktu menjual lahannya. Di sisi lain petani yang hidupnya terbatas dengan lahan yang semakin sempit biasa menjual lahannya karena ada kebutuhan keluarga yang mendesak. Hal ini terus berlangsung sehingga jumlah rumah tangga tidak berlahan land less semakin meningkat. Kondisi ini akan diikuti oleh meningkatnya jumlah petani yang menggarap lahan orang lain dengan status penyakap Suryana 1989; Erwidodo et al. 1993; Saleh et al. 1997; Susilowati 1997. Dalam perencanaan pembangunan pertanian, aspek ini perlu mandapatkan perhatian agar adopsi teknologi dan manfaat program pembangunan pertanian berjalan secara lebih baik dan merata untuk semua lapisan petani Rusastra et al. 1998. Implikasinya bahwa aspek penguasaan lahan berupa pemilik penggarap dan penyakap penting dikaji pengaruhnya terhadap pengelolaan usahatani khususnya usahatani padi sawah. Pembangunan pertanian merupakan proses yang dinamis dan pada gilirannya membawa dampak struktur sosial ekonomi masyarakat di pedesaan. Diantara perubahan tersebut, perubahan yang terpenting adalah peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Perubahan pendapatan petani tersebut sangat terakait dengan perubahan sistem produksi di sektor pertanian yang meliputi perubahan dalam produksi, penggunaan teknologi, kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan pola penguasaan lahan pertanian. Semua perubahan tersebut bisa berdampak luas pada kegiatan ekonomi di pedesaan Saleh et al. 1997. Provinsi Sulawesi Selatan menempatkan sektor pertanian sebagai sektor andalan dalam pembangunan ekonomi daerah. Kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan daerah Sulawesi Selatan melalui PDRB rata-rata 8.13 persen per tahun selama tahun 2000-2009. Walaupun demikian persentase PDRB sektor pertanian cenderung menurun, tetapi distribusinya tetap lebih besar dibanding lapangan usaha yang lain yaitu rata-rata lebih 30 persen per tahun selama tahun 2002-2006. Perkembangan PDRB pertanian tanaman bahan makanan di Sulawesi Selatan terus meningkat seiring dengan peningkatan total PDRB Departemen Pertanian 2003; Departemen Pertanian 2008a. Peran sektor pertanian yang lain dapat juga dilihat dari perkembangan jumlah tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian setiap tahun cukup besar yaitu lebih 50 persen dari total tenaga kerja yang ada. Tenaga kerja sektor pertanian tersebut didominasi oleh tenaga kerja yang bekerja di sub sektor pangan, perkebunan dan hortikultura Departemen Pertanian 2003; Departemen Pertanian 2008a. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pertanian dan khususnya pertanian tanaman pangan mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan. Dilihat dari ketersediaan sumberdaya lahan, Sulawesi Selatan mempunyai lahan pertanian yang dapat dimanfaatkan untuk komoditi tanaman pangan dan hortikultura seluas 1 377 256 hektar. Total luas baku lahan sawah 572 332 hektar terdiri dari sawah lahan irigasi teknis 155 918 hektar, irigasi setengah teknis 55 746 hektar, irigasi sederhana 55 939 hektar, irigasi desa 85 357 hektar, tadah hujan 218 640 hektar, pasang surut 732 hektar. Berdasarkan identifikasi penggunaan lahan tahun 2006 sawah ditanami padi 2 kali dalam setahun seluas 270 424 ha, ditanami padi 1 kali dalam setahun seluas 282 516 ha, tidak ditanami padi seluas 9 517 ha, dan sementara tidak diusahakan seluas 9 875 ha Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Selatan 2006. Luas panen padi di Sulawesi Selatan rata-rata 786 523 ha per tahun selama tahun 2000-2009. Produksi padi rata-rata 3 679 417.67 ton per tahun, juga menunjukkan gejala melandai dan cenderung menurun Departemen Pertanian 2003; Departemen Pertanian 2008a. Sektor pertanian tanaman pangan khususnya padi di Sulawesi Selatan mempunyai peranan yang cukup penting dalam peningkatan pendapatan masyarakat. Keberhasilan pembangunan pertanian juga tidak lepas dari dukungan teknologi varietas yang telah diterapkan oleh petani. Di lain pihak perubahan sistem produksi usahatani padi terus berkembang diikuti oleh perubahan status garapan patani penyakap dan pemilik penggarap. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai analisis efisiensi teknis dan pendapatan usahatani berkaitan dengan penggunaan varietas unggul dan status penguasaan lahan di lahan sawah irigasi Provinsi Sulawesi Selatan.

1.2. Perumusan masalah