usahataninya. Jarak usahatani dengan rumah petani responden umumnya masih dekat sehingga bisa melakukan pemeliharaan dan pengawasan yang baik terhadap
usahataninya.
5.8. Karakteristik Teknologi Produksi
Teknologi produksi di lokasi penelitian berupa rekomendasi penggunaan benih dan pemupukan. Sedangkan penggunaan insektisida dan herbisida
tergantung pada kondisi di lapangan. Rekomendasi penggunaan benih dan pupuk dapat dilihat pada Tabel 12
Tabel 12. Rekomendasi Penggunaan Benih dan Pemupukan Tanaman Padi Sawah MT 2009 dan 20092010 di Lokasi Penelitian, Propinsi Sulawesi
Selatan No.
Jenis Input Produksi Jumlah KgHa
1. Benih tapin
20 2 Benih
tabela 30-50
3. Urea 200-250
4. SP36 50-100
5. KCl 50-100
6. ZA 50-100
7. PHONSKA + Urea
250-300 + 200 8. Pupuk
Organik 500-1000
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Selatan 2009.
Pada Tabel 13, memperlihatkan jumlah petani yang menggunakan benih, pupuk dan pestisida. Tidak semua responden menggunakan pupuk lengkap
jenisnya. Hampir semua petani menggunakan pupuk urea. Ada anggapan bahwa apabila menginginkan produksi padi yang tinggi maka harus menggunakan pupuk
urea. Hal ini menunjukkan bahwa responden belum sepenuhnya menggunakan teknologi produksi yang lengkap sesuai rekomendasi. Padahal untuk memperoleh
hasil yang tinggi maka perlu dukungan input terutama pupuk yang cukup. Terutama dengan penggunaan padi VUB maka untuk mendapatkan hasil yang
tinggi maka petani harus memberikan pemupukan yang berimbang baik jenis pupuk maupun jumlahnya. Apabila jenis dan jumlah pupuk yang diberikan tidak
mencukupi maka produksi padi VUB relatif sama dengan padi VUL bahkan lebih rendah dari padi VUL.
Tabel 13. Jumlah Petani Padi Berdasarkan Penggunaan Jenis Input, Varietas dan Status Penguasaan Lahan.
Jenis Input Milik Sakap Total
VUB VUL VUB VUL Milik Sakap
Jmlh org
Jmlh org
Jmlh org
Jmlh org
Jmlh org
Jmlh org
N=141 N=33 N=152 N=39 N=174 N=191
Benih 141 100 33
100 152
100 39
100 174
100 191 100
Urea 140 99.29 33
100 150 98.68
38 97.44 173 99.43 188
98.43 ZA
67 47.52 9 27.27
88 57.89 12 30.77
76 43.68 100 52.36
SP36 41 29.08
7 21.21 29 19.08
7 17.95 48 27.59
36 18.85
Phonska 83 58.87 26 78.79
78 51.32 29 74.36
109 62.64 107 56.02
InsektCair 135 95.74 32 96.97
144 94.74 38 97.44
167 95.98 182 95.29
InsektPadat 44 31.21 12 36.36
43 28.29 7 17.95
56 32.18 50
26.18 HerbCair
99 70.21 20 60.61 112 73.68
25 64.10 119 68.39 137
71.73 HerbPadat
40 28.37 17 51.52 61 40.13
20 51.28 57 32.76
81 42.41
Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa varietas padi yang dominan ditanam oleh responden adalah varietas cigeulis, ciherang, inpari 9, way apoburu dan
ciliwung. Penggunaan VUB oleh petani pemilik lebih banyak jenisnya dibandingkan petani VUB penyakap. Penggunaan jenis padi VUL pada petani
pemilik dan penyakap relatif sama jumlahnya. Hal ini menunjukkan bahwa petani pemilik pengarap lebih bebas menentukan pilihan varietas yang akan digunakan
karena petani pemilik sendiri yang menentukan varietas apa yang akan digunakan tanpa tergantung pada orang lain. Pada petani penyakap penggunaan jenis varietas
terpusat pada beberapa varietas saja karena dalam menentukan varietas yang akan ditanam harus disepakati juga dengan pemilik lahan. Selain itu petani penyakap
dalam menentukan varietas sangat berhati-hati karena produksi yang dihasilkan harus dibagi dengan pemilik lahan sehingga apabila salah memilih varietas maka
hasilnya bisa lebih rendah dan bagian produksi yang diperoleh akan lebih rendah lagi setelah hasilnya dibagi antara penyakap dan pemilik lahan.
Responden padi VUB milik yang menggunakan benih tidak bersertifikat sebesar 59.57 persen dan yang menggunakan benih bersertifikat sebesar 40.43
persen. Responden padi VUB sakap yang menggunakan benih tidak bersertifikat sebesar 71.71 persen dan yang menggunakan benih bersertifikat sebesar 28.29
persen. Responden padi VUL milik dan sakap semua menggunakan benih tidak bersertifikat.
Tabel 14. Jumlah Petani Berdasarkan Penggunaan Jenis Varietas Padi dan Status Penguasaan Lahan.
Varietas Padi Milik persen Sakap persen
N=141 N=152 Jenis
VUB :
Cibogo 1
071 0 0 Cigeulis
39 27.66 54 35.53
Ciherang 28 19.86
37 24.34 Cisantana
4 2.84 4 2.63
Hibrida SHS-8 3
2.13 0 0 Hybrida
MSP 2 1.42 0 0
Inpari 1
2 1.42 0 0
Inpari 7
5 3.55 2 1.32
Inpari 8
5 3.55 2 1.32
Inpari 9
25 17.73 31 20.39
Sembada 9
3 2.13 3 1.97
Sembada B2 1
0.71 0 0 Sembada
B3 4 2.84
1 0.66 Sembada
B9 1 0.71 0 0
Situbagendit 2 1.42 0 0
W.Buru 16 11.35
18 11.84 Total
100 100
N=33 N=39
Jenis VUL
: Celebes
1 3.03 0 0
Ciliwung 26 78.79
33 84.62 IR64
0 0 1 2.56
IR66 6 18.18
5 12.82 Total
100 100
Tingginya penggunaan benih tidak bersertifikat tersebut sejalan dengan hasil kajian Muhammad et al. 2010 di Sulawesi Selatan juga menunjukkan
bahwa ditingkat petani penggunaan benih padi bersertifikat 32.5 persen dan penggunaan padi tidak bersertifikat sebesar 77.5 persen. Rendahnya penggunaan
benih bersertifikat tersebut selain disebabkan oleh kemampuan petani untuk membeli benih, juga karena ketersediaan benih bersertifikat masih kurang yaitu
hanya mampu memenuhi 48.9 persen dari kebutuhan benih. Kebutuhan benih padi di Sulawesi Selatan 22 077.66 – 29 436.88 ton, sementara benih yang dihasilkan
dari produsen benih yang ada saat ini 14 653.77 ton.
5.9. Sistim Bagi Hasil