43
2.2.3.5 Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan pendidikan karakter menurut Koesoema 2010:134 untuk dapat menenmpa diri menjadi seorang yang sempurna sehingga potensi yang ada dalam
dirinya berkembang secara maksimal. Proses tersebut berupa kenyamanan dan keamanan yang membantu pengembangan diri satu sama lain dalam psikologi,
moral, sosial, estetis, dan religius. Pendidikan karakter yang dimaksud lebih berkaitan dengan menanamkan nilai-nilai tertentu dalam diri anak di sekolah.
Menurut Lickona dalam Suyatno 2010 menjelaskan beberapa alasan perlunya Pendidikan karakter, di antaranya: 1 banyaknya generasi muda saling
melukai karena lemahnya kesadaran pada nilai-nilai moral, 2 memberikan nilai- nilai moral pada generasi muda merupakan salah satu fungsi peradaban yang
paling utama, 3 peran sekolah sebagai pendidik karakter menjadi semakin penting ketika banyak anak-anak memperoleh sedikit pengajaran moral dari
orangtua, masyarakat, atau lembaga keagamaan, 4 masih adanya nilai-nilai moral yang secara universal masih diterima seperti perhatian, kepercayaan, rasa
hormat, dan tanggung jawab, 5 demokrasi memiliki kebutuhan khusus untuk pendidikan moral karena demokrasi merupakan peraturan dari, untuk dan oleh
masyarakat, 6 tidak ada sesuatu sebagai pendidikan bebas nilai. Sekolah mengajarkan pendidikan bebas nilai. Sekolah mengajarkan nilai-nilai setiap hari
melalui desain ataupun tanpa desain, 7 komitmen pada pendidikan karakter penting manakala kita mau dan terus menjadi guru yang baik, dan 8 pendidikan
karakter yang efektif membuat sekolah lebih beradab, peduli pada masyarakat, dan mengacu pada performansi akademik yang meningkat.
44
2.2.3.6 Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter disekolah membutuhkan prinsip-prinsip dasar yang mudah dimengerti dan dipahami siswa. Ada beberapa prinsip yang dijadikan
pedoman bagi pendidikan karakter di sekolah Koesoema 2010:218 1 Prinsip ingin memberikan vertifikasi konkret tentang karakter seorang
individu dengan memberikan prioritas pada unsur psiko-motorik yang mengerakkan seseorang untuk bertindak. Pemahaman, pengertian dan
keyakinan akan nilai secara objektif oleh seorang individu tersebut pada sebuah keputusan berupa tindakan. Jadi, perilaku berkarakater ditentukan
oleh perbuatan bukan melalui kata-kata seseorang. 2 Karakter seorang individu bersifat dinamis dan bukan kristalisasi pengalaman
masa lalu melainkan kesediaan individu untuk terbuka dan melatih kebiasaan melalui keputusan-keputusan dalam hidupnya. Jadi, individu dapat
membentuk pribadi yang diinginkan. 3 Pribadi yang berproses untuk membentuk dirinya menjadi manusia yang baik.
Keyakinan moral menentukan seorang individu sebagai manusia yang berkualitas. Individu yang berkualitas akan menjalankan sistem nilai yang
dipercayainya. Seseorang yang memiliki karakter dan memiliki intergritas moral akan menjaga keutuhan dirinya, yaitu keserasian pikira, perkataan, dan
tindakan. 4 Patokan perilaku baik buruk seseorang. Prinsip ini akan membantu siswa
menyadari kekuatan diri berkaitan dengan keteguhan moral yang mereka
45
miliki. Individu memliki kebebasan untuk mengandalkan seleksi nilai sesuai dengan kesadaran nuraninya.
5 Setiap tindakan yang berkarakter atau bernilai, dan setiap perilaku bermoral yang mereka lakukan memiliki makna dan bersifar transformatif
6 Setiap tindakan dan keputusan individu membuat individu bertindak secara konsisten atas keputusan moral tersebut.
Gambar 1 : GRAND DESIGN PENDIDIKAN KARAKTER 2.2.3.7 Tahap-Tahap Pendidikan Karakter
Menurut Furqon 2010 menyatakan bahwa pendidikan karakter dapat diklasifikasikan tahap-tahap sebagai berikut: 1 adab 5-6 tahun, 2 tanggung
jawab 7-8 tahun, 3 peduli 9-10 tahun, 4 Kemandirian 11-12 tahun, 5 Bermasyarakat 13 tahun ke atas.
46
1 Adab 5-6 tahun
Pada fase usia 5-6 tahun anak dididik budi pekerti, terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai karakter seperti jujur, mengenal benar dan salah, mengenal baik
dan buruk, mengenal perintah, dan larangan. Pendidikan kejujuran merupakan nilai karakter yang harus ditanamkan sedini mungkin karena nilai kejujuran
merupakan kunci dalam kehidupan. 2
Tanggung jawab 7-8 tahun Pada fase ini anak diajarkan bertanggung jawab pada diri sendiri. Implikasi
tanggung jawab pada usia ini adalah anak dapat melaksanakan aktivitas seperti makan sendiri, berpakaian sendiri, mandi sendiri, dan lain-lain. Pada usia ini anak
diajarkan untuk tertib dan displin. Anak dididik untuk menentukan masa depan, menentukan cita-cita, dan sekaligus menanamkan sistem keyakinan.
3 Peduli 9-10 tahun
Setelah anak dididik tentang tanggung jawab, selanjuntya anak diajarkan untuk peduli pada orang lain terutama pada teman sebaya. Menghargai dan menghormati
orang lain terutama orang yang lebih tua, menghormati hak-hak orang lain, dan menolong orang lain merupakan aktivitas yang sangat penting dimasa ini. Pada
usia ini anak dilibatkan dengan nilai-nilai kepedulian dan tanggung jawab pada orang lain.
4 Kemandirian 11-12 tahun
Pengalaman yang telah dilalui anak pada usia-usia sebelumnya makin mematangkan karakter anak sehingga membawa anak pada tahap kemandirian.
47
Kemandirian ditandai dengan kesiapan anak menerima resiko atau konsekuensi atas perbuatannya. Pada fase kemandirian ini berarti anak telah mampu
menerapkan hal-hal yang menjadi perintah atau larangan sekaligus memahami konsekuansi jika melanggar aturan.
5 Bermasyarakat 13 ke atas
Tahap ini merupakan tahap anak dipandang telah siap memasuki kondisi kehidupan di masyarakat. Anak telah siap bergaul di masyarakat dengan bekal
pengalaman-pengalaman yang telah dilalui sebelumnya. Jika tahap-tahap pendidikan karakter dapat dilakukan dengan baik maka pada kelas usia
selanjutnya anak tinggal menempurnakan dan mengembangkan.
2.2.3.8 Nilai-Nilai Pendidikan Karakter