Putri Dewi Mahirah Langkawi dan Langka Indra Loka dikawinkan dengan Tuan Putri Bala Indra, adik kandung Indra Jaya.
Langka Indra Loka menemui ayahnya, Maharaja Manik Maya, yang sedang menghadap Raja Bulia Kesna. Maharaja Bulia Kesna memperkenalkan
Tuan Putri Mala Indra kepada Maharaja Manik Maya. Pada saat itu Negeri Mintarsyah sangat ramai karena semua rakyat dan raja sedang berhimpun. Ketika
itu juga Maharaja Bulia Kesna menobatkan Indra Jaya menjadi raja dengan gelar Maharaja Indra Dewa Paksi Bintara. Beberapa saat setelah Maharaja Bulia Kesna
mengadakan pesta, kembalilah rakyat dan raja pendatang itu ke negerinya masing- masing.
3.2 Tema
Keintelektualan seorang pengarang dan jiwa seorang pengarang dapat kita lihat dari hasil karyanya. Hal ini tidak terlepas dalam suatu proses penciptaan
karya sastra. Unsur-unsur buah pikiran yang hendak disampaikan terdiri dari masalah, pendapat dan amanat yang hendak disampaikan oleh pengarang suatu
karya sastra. Menurut Nurgiyantoro 1995 : 71, “Tema sebuah karya sastra selalu berkaitan dengan makna pengalaman kehidupan. Melalui karyanya itulah
pengarang menawarkan makna tertentu kehidupan, mengajak pembaca untuk melihat, merasakan dan menghayati makna pengalaman kehidupan tersebut
dengan cara memandang permasalahan itu sebagaimana ia memandangnya”. Untuk memahami suatu tema kita harus memahami unsur-unsur signifikan
yang terkandung dalam karya sastra. Setelah diketahui, maka dapat disimpulkan makna apa yang terkandung di dalamnya dan kaitannya dengan tujuan penciptaan
Universitas Sumatera Utara
pengarangnya. Tidak semua persoalan dalam diri pengarang dapat kita lihat. Karena sebuah karangan merupakan kontemplasi pengarang yang ada kaitannya
dengan masalah-masalah kemanusiaan dan masalah lain yang terdapat dalam masyarakat yang bersifat universal.
Dalam suatu karya imajinatif, tema dapat diungkapkan melalui berbagai cara, seperti melalui dialog antar tokoh, melalui konflik yang dibangun, atau
melalui komentar secara tidak langsung Fananie, 2001 : 84. Oleh karena itu, pada umumnya tema yang baik adalah tema yang tidak diungkapkan secara
langsung dan jelas tetapi tema tersebut bisa disamakan sehingga kesimpulan tentang tema yng diungkapkan pengarang harus dirumuskan sendiri oleh pembaca.
Dalam hal ini, pengarang bisa saja mengungkapkan tema secara keseluruhan yang dirangkaikan dalam satu unit dan dapat juga mengemukakan pada bagian-bagian
tertentu, misalnya di awal, pertengahan, dan akhir cerita. Tema dari cerita HIJP yang penulis kaji adalah tentang kebaikan dan
keikhlasan hati seorang pahlawan yang suka menolong , arif dan bijaksana, serta bertanggung jawab terhadap segala perlakuannya. Indra Jaya mendapatkan semua
keinginannya setelah dia melakukan pengembaraan dan peperangan. Dalam tema ini Indra Jaya diceritakan sebagai manusia yang memiliki sifat romantis. Ini
dibuktikan ketika dia terpesona ketika melihat Putri Sari Gading dan dijadikan sebagai istrinya setelah melarikan Tuan Putri dari kerajaan ayahnya. Indra Jaya
juga dikenal sebagai seorang pahlawanan oleh kerajaan lain karena suka menolong umat yang lemah.
Pengembaraan yang dilakukan Indra Jaya dapat kita lihat dalam kutipan berikut.
Universitas Sumatera Utara
Maka pada suatu hari Indra Jaya mengadap Baginda Maharaja di balairung besar diadap oleh orang penuh sesak, maka sembah Indra
Jaya, “Ya, Syah Alam, patik bermohonlah hendak berjalan karena patik ini orang tandang disini, tiada boleh tetap duduk.” Syahdan
maka berdebar hati Baginda mendengar sembah Indra Jaya itu, segera dipeluk, diciumnya, katanya, “Janganlah Tuan
meninggalkan Ayahanda Bunda. Sungguhpun Tuan tiada Ayahanda jadikan, tetapi rasanya hatiku seperti anaklah rasanya.”
Maka sembah Indra Jaya, “Tiada lama Tuanku patik pergi hingga bertemu dengan yang patik kehendaki. Segera juga patik kembali
mengadap Syah Alam kedua laki-istri”. Halaman : 22.
Kutipan di atas membuktikan bahwa Indra Jaya orangnya sangat bersemangat untuk melakukan suatu petualangan. Karena sebelumnya Maharaja
Kaladarma yang mengasuh Indra Jaya semasa kecil berpesan kepada Indra Jaya bahwa segala ilmu hikmat, ilmu peperangan dan kesaktiannya harus diabdikan
kepada orang yang lemah yang membutuhkan pertolongannya, dan untuk melakukan kebaikan itu ia harus berkelana.
Dalam pengembaraannya Indra Jaya juga tidak dapat mengelakkan adanya peperangan. Karena setiap kerajaan yang ia lewati selalu saja ada rintangan yang
harus dilawannya. Salah satunya adalah ketika berperang dengan seekor naga jelmaan yang mencuri Putri dari Raja Johan Syah.
Hal ini dapat kita lihat dalam kutipan : Syahdan maka terdengarlah kepada Maharaja Johan Syah Peri,
maka ia pun berkata kepada Indra Jaya, “Ya, Adinda, Maharaja Bayu Kesna Lodara itu telah keluarlah hendak berperang” maka
Indra Jaya Lela Pahlawan berkata kepada Maharaja Johan, “kerahkanlah segala rakyat kita” kalakian maka Maharaja Johan
Syah Peri pun segera mengerahkan rakyatnya. Maka segala rakyat itu pun sudah berhadir. Maka genderang perang pun berjalan ke
tengah padang serta dengan tempik soraknya. Maka Maharaja Johan pun berjalanlah dengan Indra Jaya. Maka Tuan Putri pun ada
bersama-sama dengan Indra Jaya. Setelah sampai di tengah padang, kedua pihak rakyat maka ia pun berperanglah rakyat jin dengan
rakyat Raja Johan Syah. Adapun rakyat jin itu mangkin banyak datangnya juga. Halaman : 41
Universitas Sumatera Utara
Dalam peristirahatannya disuatu padang yang luas, setelah mengembara beberapa lamanya. Mereka beristirahat tidak jauh dari Gunung Malasakanta. Indra
Jaya bersama Langka Indra Loka bermain ke atas gunung tersebut untuk melihat apa isi di atas gunung tersebut. Sesampainya di atas mereka melihat adanya
kerajaan Mambang dan Peri. Indra Jaya pun terlena dan jatuh cinta seketika melihat kecantikan Putri Raja Puspa Pandai yang bernama Putri Sari Gading.
Secara daim-diam Indra Jaya menculik Putri Sari Gading untuk dijadikan sebagai istrinya.
Hal ini dapat kita lihat dalam kutipan : Kalakian maka Indra Jaya pun berahilah hatinya melihat segala
para putri itu. Di dalam hatinya, “sedang anak raja-raja yang di bawahnya demikian rupanya, apatah lagi anak Raja Puspa Pandai
lebih pula rupanya”. Setelah itu, maka Indra Jaya pun menyingkap tirai kelambu Tuan Putri itu. Maka dilihatnya rupanya kena sinar
dian bernyala-nyala warna mukanya itu. Maka Indra Jaya pun heran seketika tiada sadarkan dirinya. Setelah itu, maka ia pun pikir
dalam hatinya, “Baik aku bawa anak raja ini. Jikalau aku pinta sahaja-sahaja masakan diberinya karena ia raja besar. Jika
demikian, baiklah aku bawa”. Halaman : 113-114.
Indra Jaya juga dianggap sebagai penolong umat yang lemah. Ia sering berpihak pada suatu kebenaran dan menolong suatu kerajaan yang kalah
berperang tanpa pamrih sehingga ia dikenal sebagai pahlawan oleh raja manapun. Hal ini dapat kita lihat dalam kutipan :
Hatta berapa lamanya ia berjalan, maka ia pun sampailah kepada suatu tempat terlalu luas padang itu. Maka dilihatnya padang itu
seperti tempat orang bekas berperang rupanya karena segala tulang dan tengkorak pun banyak bertimbun-timbun, bekas rakyat mati.
Setelah Indra Jaya melihat tulang dan tengkorak banyak itu, maka ia pun pikir dalam hatinya, “Siapa gerangan yang empunya rakyat
mati ini? Dan siapa juga rajanya?”. Ia pun mencinta kemala hikmat kalik itu, yang diperolehnya daripada Jin Darma Kala itu. Seketika
dicintanya, maka segala rakyat itu pun hiduplah sekaliannya, bangun, teraba seperti orang bangun tidur. Demikian lakunya
segala rakyat itu. Halaman : 30-31.
Universitas Sumatera Utara
3.3 Plot