Generating Circumstances Peristiwa Mulai Bergerak Ricing Action Keadaan Mulai Memuncak

berpikir demikian. Setelah itu, maka ia pun berangkat masuk ke dalam istana, duduk dekat permaisuri seraya bertitah, “Adinda Tuan, nyawa, apatah sudahnya kita tiada beranak? Terlalu ingin rasanya Kakanda hendak berputra. Kepada bicara Kakanda, baik juga kita bertapa, minta anak kepada segala dewa-dewa. Kalau dikaruniakan dewa itu, kita dapat anak”. halaman 11-12. Dari jenis alur exposition di atas jelas menunjukkan bahwa pengarang melukiskan atau menggambarkan keadaan dengan memperkenalkan lingkungan dalam kerajaan tersebut. Seperti terlihat Maharaja Bulia Kesna dan permaisurinya memiliki kerajaan yang sangat besar dan kaya tetapi hidupnya tidak bahagia karena tidak mempunyai anak. Dari sinilah mulanya usaha mereka dengan bertapa kepada dewa agar dikaruniakan anak. Kemudian setelah mengikuti beberapa persyaratan dari dewa, akhirnya lahirlah seorang anak lelaki yang diberi nama Indra Jaya.

3.3.2 Generating Circumstances Peristiwa Mulai Bergerak

Peristiwa mulai bergerak ini dimulai ketika Indra Jaya memulai pengembaraannya ke negeri orang. Karena ia merasa bahwa ilmu dan kesaktiannya sudah cukup tinggi sehingga ia mempunyai rasa tanggung jawab untuk menolong orang yang sedang mengalami kesulitan. Untuk lebih jelsanya dapat dilihat pada kutipan berikut ini : Telah sudah berkata-kata, maka Indra Jaya pun bermohonlah kepada baginda dua laki-istri, lalu berjalan dari gunung itu menuju matahari mati. Dan beberapa lamanya maka Indra Jaya berjalan itu maka teruslah kepada suatu padang mahaluas, itulah yang bernama Padang Cita Heran. Seketika Indra Jaya duduk, maka datanglah segala peri, mambang hendak mandi ke laut itu dilihatnya seorang muda terlalu baik parasnya dan sikapnya. Syahdan maka segala peri itu pun heran, katanya “Manusia manakah ini duduk di tepi laut ini karena tiada siapa orang sampai kemari”. Maka kata kawannya, “Sungguh Tuan hamba, marilah kita binasakan manusia itu supaya jangan ia berkhabarkan halnya padang ini kepada negeri Universitas Sumatera Utara yang lain-lain. Kalau kedengaran kepada Maharaja Sang Bayu Nafiri, kelak kita didatanginya pula, maka jadi temannya.biarlah itu mari kita tanya, kemudian baharu kita bunuh”. halaman 22-23. Dari jenis alur di atas jelas menunjukkan bahwa pengarang memulai menggerakkan sebuah cerita dengan adanya kejadian-kejadian yang membuat pembaca tertarik dan perasaan terhadap kejadian-kejadian yang aneh tersebut, sehingga cerita menarik dan dapat perhatian simpatik pembaca. Dari cerita ini Indra Jaya tidak sengaja mandi di tempat yang dilarang keras oleh kerajaan Padang Cita Heran karena tempat pemandian tersebut hanyalah untuk mambang dan peri. Karena adanya perkelahian antara Hulubalang raja dengan Indra Jaya memancing amarah Langlang Samudra yang memiliki kerajaan tersebut. Sehingga menyebabkan perkelahian antara Langlang Buana dengan Indra Jaya.

3.3.3 Ricing Action Keadaan Mulai Memuncak

Keadaan mulai memuncak ini ketika perjalanan Indra Jaya dengan Maharaja Johan Syah Peri melihat keanehan di atas langit. Mereka melihat langit terkadang gelap dan terkadang terang. Ternyata ada seekor garuda yang sangat besar dan menculik seorang putri. Kemudian Indra Jaya menjelma dirinya menjadi seekor wilmana dan menyerang garuda tersebut dan menolong Tuan Putri yang diculiknya garuda tersebut. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut ini : Kalakian maka Indra Jaya pun mencinta kemala hikmat daripada Maharaja Darma Kala itu. Maka ia pun menjadikan dirinya wilmana. Maka ia pun segera terbang mendapatkan garuda itu. Serta garuda melihat wilmana datang mengusir dia, maka kuda pun mendapatkan wilmana. Syahdan maka segera disambarnya wilmana itu dengan tajinya serta dipagutnya. Maka wilmana pun jatuh. Maka Indra Jaya pun kembali seperti rupanya yang sedia. Maka ia pun marah, lalu mencinta kemala hikmat. Hatta maka hujan api pun turunlah, maka garuda itu pun tiada pandai terbang karena sangat lebat hujan api itu. Maka ia pun jatuh, Universitas Sumatera Utara lalu mati. Setelah itu, maka pulanglah rupanya sedia. Maka Maharaja Bayu melihat halnya demikian itu, maka ia pun segera mencinta kemala hikmat yang diperolehnya dari Boma Sakti, maka hujan api itu pun padam. Setelah padam api itu, maka Raja Bayu pun mellihat Indra Jaya dan Maharaja Johan Syah itu. Maka ia pun pikir di dalam hatinya, “Raja mana gerangan ini? Apa sebabnya maka aku diikutinya itu? Jikalau orang Negeri Biru Cerita tiada demikian ini kuasanya”. Seketika berdiri, kalakian maka Indra Jaya dengan Maharaja Johan setelah Maharaja Johan Syah melihat Maharaja Bayu itu, maka ia pun berkata kepada Indra Jaya, katanya, “Inilah anak Maharaja Bayu yang dengan Maharaja Kala Darma”. Setelah Indra Jaya mendengar kata demikian, maka segeralah ia melompat menikam Maharaja Bayu kesna itu. Oleh Maharaja Johan Syah peri itu tersalah menikam Maharaja Johan Syah, maka kematian Putri Lela Cahaya. Maka Tuan Putri pun jatuh dari pujangganya Maharaja Bayu Nafiri Kesna Lodara itu. Setelah dilihat oleh Maharaja Bayu Kesna Lodara Tuan Putri sudah mati kena tikam oleh Maharaja Johan, maka ia pun amarah seperti api bernyala-nyala. halaman 38-39. Dari jenis alur di atas, ini jelas menunjukkan bahwa pengarang menceritakan kejadian ini keadaannya mulai memuncak. Dengan kejadian- kejadian yang menjadikan cerita ini berisi dan menarik. Ini ditandai dengan setelah dirasakan oleh Maharaja Johan Syah Peri menyebabkan Maharaja Bayu menyuruh rakyat jin dan hulubalangnya melanjutkan perang dan Maharaja Bayu pergi mengadu atas kekalahannya tersebut kepada ayahnya yaitu Maharaja Bayu Nafiri. Dari sinilah pengarang membuat cerita ini mulai memuncak.

3.3.4 Climax Puncak