sendiri-sendiri. Selanjutnya kadar konflik akan menurun sehingga ketegangan dalam cerita menuju ke tahap penyelesaian cerita.
c. Latar setting
Latar atau setting adalah tempat dan waktu peristiwa dalam cerita. Latar dalam suatu cerita bukan hanya background tempat kejadian, waktu terjadinya
cerita itu. Tetapi juga berhubungan dengan sikap, jalan pikiran, prasangka, maupun gaya hidup masyarakat dalam menghadapi suatu persoalan tertentu.
Menurut Tarigan 1982 : 57, “Latar atau setting adalah lingkungan fisik tempat kegiatan berlangsung. Dalam arti lebih luas latar mencakup tempat dalam waktu
dan kondisi-kondisi psikologis dari semua yang terlibat dalam kegiatan itu”. Sedangkan Aminuddin 1987 : 67 berpendapat bahwa,
Setting latar juga berlaku dalam cerita fiksi karena peristiwa- peristiwa dalam cerita fiksi juga selalu dilatarbelakangi oleh
tempat, waktu, maupun situasi tertentu. Akan tetapi dalam karya fiksi, setting atau latar bukan hanya berfungsi sebagai
latar yang bersifat fisikal untuk membuat suatu cerita menjadi logis. Setting juga memiliki fungsi psikologis sehingga setting
pun mampu menuansakan makna tertentu serta mampu menciptakan suasana-suasana tertentu yang menggerakkan
emosi atau aspek kejiwaan pembacanya. Dalam hal ini telah diketahui adanya setting yang metaforis.
Selanjutnya Semi Aritonang, 1993 : 51 berpendapat bahwa, “Latar atau landas tumpu setting cerita adalah lingkungan
tempat peristiwa terjadi. Termasuk di dalam latar ini adalah tempat atau ruang yang dapat diamati seperti kampus, disebuah
kapal yang berlayar ke Hongkong, di kafetaria, di sebuah puskesmas, di dalam penjara di Paris dan sebagainya.
Termasuk di dalam unsur latar atau landas tumpu ini adalah waktu, hari, tahun, musim atau periode sejarah, misalnya di
zaman perang kemerdekaan disaat upacara sekaten dan sebagainya. Orang atau kerumunan orang yang berada disekitar
tokoh juga dapat dimasukkan ke dalam unsur latar, namun tokoh itu sendiri tentu tidak termasuk”.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latar adalah tempat atau ruang terjadinya suatu peristiwa dalam karya sastra. Atau dengan kata lain
setting adalah peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu maupun peristiwa serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis.
Dalam kaitan ini Aminuddin 1987 : 68, membedakan antara setting latar yang bersifat fisikal dengan setting latar yang bersifat psikologis yaitu :
1. Setting yang bersifat fisikal berhubungan dengan tempat, misalnya
kota Jakarta, daerah pedesaan, pasar, sekolah, dan lain-lain, serta benda-benda dalam lingkungan tertentu yang tidak menuansakan
makna apa-apa, sedangkan setting psikologis adalah setting berupa lingkungan atau benda-benda dalam lingkungan tertentu yang mampu
mengajak emosi pembaca.
2. Setting fisikal hanya terbatas pada sesuatu yang bersifat fisik,
sedangkan setting psikologis dapat berupa nuansa maupun sikap serta jalan pikiran suatu lingkungan masyarakat tertentu.
3. Untuk memahami setting yang bersifat fisikal, pembaca cukup melihat
dari apa yang tersurat, sedangkan pemahaman terhadap setting yang bersifat psikologis membutuhkan adanya penghayatan dan penafsiran.
4. Terdapat saling pengaruh dan ketumpangtindihan antara setting fisikal
dengan setting psikologis. Walaupun setting dimaksudkan untuk mengidentifikasikan situasi yang
tergambar dalam cerita, keberadaan elemen setting hakikatnya tidaklah hanya sekedar menyatakan dimana, kapan, dan bagaimana situasi berlangsung,
melainkan berkaitan juga dengan gambaran tradisi, karakter, perilaku sosial, dan pandangan masyarakat pada waktu cerita ditulis. Dari kajian setting akan dapat
diketahui sejauh mana kesesuaian dan korelasi antara perilaku dan watak tokoh dengan kondisi masyarakat, situasi sosial, dan pandangan masyarakatnya.
Menurut Jakob Sumardjo Fananie, 2001 : 98, “Setting yang berhasil haruslah terintegrasi dengan tema, watak, gaya, implikasi atau kaitan
filosofisnya”. Dalam hal tertentu latar harus mampu membentuk tema dan plot
Universitas Sumatera Utara
tertentu yang dalam dimensinya terkait dengan tempat, waktu, daerah, dan orang- orang tertentu dengan watak-watak tertentu akibat situasi lingkungan atau
zamannya, cara hidup, dan cara berfikirnya. Dalam mengkaji hikayat, di sini hanya dititikberatkan pada lingkungan atau tempat terjadinya suatu peristiwa.
d. Tokoh