susu sebelanga”. Akibat perbuatan seseorang, seluruh kerajaan merasakan akibatnya. Kerajaan Arga Singa yang dahulunya hidup dalam tentram dan damai
kini harus mengalami peperangan dengan pasukan Indra Jaya.
4.3 Kepahlawanan
Pahlawan adalah seorang pejuang yang rela mati berkorban demi menyelamatkan bangsanya atau rakyatnya. Pada mulanya yang disebut pahlawan
ialah seseorang yang telah meninggal dunia, yang kemudian dimuliakan sebagai dewa. Dia tokoh sejarah karena banyak hal yang telah dilakukan untuk
kebahagiaan dan kesejahteraan manusia dan karena memiliki sifat yang menonjol, meskipun sudah meninggal masih tetap diingat dan dimuliakan.
Menurut Poerwadarminta Baried, 1987 : 15, “Dalam bahasa Inggris pahlawan adalah hero. Kata hero berasal dari bahasa yunani heros, yang
etimologinya tidak diketahui lagi. Dalam bahasa Indonesia padanan kata hero adalah pahlawan, berasal dari kata phala sanskerta yang artinya buah.
Pahlawan, berarti orang yang sangat gagah berani, pejuang yang gagah berani, atau terkemuka”.
Seorang pahlawan dalam karya fiksi dianggap memiliki kekuatan yang ajaib, dan sering mereka ditolong oleh makhluk gaib atau benda-benda tertentu
yang dapat memancarkan kesaktiannya untuk melawan musuh. Kehebatan tokoh ini tampak dalam peperangan atau dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang
penuh bahaya. Keajaiban yang dimiliki pahlawan tersebut sering dihubungkan dengan kelahiran atau pertumbuhannya, seperti lahir dari sepasang dewa-dewi,
atau lahir dari benda-benda tertentu, serta diikuti dengan pertumbuhan badan yang sangat cepat. Umumnya mereka keturunan ningrat, sebagai raja, atau sebagai
pemimpin rakyat. Menurut Joseph Campbell Baried, 1987 : 17, “Pengalaman- pengalaman pahlawan dalam mitologi memiliki urutan yang baku ialah :1
Universitas Sumatera Utara
Perpisahan, 2 Inisiasi, 3 Kembali”. Urutan atau formula ini dijelaskan sebagai berikut : Pertama-tama sang pahlawan meninggalkan tempat aslinya, dunia
manusia, lalu memasuki daerah yang penuh dengan keajaiban yang serba super. Di daerah itu, dia menjumpai berbagai kekuatan yang hebat yang harus dikuasai
dan dikalahkannya. Dengan pengalaman-pengalaman yang sangat berharga itu, dia kembali ke tempat asalnya dengan kemenangan yang meyakinkan untuk
menolong kelompoknya atau rakyatnya. Hal inilah yang terjadi dalam kehidupan Indra Jaya ketika hendak
melakukan pengembaraan. Bermula ketika Indra Jaya membantu ayah bundanya untuk kembali menjadi manusia biasa yang sebelumnya kedua orang tua Indra
Jaya berubah menjadi gajah jelmaan. Raja Bulia Kesna dan permaisuri belum sempat memberikan kasih sayang kepada anaknya karena Raja Bulia Kesna harus
merelakan kepergian Indra Jaya untuk melakukan pengembaraan dan mencari pengalaman di luar kerajaan ayahnya.
Syahdan maka berdebar hati Baginda mendengar sembah Indra Jaya itu, segera dipeluk, diciumnya, katanya, “Janganlah Tuan
meninggalkan Ayahanda Bunda. Sungguhpun Tuan tiada Ayahanda jadikan, tetapi rasanya hatiku seperti anaklah rasanya”. Maka sembah
Indra Jaya, “Tiada lama Tuanku patik pergi hingga bertemu dengan yang patik kehendaki. Segera juga patik kembali mengadap Syah
Alam kedua laki-istri. Maka titah Baginda juga, “Demikian, pergilah Tuan Segera-segera juga anakku kembali” halaman 22
Setelah berpisah dari orangtuanya, Indra Jaya memulai pengembaraan. Pengalaman yang pertama dalam pengembaraannya ialah ketika dia dengan tidak
sengaja masuk ke dalam daerah kekuasaan Langlang Samudra. Indra Jaya tidak merasa takut akan ancaman yang diberikan oleh Langlang Samudra sehingga
terjadilah peperangan dan akhirnya Langlang Samudra kalah dalam peperangan itu. Indra Jaya memiliki jiwa patriotik dan peduli kepada rakyat yang lemah. Hal
Universitas Sumatera Utara
ini terbukti ketika dalam pengembaraannya dia melihat ada sekumpulan mayat yang terhampar di padang yang luas. Berkat ilmu kesaktian yang dia dapati dari
Maharaja Kaladarma, Indra Jaya kemudian menghidupkan kembali orang mati tersebut. Adapun orang yang mati itu adalah kalah berperang melawan Raja Bayu
Nafiri. Setelah mendengar keluhan dari rakyat itu, bersama Indra Jaya mereka berniat untuk melakukan pembalasan kepada Raja Bayu Nafiri.
Hatta berapa lamanya ia berjalan, maka ia pun sampailah kepada suatu tempat terlalu luas padang itu. Maka dilihatnya padang itu
seperti tempat orang bekas berperang rupanya karena segala tulang dan tengkorak pun banyak bertimbun-timbun, bekas rakyat mati.
Setelah Indra Jaya melihat tulang dan tengkorak banyak itu, maka ia pun pikir dalam hatinya, “Siapa gerangan yang empunya rakyat
mati ini?” Jikalau ia pun mencinta kemala hikmat kalik itu, yang diperolehnya daripada Jin Darma Kala itu. Seketika dicintanya,
maka segala rakyat itu pun hiduplah sekaliannya, bangun, teraba seperti orang bangun tidur. Demikian lakunya segala rakyat itu.
halaman 30-31
Indra Jaya sudah banyak membantu orang sehingga namanya pun terkenal oleh kerajaan-kerajaan lain. Indra Jaya merasa bahwa tujuan pengembaraannya
sudah tercapai. Akhirnya Indra Jaya pulang ke kerajaan ayahnya dan menjalani kehidupannya dengan bahagia.
Syahdan maka Indra Jaya pun sujud di kaki Ayahanda bundanya, maka dipeluk dicium oleh Baginda kepalanya. Telah sudah, maka
Baginda pun bersabda kepadanya, katanya, “Marilah Tuan silakan ke dalam istana”. Maka sembah Maharaja Johan Syah, “Janaganlah
Tuanku bersusah karena patik ini dengan anakanda itu banyaklah patik menaggung kasih Paduka Anakanda itu. Di dalam perasaan
hati patik ini tiadalah empunya saudara dua tiga, melainkan Paduka Anakanda saudara patik dari dunia datang ke akhirat”. Telah itu,
maka Baginda pun kembali ke dalam istana diiringkan oleh anakanda Baginda Indra Jaya dan Maharaja Johan ketiga dengan
Langka Indra Loka. Maka Baginda pun masuk ke dalam. Telah sampai ke dalam istana, maka Baginda Pun duduklah dihadap oleh
anakanda Baginda Indra Jaya dengan Raja Johan Syah Peri dengan Langka Indra Loka. halaman 118-119
Universitas Sumatera Utara
Dari uraian di atas jelaslah bahwa, nilai-nilai psikologis yang dapat diambil adalah pendirian yang utuh dan kokoh dimiliki oleh seorang pahlawan
yaitu Indra Jaya dan bersikap optimis dalam mengambil segala kebijakan. Indra Jaya memiliki rasa tanggungjawab terhadap segala kesaktian yang dia miliki dan
segala ilmu kesaktian itu digunakannya untuk membantu rakyat yang lemah dan yang sedang mengalami bencana.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis mengkaji tentang berbagai aspek psikologis yang terdapat dalam HIJP, maka pada bab terakhir ini penulis membuat kesimpulan sebagai
berikut : 1.
Kedudukan HIJP merupakan hasil sastra zaman peralihan, yaitu zaman peralihan peradaban hindu ke islam. Yaitu zaman kebudayaan hindu mulai
meninggalkan pengaruhnya dan berangsur makin lemah, sedangkan pengaruh kebudayaan islam semakin berkembang. Ini dibuktikan dengan adanya
pemakaian lafaz-lafaz islami dalam hikayat ini. 2.
Hubungan sastra dengan psikologi sangat erat karena sama-sama berguna untuk sarana mempelajari kejiwaan manusia hanya perbedaannya, gejala
kejiwaan yang ada dalam karya sastra adalah gejala-gejala kejiwaan dari manusia-manusia imajiner, sedangkan dalam psikologi adalah manusia-
manusia riil. Namun, keduanya dapat saling melengkapi dan saling mengisi untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap kejiwaan
manusia. 3.
Menganalisis sebuah karya sastra dengan menggunakan pendekatan di luar karya sastra dari sudut ekstrinsik maka tidak terlepas dari unsur-unsur
instrinsiknya, setidaknya membahas unsur-unsur yang dianggap dominan sebagai tolak dasar tujuan.
Universitas Sumatera Utara