Perjanjian Pemberian GaransiJaminan PENGATURAN HAK ISTIMEWA DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN

BAB II PENGATURAN HAK ISTIMEWA DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN

GARANSI

A. Perjanjian Pemberian GaransiJaminan

Setiap ada perjanjian pemberian garansi jaminan pasti ada perjanjian yang mendahuluinya, yaitu perjanjian utang piutang yang disebut perjanjian pokok karena tidak mungkin ada perjanjian pemberian garansijaminan tanpa ada perjanjian pokoknya. Hal ini disebabkan karena tidak mungkin ada perjanjian pemberian garansijaminan yang dapat berdiri sendiri, melainkan selalu mengikuti perjanjian pokoknya. Apabila perjanjian pokoknya telah selesai, maka perjanjian garansijaminannya juga selesai. Sifat perjanjian seperti ini disebut dengan accessoir. Kedudukan perjanjian pemberian garansijaminan sebagai perjanjian yang bersifat accessoir tambahan mempunyai ciri-ciri: 64 a. Lahir dan hapusnya tergantung kepada perjanjian pokok; b. Ikut batal dengan batalnya perjanjian pokok; c. Ikut beralih dengan berlihnya perjanjian pokok. Lembaga jaminan mempunyai tugas melancarkan dan mengamankan kredit, jaminan yang ideal baik itu adalah: 65 64 Edy Putra Tje ‘Aman, Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis, Yogyakarta: Liberti, 1985, hal. 41. 65 Rachmadi Usman, Op.,Cit. hal. 70. 29 Universitas Sumatera Utara 30 1. Dapat secara mudah membantu perolehan kredit oleh pihak yang memerlukannya; 2. Tidak melemahkan potensi kekuatan si penerima kredit untuk melakukan meneruskan usahanya; 3. Memberikan kepastian kepada kreditur dalam arti bahwa yaitu bila perlu mudah diuangkan untuk melunasi utangnya si debitur. Adapun perjanjian pemberian garansijaminan ini bersifat accesoir, yang berarti bahwa perjanjian pemberian garansijaminan ini dapat terjadi atau terbentuk karena adanya perjanjian pendahuluan atau perjanjian pokok. Dalam hal ini jelas bahwa harus tetap ada perjanjian pendahuluan atau perjanjian pokok yang menjadi landasan atau dasar terbentuknya perjanjian pemberian garansijaminan ini. Namun seorang penjaminguarantor tidak dapat mengikatkan untuk syarat yang lebih berat daripada perjanjian pokok, artinya perjanjian pemberian garansijaminan ini hanya dapat dibentuk dan sebagai suatu keseluruhan syarat dalam perjanjian pokok. Namun tidak boleh melebihi dari perjanjian pokok, seperti yang disebutkan bahwa tidak mungkin ada borgtocht untuk kewajiban perikatan yang isinya lain daripada menyerahkan sejumlah uang atau melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Orang hanya menjamin perikatan sekunder yang muncul dari perikatan bersangkutan. 66 66 J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-hak Jaminan Pribadi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 5. Universitas Sumatera Utara 31 Hal ini tidak akan mengakibatkan batal secara langsung terhadap perjanjian pemberian garansijaminan atau perjanjian penanggungan itu, melainkan perjanjian pemberian garansijaminan itu hanya sah sebatas apa yang diliputi atas syarat dari perjanjian pokok, selain itu tidak sah dapat dibatalkan. 67 Hal ini logis bila dilihat dari sifat perjanjian pemberian garansijaminan itu sendiri, juga didukung oleh dasar bahwa suatu perikatan dalam suatu perjanjian yang sifatnya tunduk kepada suatu perjanjian pokok, tidak bisa melebihi perikatan-perikatan yang diterbitkan oleh perjanjian pokok itu. Sesuai dengan sifat accesoir dari perjanjian pemberian garansijaminan ini, maka jaminan ini turut beralih apabila pokoknya beralih. Masalah peralihan ini baru berarti apabila disertai dengan diberikan kepada orang lain yang juga mengalihkan perjanjian pokoknya. Dalam hal ini hak kreditor tidak mengalami perubahan yang berarti sepanjang tidak ditentukan lain. Dalam rumusan yang diberikan oleh Pasal 1820 KUH Perdata mengenai penjaminborgtocht mengandung tiga unsur, yaitu: 68 1. Ciri sukarela Seorang pihak ketiga yang sama sekali tidak mempunyai urusan dan kepentingan apa-apa dalam suatu persetujuan yang dibuat antara debitor dan kreditor, dengan sukarela membuat “pernyataan mengikatkan diri” akan menyanggupi pelaksanaan perjanjian, apabila nanti si debitor tidak melaksanakan pemenuhan kewajiban terhadap kreditor. 67 Megarita, Op. Cit., hal. 66. 68 M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Jakarta: Alumni, 2002, hal. 6. Universitas Sumatera Utara 32 2. Ciri subsidair Yakni dengan adanya pernyataan mengikatkan diri memenuhi perjanjian dari borg penjamin, seolah-olah konstruksi perjanjian dalam hal ini menjadi dua, tanpa saling bertindih. Yang pertama ialah perjanjian pokok itu sendiri antara kreditor dan debitor. Perjanjian yang kedua, yang kita anggap perjanjian subsidair ialah perjanjian pemberian garansi jaminan tersebut antara si penjaminguarantor dengan pihak kreditor. 3. Ciri accesoir Sebenarnya dengan memperhatikan ciri subsidair diatas, sudah jelas terlihat accesoir yang melekat atau menempel pada perjanjian pokok yang dibuat oleh debitor dan kreditor. Apabila debitor sendiri telah melaksanakan kewajibannya kepada debitor, hapuslah kewajiban penjaminguarantor. 4. Perjanjian pemberian garansijaminan batal, apabila perjanjian pokoknya batal. Dalam prakteknya untuk mencegah agar perjanjian pemberian garansijaminan tidak batal disebabkan batalnya perjanjian pokok, maka perjanjian pemberian garansijaminan selalu dikumulasikan dengan pemberian indemnity ex Pasal 1316 KUHPerdata. Pemberian indemnity ex Pasal 1316 KUHPerdata adalah perjanjian pokokyang berdiri tersendiri di samping perjanjian utang piutangnya, sehingga bila perjanjian utang piutang itu batal, maka pemberian indemnity ini tidak akan ikut menjadi batal. Lahirnya suatu perjanjian pemberian garansipenjaminan dapat juga dikatakan sebagai terbentuknya atau telah dilakukan atas dibuatnya suatu penjaminan baik Universitas Sumatera Utara 33 oleh perseorangan personal guarantee maupun suatu badan usaha corporate guarantee. Seperti yang telah disebutkan lahirnya perjanjian pemberian garansijaminan ini harus diikuti dengan perjanjian pokok terlebih dahulu, baik itu perjanjian kredit bank maupun perjanjian lainnya. Sesuai dengan sifat dari perjanjian pemberian garansijaminan itu sendiri yang senantiasa diikuti dan didahului oleh perjanjian pokok. Jadi jelas bahwa perjanjian pemberian garansijaminan timbul sebagai adanya akibat perjanjian pokok yang menyebutkan secara khusus adanya penjaminan tersebut.

B. Pentingnya Perjanjian pemberian GaransiJaminan