33
oleh perseorangan personal guarantee maupun suatu badan usaha corporate guarantee. Seperti yang telah disebutkan lahirnya perjanjian pemberian
garansijaminan ini harus diikuti dengan perjanjian pokok terlebih dahulu, baik itu perjanjian kredit bank maupun perjanjian lainnya. Sesuai dengan sifat dari
perjanjian pemberian garansijaminan itu sendiri yang senantiasa diikuti dan didahului oleh perjanjian pokok. Jadi jelas bahwa perjanjian pemberian
garansijaminan timbul sebagai adanya akibat perjanjian pokok yang menyebutkan secara khusus adanya penjaminan tersebut.
B. Pentingnya Perjanjian pemberian GaransiJaminan
Setiap kredit yang diberikan oleh Bank atau fasilitas kredit yang diberikan oleh kreditor lainnya kepada debitor diharapkan oleh bank atau kreditor
lainnya untuk dibayar kembali oleh debitor tepat pada waktunya, Setelah masa pembayaran kredit tiba, Bank mengharapkan agar debitor membayar
kredit dan bunga yang telah disepakati bersama dalam perjanjian kredit. Kredit yang diberikan oleh Bank biasanya disertai dengan adanya pemberian
garansijaminan. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 8 Ayat 1 Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan yang berbunyi “Dalam memberikan
kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, Bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atau itikad dan
kemampuan serta kesanggupan nasabah debitor untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.”
Universitas Sumatera Utara
34
Oleh karena itu pada umumnya Bank menggunakan instrumen analisa yang terkenal dengan the fives of credit atau 5C, yaitu:
69
1. Character watak
Watak dapat diartikan sebagai kepribadian, moral dan kejujuran pemohon kredit. Debitor yang mempunyai watak yang tidak baik seperti tidak jujur,
kemungkinan besar akan melakukan penyimpangan dalam menggunakan kredit. Kredit yang digunakan tidak sesuai tujuan yang ditetapkan dalam
perjanjian kredit akibatnya proyek yang dibiayai dengan kredit tidak menghasilkan pendapatan sehingga mengakibatkan kredit macet.
2. Capital modal
Seseorang atau badan usaha yang akan menjalankan usaha atau bisnis sangat memerlukan modal untuk memperlancar kegiatan bisnisnya.
Seorang yang akan mengajukan permohonan kredit baik untuk kepentingan produktif atau konsumtif maka orang itu harus memiliki
modal. Pemohon kredit yang berbentuk badan usaha, besarnya modal yang dimiliki pemohon kredit ini dapat dicermati dari laporan keuangannya.
Semakin besar jumlah modal yang dimiliki maka menunjukkan perusahaan tersebut memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban
membayar utangnya.
69
Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Bandung: Alfabeta, 2003, hal. 93- 94.
Universitas Sumatera Utara
35
3. Capacity kemampuan
Untuk dapat memenuhi kewajiban pembayaran, debitor harus memiliki kemampuan yang memadai yang berasal dari pendapatan pribadi jika
debitor perorangan atau pendapatan perusahaan bila debitor berbentuk badan usaha.
4. Collateral jaminan
Jaminan berarti harta kekayaan yang dapat diikat sebagai jaminan guna menjamin kepastian pelunasan utang jika di kemudian hari debitor tidak
melunasi utangnya dengan jalan menjual jaminan dan mengambil pelunasan dari penjualan harta kekayaan yang menjadi jaminan itu.
Jaminan meliputi jaminan yang bersifat materil berupa barang atau benda yang bergerak atau benda yang tidak bergerak misalnya tanah, bangunan,
mobil, motor, saham dan jaminan yang bersifat immateril seperti jaminan pribadi.
5. Condition of Economy kondisi ekonomi
Selain faktor-faktor di atas, yang perlu mendapat perhatian penuh dari analis adalah kondisi ekonomi negara. Kondisi ekonomi adalah situasi
ekonomi pada waktu dan jangka waktu tertentu dimana kredit itu diberikan oleh Bank kepada pemohon. Apakah kondisi ekonomi pada
kurun waktu kredit dapat mempengaruhi usaha dan pendapatan pemohon kredit untuk melunasi utangnya. Bermacam-macam kondisi diluar
pengetahuan Bank dan diluar pengetahuan pemohon kredit. Kondisi
Universitas Sumatera Utara
36
ekonomi yang dapat mempengaruhi kemampuan pemohon kredit mengembalikan utangnya sering sulit untuk diprediksi. Kondisi ekonomi
negara yang buruk sudah pasti mempengaruhi usaha pemohon kredit dan pendapatan perorangan yang akibatnya berdampak pada kemampuan
pemohon kredit untuk melunasi utangnya. Bank tidak akan memberikan kredit kepada siapapun tanpa disertai dengan
garansijaminan dengan disyaratkan adanya suatu garansijaminan di dalam permohonan kredit. Diharapkan apabila ternyata di kemudian hari debitor
lalai yaitu tidak membayar utang beserta bunga, maka garansijaminan inilah yang akan dipergunakan oleh pihak kreditor bank untuk melunasi utang
debitor. Karena sesuai dengan pengertian dari Pasal 1820 KUHPerdata yang menentukan bahwa “pemberian garansipenjaminan adalah suatu
perjanjianpersetujuan dengan mana seorang pihak ketiga guna kepentingan si berpiutang mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si berutang
manakala orang itu sendiri tidak memenuhinya.”
70
Pemberi garansipenjamin ini merupakan jaminan berupa orang pribadibadan hukum dengan tujuan melindungi kepentingan kreditor atau
Bank yang bersifat umum artinya dapat mengakibatkan seluruh harta kekayaan pemberi garansipenjamin menjadi jaminan dari debitor yang
bersangkutan. Perjanjian pemberian garansijaminan dapat diminta oleh kreditor dengan menunjuk pemberi garansipenjamin tertentu, atau yang
70
Pasal 1820 KUHPerdata.
Universitas Sumatera Utara
37
diajukan debitor. Dalam pemberian garansijaminan ini bukan berarti setiap orang atau badan hukum bisa menjadi penjamin, melainkan orang atau badan
hukum yang betul-betul mampu membayar utangnya debitor. Agar dapat menjadi pemberi garansipenjamin seseorang atau badan hukum harus
memenuhi syarat-syarat yaitu:
71
1. Cakap atau mampu untuk mengikatkan diri dalam suatu perjanjian
artinya tidak dibawah umur, dibawah pengampuan atau pailit. 2.
Mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajibannya sebagai pemberi garansipenjamin artinya yang bersangkutan dinilai mampu
dan mempunyai harta yang cukup untuk memenuhi kewajibannya. 3.
Berdiam di wilayah Indonesia, syarat ini bertujuan untuk memudahkan bagi kreditor bank di dalam menagih utang tersebut. Sebab bila
pemberian garansipenjamin berada di luar negeri tentunnya akan menyulitkan untuk menyelesaikan masalah penjaminan tersebut.
Dengan adanya perjanjian pemberian garansi antara kreditor dengan pemberi garansijaminan, maka lahirlah akibat-akibat hukum yang berupa
hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu yang harus diperhatikan baik oleh pemberi garansipenjamin maupun oleh kreditor.
Bentuk akta perjanjian pemberian garansijaminan dapat dibuat dengan akta di bawah tangan atau dengan akta otentik karena Undang-undang tidak
mensyaratkan atau menentukan secara formal mengenai bentuk akta
71
Pasal 1827 KUHPerdata.
Universitas Sumatera Utara
38
perjanjian pemberian garansijaminan tersebut. Namun pada umumnya dalam praktek perbankan akta perjanjian pemberian garansijaminan selalu dibuat
dengan akta notaris karena lebih menjamin kebenaran dan kelengkapan isi akta perjanjian pemberian garansijaminan tersebut dan dapat menjamin
kekuatan pembuktian sebagai akta otentik sekaligus agar para pihak mengetahui masing-masing yang menjadi hak dan kewajibannya.
72
C. Akibat Hukum Perjanjian Pemberian Garansijaminan