Akibat Hukum Perjanjian Pemberian Garansijaminan

38 perjanjian pemberian garansijaminan tersebut. Namun pada umumnya dalam praktek perbankan akta perjanjian pemberian garansijaminan selalu dibuat dengan akta notaris karena lebih menjamin kebenaran dan kelengkapan isi akta perjanjian pemberian garansijaminan tersebut dan dapat menjamin kekuatan pembuktian sebagai akta otentik sekaligus agar para pihak mengetahui masing-masing yang menjadi hak dan kewajibannya. 72

C. Akibat Hukum Perjanjian Pemberian Garansijaminan

Suatu perjanjian pemberian garansijaminan akan membawa akibat hukum, sebagai berikut: 1. Akibat hukum antara guarantorpenjamin dengan kreditor Perjanjian pemberian garansijaminan merupakan perjanjian antara seorang penjaminguarantor dengan kreditur yang menjamin pembayaran kembali utang debitor manakala debitor sendiri tidak memenuhinya cidera janji. Penjaminguarantor merupakan pihak ketiga yang mengikatkan diri kepada kreditor untuk menjamin pembayaran kembali utang debitor. Penjamin yang mengikatkan diri kepada kreditor dapat dilakukan dengan sepengetahuan debitor atau diluar pengetahuan debitor. Seorang guarantorpenjamin yang telah mengikatkan diri sebagai guarantorpenjamin membawa akibat hukum bagi 72 Sutarno, Op. Cit., hal. 243. Universitas Sumatera Utara 39 guarantorpenjamin untuk melunasi utang debitor si berutang utama manakala debitor cidera janji. Kewajiban guarantorpenjamin untuk melunasi utang debitor tersebut baru dilakukan setelah kreditor mengeksekusi harta kekayaan milik debitor yang hasilnya tidak mencukupi untuk melunasi utangnya. 73 Selama kreditor belum melakukan eksekusi atau penjualan harta kekayaan debitor, guarantorpenjamin tidak memiliki kewajiban membayar utang debitor yang dijaminnya. Jadi meskipun guarantorpenjamin telah mengikatkan diri sebagai guarantorpenjamin tidak serta merta memiliki kewajiban uuntuk membayar utang debitor. Bisa dikatakan bahwa tanggung jawab guarantorpenjamin hanyalah sebagai cadangan atau subsider, dalam hal penjualan harta kekayaan debitor tidak mencukupi atau sama sekali debitor tidak memiliki harta benda yang dapat dijual. Hal ini sesuai Pasal 1831 KUHPerdata yang mengaskan bahwa guarantorpenjamin tidaklah diwajibkan membayar kepada kreditor, selain jika debitor lalai sedangkan harta benda debitor ini harus lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya. 74 Pasal 1832 KUHPerdata memberikan pengecualian terhadap ketentuan pasal 1831 KUHPerdata sehingga memberikan peluang kepada kreditor untuk dapat menuntut langsung kepada seorang guarantorpenjamin untuk melunasi utang seluruhnya tanpa harus menjual harta benda debitor terlebih dahulu, dalam hal 73 Sutarno, Op. Cit., hal. 250-251. 74 Ibid. Universitas Sumatera Utara 40 penjaminguarantor telah melepaskan hak istimewanya untuk menuntut dilakukan lelang-sita lebih dahulu atas harta benda debitor. Bagi penjaminguarantor yang telah melepaskan hak istimewanya yang dinyatakan secara tegas dalam akta pemberian garansi atau penjaminan maka kreditor dapat melakukan sita-lelang harta kekayaan guarantorpenjamin tanpa harus menunggu sita-lelang harta kekayaan debitor terlebih dahulu. 75 Dapat disimpulkan bahwa dalam perjanjian pemberian garansipenjaminan ini membawa akibat hukum bagi guarantorpenjamin dan kreditor yaitu: 76 a. Penjaminguarantor berkewajiban untuk melunasi utang debitor manakala debitor cidera janji. b. Sebelum penjaminguarantor membayar utang debitor, penjaminguarantor dapat meminta kepada kreditor untuk menyita dan melelang harta kekayaan debitor terlebih dahulu, baru kemudian harta kekayaan penjaminguarantor jika hasil lelang harta debitor tidak cukup unruk melunasi utangnya. Permintaan guarantorpenjamin harus disampaikan pertama kali saat memberikan jawaban atas gugatan kreditor di pengadilan. c. Namun hak istimewa penjaminguarantor untuk meminta supaya harta kekayaan debitor disita atau dilelang terlebih dahulu, menjadi hapus 75 Ibid. 76 Ibid.,hal. 252. Universitas Sumatera Utara 41 manakala guarantor dengan tegas melepaskan hak istimewanya yang dinyatakan dalam perjanjian pemberian garansijaminan. d. Penjaminguarantor yang meminta kepada kreditor agar menyita dan melelang harta kekayaan debitor terlebih dahulu mempunyai kewajiban menunjukkan harta kekayaan debitor dan wajib menyediakan biaya sita dan lelang. 2. Akibat hukum antara penjaminguarantor dan debitor Jika penjaminguarantor telah membayar utang debitor ia dapat menuntut kembali pembayaran tersebut dari si debitor, baik pemberian garansipenjaminan itu terjadi dengan pengetahuan atau tanpa sepengetahuan debitor. Hak menuntut kembali tersebut lazim juga disebut hak regres, timbul karena diberikan oleh Undang-undang. Hak regres demikian tetap ada sekalipun tidak tercantum secara khusus dalam akta perjanjian pemberian garansijaminan. Hak regres itu timbul setelah penjaminguarantor membayar utang debitor, baik pembayaran itu terjadi secara sukarela maupun atas dasar keputusan hakim yang memutuskanmenghukum penjaminguarantor untuk membayar utang tersebut. 77 Hak regres itu dilakukan baik mengenai utang pokok, bunga maupun biaya-biaya yang timbul. Penjaminguarantor juga berhak menuntut penggantian kerugian yang berupa biaya, kerugian dan bunga jika ada alas an untuk itu. 78 77 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, Yogyakarta: Liberti Offset, 1980. hal. 100. 78 Pasal 1839 Ayat 4 KUHPerdata. Universitas Sumatera Utara 42 Dari ketentuan Undang-undang dapat disimpulkan bahwa guarantorpenjamin yang telah membayar itu mempunyai dua macam hak menuntut kembali terhadap si berutang, yaitu: a. Penjaminguarantor mempunyai hak menuntut kembali yang merupakan haknya sendiri terhadap debitor. 79 b. Penjaminguarantor yang telah membayar itu karena hukum bertindak menggantikan kedudukan kreditor mengenai hak-haknya terhadap debitor, menggantikan hak-hak kreditor karena subrogasi. 80 Dari kedua macam penuntutan kembali dari penjaminguarantor tersebut dapat disimpulkan ada perbedaan mengenai akibat hukumnya. Pada hak regres yang merupakan hak sendiri dari guarantor, disini penjaminguarantor mempunyai hak untuk menuntut kembali tidak hanya mengenai utang yang telah dibayarnya, melainkan juga berhak untuk menuntut penggantian kerugian yang timbul karena akibat penjualan terhadap barang penjaminguarantor. Hak menuntut penggantian kerugian demikian tidak ada pada penjaminguarantor yang menggantikan kedudukan kreditor. Sebaliknya pada penjaminguarantor yang menggantikan hak-hak kredir yang karena subrogasi, memperoleh hak-hak kreditor terhadap si berutang, termasuk jaminan-jaminan accesoir yang melekat pada hak kreditor yang digantinya. Misalnya jika utang pokok itu dijamin dengan 79 Pasal 1839 KUHPerdata. 80 Pasal 1840 KUHPerdata. Universitas Sumatera Utara 43 hipotik maka penjaminguarantor juga memperoleh hak hipotik yang melekat pada utang tersebut. 81 3. Akibat hukum antar penjaminguarantor Apabila ada beberapa penjaminguarantor yang telah mengikatkan diri untuk menjamin debitor yang sama dan untuk utang yang sama, maka bagi guarantorpenjamin yang telah melunasi utang debitor tersebut mempunyai hak menuntut kepada penjaminguarantor lainnya masing-masing sesuai bagiannya. Beberapa penjaminguarantor yang menjamin debitor yang sama dan untuk satu utang yang sama diperlakukan seperti orang-orang yang berutang secara jamin menjamin, kecuali mereka menggunakan hak istimewa untuk meminta pemecahan utangnya. 82

D. Akibat Hukum Terhadap PenjaminGuarantor yang Melepaskan Hak