27
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang terdiri atas buku-buku teks yang ditulis oleh ahli hukum yang berpengaruh, jurnal-jurnal hukum,
pendapat para sarjana, kasus-kasus hukum, yurisprudensi, dan hasil-hasil simposium mutakhir yang berkaitan dengan topik penelitian.
61
Dalam penelitian ini, bahan hukum sekunder yang digunakan adalah berupa
buku-buku rujukan yang relevan, hasil karya tulis ilmiah, dan berbagai makalah yang berkaitan.
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
62
berupa kamus umum, kamus bahasa, surat kabar, artikel, internet.
3. Tekhnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumen-dokumen yang relevan dengan penelitian ini di perpustakaan dan melakukan identifikasi data.
Data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan tersebut selanjutnya akan dipilah-pilah guna memperoleh Pasal-Pasal di dalam Undang-Undang Nomor
37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berisi kaedah-kaedah hukum
yang kemudian dihubungkan dengan permasalahan yang sedang dihadapi dan di
61
Jhony Ibrahim, op.cit, hal. 296.
62
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
28
sistematisasikan sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan dalam penelitian ini. Selanjutnya data yang diperoleh tersebut
akan dianalisis secara induktif-kualitatif untuk sampai pada kesimpulan, sehingga pokok permasalahan yang ditelaah dalam penelitian ini akan dijawab.
63
4. Analisis Data
Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang diperoleh dianalisis secara normatif kualitatif, analisis tersebut dilakukan dengan memilih peraturan-
peraturan hukum tentang hak istimewa dalam perjanjian pemberian garansi oleh induk perusahaan terhadap anak perusahaan dalam kepailitan. Langkah
selanjutnya membuat sistematika kaidah-kaidah hukum dalam peraturan tersebut sehingga menghasilkan klasifikasi yang relevan dengan objek permasalahan yang
dibahas dalam penelitian ini. Kemudian analisis dilanjutkan dengan metode deduktif, yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum
terhadap permasalahan konkret yang dihadapi sehingga dapat menjadi acuan dan pertimbangan hukum dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang
dihadapi.
63
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, hal. 195-196.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PENGATURAN HAK ISTIMEWA DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN
GARANSI
A. Perjanjian Pemberian GaransiJaminan
Setiap ada perjanjian pemberian garansi jaminan pasti ada perjanjian yang
mendahuluinya, yaitu perjanjian utang piutang yang disebut perjanjian pokok karena tidak mungkin ada perjanjian pemberian garansijaminan tanpa ada
perjanjian pokoknya. Hal ini disebabkan karena tidak mungkin ada perjanjian pemberian garansijaminan yang dapat berdiri sendiri, melainkan selalu mengikuti
perjanjian pokoknya. Apabila perjanjian pokoknya telah selesai, maka perjanjian garansijaminannya juga selesai. Sifat perjanjian seperti ini disebut dengan
accessoir. Kedudukan perjanjian pemberian garansijaminan sebagai perjanjian yang
bersifat accessoir tambahan mempunyai ciri-ciri:
64
a. Lahir dan hapusnya tergantung kepada perjanjian pokok; b. Ikut batal dengan batalnya perjanjian pokok;
c. Ikut beralih dengan berlihnya perjanjian pokok. Lembaga jaminan mempunyai tugas melancarkan dan mengamankan kredit,
jaminan yang ideal baik itu adalah:
65
64
Edy Putra Tje ‘Aman, Kredit Perbankan Suatu Tinjauan Yuridis, Yogyakarta: Liberti, 1985, hal. 41.
65
Rachmadi Usman, Op.,Cit. hal. 70. 29
Universitas Sumatera Utara
30
1. Dapat secara mudah membantu perolehan kredit oleh pihak yang
memerlukannya; 2.
Tidak melemahkan potensi kekuatan si penerima kredit untuk melakukan meneruskan usahanya;
3. Memberikan kepastian kepada kreditur dalam arti bahwa yaitu bila perlu
mudah diuangkan untuk melunasi utangnya si debitur. Adapun perjanjian pemberian garansijaminan ini bersifat accesoir, yang
berarti bahwa perjanjian pemberian garansijaminan ini dapat terjadi atau terbentuk karena adanya perjanjian pendahuluan atau perjanjian pokok. Dalam hal
ini jelas bahwa harus tetap ada perjanjian pendahuluan atau perjanjian pokok yang menjadi landasan atau dasar terbentuknya perjanjian pemberian garansijaminan
ini. Namun seorang penjaminguarantor tidak dapat mengikatkan untuk syarat yang lebih berat daripada perjanjian pokok, artinya perjanjian pemberian
garansijaminan ini hanya dapat dibentuk dan sebagai suatu keseluruhan syarat dalam perjanjian pokok. Namun tidak boleh melebihi dari perjanjian pokok,
seperti yang disebutkan bahwa tidak mungkin ada borgtocht untuk kewajiban perikatan yang isinya lain daripada menyerahkan sejumlah uang atau melakukan
atau tidak melakukan sesuatu. Orang hanya menjamin perikatan sekunder yang muncul dari perikatan bersangkutan.
66
66
J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-hak Jaminan Pribadi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 5.
Universitas Sumatera Utara
31
Hal ini tidak akan mengakibatkan batal secara langsung terhadap perjanjian pemberian garansijaminan atau perjanjian penanggungan itu, melainkan
perjanjian pemberian garansijaminan itu hanya sah sebatas apa yang diliputi atas syarat dari perjanjian pokok, selain itu tidak sah dapat dibatalkan.
67
Hal ini logis bila dilihat dari sifat perjanjian pemberian garansijaminan itu sendiri, juga
didukung oleh dasar bahwa suatu perikatan dalam suatu perjanjian yang sifatnya tunduk kepada suatu perjanjian pokok, tidak bisa melebihi perikatan-perikatan
yang diterbitkan oleh perjanjian pokok itu. Sesuai dengan sifat accesoir dari perjanjian pemberian garansijaminan ini, maka jaminan ini turut beralih apabila
pokoknya beralih. Masalah peralihan ini baru berarti apabila disertai dengan diberikan kepada orang lain yang juga mengalihkan perjanjian pokoknya. Dalam
hal ini hak kreditor tidak mengalami perubahan yang berarti sepanjang tidak ditentukan lain. Dalam rumusan yang diberikan oleh Pasal 1820 KUH Perdata
mengenai penjaminborgtocht mengandung tiga unsur, yaitu:
68
1. Ciri sukarela
Seorang pihak ketiga yang sama sekali tidak mempunyai urusan dan kepentingan apa-apa dalam suatu persetujuan yang dibuat antara debitor dan
kreditor, dengan sukarela membuat “pernyataan mengikatkan diri” akan menyanggupi pelaksanaan perjanjian, apabila nanti si debitor tidak
melaksanakan pemenuhan kewajiban terhadap kreditor.
67
Megarita, Op. Cit., hal. 66.
68
M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Jakarta: Alumni, 2002, hal. 6.
Universitas Sumatera Utara
32
2. Ciri subsidair
Yakni dengan adanya pernyataan mengikatkan diri memenuhi perjanjian dari borg penjamin, seolah-olah konstruksi perjanjian dalam hal ini menjadi dua,
tanpa saling bertindih. Yang pertama ialah perjanjian pokok itu sendiri antara kreditor dan debitor. Perjanjian yang kedua, yang kita anggap perjanjian
subsidair ialah perjanjian pemberian garansi jaminan tersebut antara si penjaminguarantor dengan pihak kreditor.
3. Ciri accesoir
Sebenarnya dengan memperhatikan ciri subsidair diatas, sudah jelas terlihat accesoir yang melekat atau menempel pada perjanjian pokok yang dibuat oleh
debitor dan kreditor. Apabila debitor sendiri telah melaksanakan kewajibannya kepada debitor, hapuslah kewajiban penjaminguarantor.
4. Perjanjian pemberian garansijaminan batal, apabila perjanjian pokoknya
batal. Dalam prakteknya untuk mencegah agar perjanjian pemberian garansijaminan tidak batal disebabkan batalnya perjanjian pokok, maka
perjanjian pemberian garansijaminan selalu dikumulasikan dengan pemberian indemnity ex Pasal 1316 KUHPerdata. Pemberian indemnity ex Pasal 1316
KUHPerdata adalah perjanjian pokokyang berdiri tersendiri di samping perjanjian utang piutangnya, sehingga bila perjanjian utang piutang itu batal,
maka pemberian indemnity ini tidak akan ikut menjadi batal. Lahirnya suatu perjanjian pemberian garansipenjaminan dapat juga dikatakan
sebagai terbentuknya atau telah dilakukan atas dibuatnya suatu penjaminan baik
Universitas Sumatera Utara
33
oleh perseorangan personal guarantee maupun suatu badan usaha corporate guarantee. Seperti yang telah disebutkan lahirnya perjanjian pemberian
garansijaminan ini harus diikuti dengan perjanjian pokok terlebih dahulu, baik itu perjanjian kredit bank maupun perjanjian lainnya. Sesuai dengan sifat dari
perjanjian pemberian garansijaminan itu sendiri yang senantiasa diikuti dan didahului oleh perjanjian pokok. Jadi jelas bahwa perjanjian pemberian
garansijaminan timbul sebagai adanya akibat perjanjian pokok yang menyebutkan secara khusus adanya penjaminan tersebut.
B. Pentingnya Perjanjian pemberian GaransiJaminan
Setiap kredit yang diberikan oleh Bank atau fasilitas kredit yang diberikan oleh kreditor lainnya kepada debitor diharapkan oleh bank atau kreditor
lainnya untuk dibayar kembali oleh debitor tepat pada waktunya, Setelah masa pembayaran kredit tiba, Bank mengharapkan agar debitor membayar
kredit dan bunga yang telah disepakati bersama dalam perjanjian kredit. Kredit yang diberikan oleh Bank biasanya disertai dengan adanya pemberian
garansijaminan. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 8 Ayat 1 Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan yang berbunyi “Dalam memberikan
kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, Bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atau itikad dan
kemampuan serta kesanggupan nasabah debitor untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.”
Universitas Sumatera Utara
34
Oleh karena itu pada umumnya Bank menggunakan instrumen analisa yang terkenal dengan the fives of credit atau 5C, yaitu:
69
1. Character watak
Watak dapat diartikan sebagai kepribadian, moral dan kejujuran pemohon kredit. Debitor yang mempunyai watak yang tidak baik seperti tidak jujur,
kemungkinan besar akan melakukan penyimpangan dalam menggunakan kredit. Kredit yang digunakan tidak sesuai tujuan yang ditetapkan dalam
perjanjian kredit akibatnya proyek yang dibiayai dengan kredit tidak menghasilkan pendapatan sehingga mengakibatkan kredit macet.
2. Capital modal
Seseorang atau badan usaha yang akan menjalankan usaha atau bisnis sangat memerlukan modal untuk memperlancar kegiatan bisnisnya.
Seorang yang akan mengajukan permohonan kredit baik untuk kepentingan produktif atau konsumtif maka orang itu harus memiliki
modal. Pemohon kredit yang berbentuk badan usaha, besarnya modal yang dimiliki pemohon kredit ini dapat dicermati dari laporan keuangannya.
Semakin besar jumlah modal yang dimiliki maka menunjukkan perusahaan tersebut memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban
membayar utangnya.
69
Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Bandung: Alfabeta, 2003, hal. 93- 94.
Universitas Sumatera Utara
35
3. Capacity kemampuan
Untuk dapat memenuhi kewajiban pembayaran, debitor harus memiliki kemampuan yang memadai yang berasal dari pendapatan pribadi jika
debitor perorangan atau pendapatan perusahaan bila debitor berbentuk badan usaha.
4. Collateral jaminan
Jaminan berarti harta kekayaan yang dapat diikat sebagai jaminan guna menjamin kepastian pelunasan utang jika di kemudian hari debitor tidak
melunasi utangnya dengan jalan menjual jaminan dan mengambil pelunasan dari penjualan harta kekayaan yang menjadi jaminan itu.
Jaminan meliputi jaminan yang bersifat materil berupa barang atau benda yang bergerak atau benda yang tidak bergerak misalnya tanah, bangunan,
mobil, motor, saham dan jaminan yang bersifat immateril seperti jaminan pribadi.
5. Condition of Economy kondisi ekonomi
Selain faktor-faktor di atas, yang perlu mendapat perhatian penuh dari analis adalah kondisi ekonomi negara. Kondisi ekonomi adalah situasi
ekonomi pada waktu dan jangka waktu tertentu dimana kredit itu diberikan oleh Bank kepada pemohon. Apakah kondisi ekonomi pada
kurun waktu kredit dapat mempengaruhi usaha dan pendapatan pemohon kredit untuk melunasi utangnya. Bermacam-macam kondisi diluar
pengetahuan Bank dan diluar pengetahuan pemohon kredit. Kondisi
Universitas Sumatera Utara
36
ekonomi yang dapat mempengaruhi kemampuan pemohon kredit mengembalikan utangnya sering sulit untuk diprediksi. Kondisi ekonomi
negara yang buruk sudah pasti mempengaruhi usaha pemohon kredit dan pendapatan perorangan yang akibatnya berdampak pada kemampuan
pemohon kredit untuk melunasi utangnya. Bank tidak akan memberikan kredit kepada siapapun tanpa disertai dengan
garansijaminan dengan disyaratkan adanya suatu garansijaminan di dalam permohonan kredit. Diharapkan apabila ternyata di kemudian hari debitor
lalai yaitu tidak membayar utang beserta bunga, maka garansijaminan inilah yang akan dipergunakan oleh pihak kreditor bank untuk melunasi utang
debitor. Karena sesuai dengan pengertian dari Pasal 1820 KUHPerdata yang menentukan bahwa “pemberian garansipenjaminan adalah suatu
perjanjianpersetujuan dengan mana seorang pihak ketiga guna kepentingan si berpiutang mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si berutang
manakala orang itu sendiri tidak memenuhinya.”
70
Pemberi garansipenjamin ini merupakan jaminan berupa orang pribadibadan hukum dengan tujuan melindungi kepentingan kreditor atau
Bank yang bersifat umum artinya dapat mengakibatkan seluruh harta kekayaan pemberi garansipenjamin menjadi jaminan dari debitor yang
bersangkutan. Perjanjian pemberian garansijaminan dapat diminta oleh kreditor dengan menunjuk pemberi garansipenjamin tertentu, atau yang
70
Pasal 1820 KUHPerdata.
Universitas Sumatera Utara
37
diajukan debitor. Dalam pemberian garansijaminan ini bukan berarti setiap orang atau badan hukum bisa menjadi penjamin, melainkan orang atau badan
hukum yang betul-betul mampu membayar utangnya debitor. Agar dapat menjadi pemberi garansipenjamin seseorang atau badan hukum harus
memenuhi syarat-syarat yaitu:
71
1. Cakap atau mampu untuk mengikatkan diri dalam suatu perjanjian
artinya tidak dibawah umur, dibawah pengampuan atau pailit. 2.
Mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajibannya sebagai pemberi garansipenjamin artinya yang bersangkutan dinilai mampu
dan mempunyai harta yang cukup untuk memenuhi kewajibannya. 3.
Berdiam di wilayah Indonesia, syarat ini bertujuan untuk memudahkan bagi kreditor bank di dalam menagih utang tersebut. Sebab bila
pemberian garansipenjamin berada di luar negeri tentunnya akan menyulitkan untuk menyelesaikan masalah penjaminan tersebut.
Dengan adanya perjanjian pemberian garansi antara kreditor dengan pemberi garansijaminan, maka lahirlah akibat-akibat hukum yang berupa
hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu yang harus diperhatikan baik oleh pemberi garansipenjamin maupun oleh kreditor.
Bentuk akta perjanjian pemberian garansijaminan dapat dibuat dengan akta di bawah tangan atau dengan akta otentik karena Undang-undang tidak
mensyaratkan atau menentukan secara formal mengenai bentuk akta
71
Pasal 1827 KUHPerdata.
Universitas Sumatera Utara
38
perjanjian pemberian garansijaminan tersebut. Namun pada umumnya dalam praktek perbankan akta perjanjian pemberian garansijaminan selalu dibuat
dengan akta notaris karena lebih menjamin kebenaran dan kelengkapan isi akta perjanjian pemberian garansijaminan tersebut dan dapat menjamin
kekuatan pembuktian sebagai akta otentik sekaligus agar para pihak mengetahui masing-masing yang menjadi hak dan kewajibannya.
72
C. Akibat Hukum Perjanjian Pemberian Garansijaminan
Suatu perjanjian pemberian garansijaminan akan membawa akibat hukum, sebagai berikut:
1. Akibat hukum antara guarantorpenjamin dengan kreditor Perjanjian pemberian garansijaminan merupakan perjanjian antara seorang
penjaminguarantor dengan kreditur yang menjamin pembayaran kembali utang debitor manakala debitor sendiri tidak memenuhinya cidera janji.
Penjaminguarantor merupakan pihak ketiga yang mengikatkan diri kepada kreditor untuk menjamin pembayaran kembali utang debitor. Penjamin yang
mengikatkan diri kepada kreditor dapat dilakukan dengan sepengetahuan debitor atau diluar pengetahuan debitor. Seorang guarantorpenjamin yang telah
mengikatkan diri sebagai guarantorpenjamin membawa akibat hukum bagi
72
Sutarno, Op. Cit., hal. 243.
Universitas Sumatera Utara
39
guarantorpenjamin untuk melunasi utang debitor si berutang utama manakala debitor cidera janji.
Kewajiban guarantorpenjamin untuk melunasi utang debitor tersebut baru dilakukan setelah kreditor mengeksekusi harta kekayaan milik debitor yang
hasilnya tidak mencukupi untuk melunasi utangnya.
73
Selama kreditor belum melakukan eksekusi atau penjualan harta kekayaan debitor, guarantorpenjamin
tidak memiliki kewajiban membayar utang debitor yang dijaminnya. Jadi meskipun
guarantorpenjamin telah mengikatkan diri sebagai guarantorpenjamin tidak serta merta memiliki kewajiban uuntuk membayar
utang debitor. Bisa dikatakan bahwa tanggung jawab guarantorpenjamin hanyalah sebagai cadangan atau subsider, dalam hal penjualan harta kekayaan
debitor tidak mencukupi atau sama sekali debitor tidak memiliki harta benda yang dapat dijual. Hal ini sesuai Pasal 1831 KUHPerdata yang mengaskan bahwa
guarantorpenjamin tidaklah diwajibkan membayar kepada kreditor, selain jika debitor lalai sedangkan harta benda debitor ini harus lebih dahulu disita dan dijual
untuk melunasi utangnya.
74
Pasal 1832 KUHPerdata memberikan pengecualian terhadap ketentuan pasal 1831 KUHPerdata sehingga memberikan peluang kepada kreditor untuk dapat
menuntut langsung kepada seorang guarantorpenjamin untuk melunasi utang seluruhnya tanpa harus menjual harta benda debitor terlebih dahulu, dalam hal
73
Sutarno, Op. Cit., hal. 250-251.
74
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
40
penjaminguarantor telah melepaskan hak istimewanya untuk menuntut dilakukan lelang-sita lebih dahulu atas harta benda debitor. Bagi penjaminguarantor yang
telah melepaskan hak istimewanya yang dinyatakan secara tegas dalam akta pemberian garansi atau penjaminan maka kreditor dapat melakukan sita-lelang
harta kekayaan guarantorpenjamin tanpa harus menunggu sita-lelang harta kekayaan debitor terlebih dahulu.
75
Dapat disimpulkan bahwa dalam perjanjian pemberian garansipenjaminan ini membawa akibat hukum bagi guarantorpenjamin dan kreditor yaitu:
76
a. Penjaminguarantor berkewajiban untuk melunasi utang debitor
manakala debitor cidera janji. b.
Sebelum penjaminguarantor membayar utang
debitor, penjaminguarantor dapat meminta kepada kreditor untuk menyita dan
melelang harta kekayaan debitor terlebih dahulu, baru kemudian harta kekayaan penjaminguarantor jika hasil lelang harta debitor tidak cukup
unruk melunasi utangnya. Permintaan guarantorpenjamin harus disampaikan pertama kali saat memberikan jawaban atas gugatan
kreditor di pengadilan. c.
Namun hak istimewa penjaminguarantor untuk meminta supaya harta kekayaan debitor disita atau dilelang terlebih dahulu, menjadi hapus
75
Ibid.
76
Ibid.,hal. 252.
Universitas Sumatera Utara
41
manakala guarantor dengan tegas melepaskan hak istimewanya yang dinyatakan dalam perjanjian pemberian garansijaminan.
d. Penjaminguarantor yang meminta kepada kreditor agar menyita dan
melelang harta kekayaan debitor terlebih dahulu mempunyai kewajiban menunjukkan harta kekayaan debitor dan wajib menyediakan biaya sita
dan lelang. 2. Akibat hukum antara penjaminguarantor dan debitor
Jika penjaminguarantor telah membayar utang debitor ia dapat menuntut kembali pembayaran tersebut dari si debitor, baik pemberian garansipenjaminan
itu terjadi dengan pengetahuan atau tanpa sepengetahuan debitor. Hak menuntut kembali tersebut lazim juga disebut hak regres, timbul karena diberikan oleh
Undang-undang. Hak regres demikian tetap ada sekalipun tidak tercantum secara khusus dalam akta perjanjian pemberian garansijaminan. Hak regres itu timbul
setelah penjaminguarantor membayar utang debitor, baik pembayaran itu terjadi secara sukarela maupun atas dasar keputusan hakim yang
memutuskanmenghukum penjaminguarantor untuk membayar utang tersebut.
77
Hak regres itu dilakukan baik mengenai utang pokok, bunga maupun biaya-biaya yang timbul. Penjaminguarantor juga berhak menuntut penggantian kerugian
yang berupa biaya, kerugian dan bunga jika ada alas an untuk itu.
78
77
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, Yogyakarta: Liberti Offset, 1980. hal. 100.
78
Pasal 1839 Ayat 4 KUHPerdata.
Universitas Sumatera Utara
42
Dari ketentuan Undang-undang dapat disimpulkan bahwa guarantorpenjamin yang telah membayar itu mempunyai dua macam hak menuntut kembali terhadap
si berutang, yaitu: a.
Penjaminguarantor mempunyai hak menuntut kembali yang merupakan haknya sendiri terhadap debitor.
79
b. Penjaminguarantor yang telah membayar itu karena hukum bertindak
menggantikan kedudukan kreditor mengenai hak-haknya terhadap debitor, menggantikan hak-hak kreditor karena subrogasi.
80
Dari kedua macam penuntutan kembali dari penjaminguarantor tersebut dapat disimpulkan ada perbedaan mengenai akibat hukumnya. Pada hak regres
yang merupakan hak sendiri dari guarantor, disini penjaminguarantor mempunyai hak untuk menuntut kembali tidak hanya mengenai utang yang telah
dibayarnya, melainkan juga berhak untuk menuntut penggantian kerugian yang timbul karena akibat penjualan terhadap barang penjaminguarantor. Hak
menuntut penggantian kerugian demikian tidak ada pada penjaminguarantor yang menggantikan kedudukan kreditor. Sebaliknya pada penjaminguarantor
yang menggantikan hak-hak kredir yang karena subrogasi, memperoleh hak-hak kreditor terhadap si berutang, termasuk jaminan-jaminan accesoir yang melekat
pada hak kreditor yang digantinya. Misalnya jika utang pokok itu dijamin dengan
79
Pasal 1839 KUHPerdata.
80
Pasal 1840 KUHPerdata.
Universitas Sumatera Utara
43
hipotik maka penjaminguarantor juga memperoleh hak hipotik yang melekat pada utang tersebut.
81
3. Akibat hukum antar penjaminguarantor Apabila ada beberapa penjaminguarantor yang telah mengikatkan diri untuk
menjamin debitor yang sama dan untuk utang yang sama, maka bagi guarantorpenjamin yang telah melunasi utang debitor tersebut mempunyai hak
menuntut kepada penjaminguarantor lainnya masing-masing sesuai bagiannya. Beberapa penjaminguarantor yang menjamin debitor yang sama dan untuk satu
utang yang sama diperlakukan seperti orang-orang yang berutang secara jamin menjamin, kecuali mereka menggunakan hak istimewa untuk meminta
pemecahan utangnya.
82
D. Akibat Hukum Terhadap PenjaminGuarantor yang Melepaskan Hak
Istimewanya.
Penjaminguarantor memiliki hak istimewa. Hak istimewa penjamin ini membawa akibat hukum bahwa penjamin tidak diwajibkan untuk melunasi
kewajiban debitor kepada kreditor sebelum harta kekayaan debitor yang cidera janji tersebut, yang ditunjuk oleh penjamin, telah disita dan dijual, dan hasil
penjualan harta kekayaan debitor tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban
81
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Op.Cit., hal. 100-101.
82
Sutarno, Op.Cit., hal. 254.
Universitas Sumatera Utara
44
debitor kepada kreditor. Dalam hal yang demikian berarti penjamin hanya akan melunasi sisa kewajiban debitor yang belum dipenuhinya kepada kreditor.
83
Penjaminguarantor tidak dapat menuntut supaya harta debitor disita terlebih dahulu dan dijual untuk melunasi utangnya jika penjamin telah melepaskan hak
istimewanya yang diatur dalam Pasal 1831 KUHPerdata.
84
Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1832 KUHPerdata yang menentukan bahwa penjamin tidak dapat
menuntut supaya benda-benda debitor lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya:
1. Apabila penjamin telah melepaskan hak istimewanya untuk menuntut
supaya benda-benda debitor lebih dahulu disita dan dijual; 2.
Apabila penjamin telah mengikatkan dirinya bersama-sama dengan debitor utama secara tanggung menanggung; dalam hal mana akibat-
akibat perikatannya diatur menurut asas-asas yang ditetapkan untuk utang- utangnya secara tanggung renteng.;
3. Jika debitor dapat memajukan suatu tangkisan yang hanya mengenai
dirinya sendiri secara pribadi; 4.
Jika debitor dalam keadaan pailit; 5.
Dalam hal penjaminan yang diperintahkan oleh hakim. Ternyata kreditor juga diberikan hak yang cukup seimbang. Ketentuan
tersebut memungkinkan kreditor untuk seketika menagih kepada penjamin untuk melunasi semua kewajiban, prestasi, atau perikatan debitor, tanpa ia perlu terlebih
dahulu menyita dan menjual harta kekayaan debitor yang telah cidera janji atau wanprestasi tersebut.
85
83
Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi, Op. Cit., hal. 24-25.
84
Sunarmi, Op. Cit., hal. 197.
85
Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi, Op. Cit., hal. 25.
Universitas Sumatera Utara
45
Dalam praktek perbankan, umumnya hak istimewa yang dimiliki seorang penjamin sebagaimana tercantum pada Pasal 1831, Pasal 1837, Pasal 1848 dan
Pasal 1849 KUHPerdata tersebut biasanya dilepaskan sehingga dengan pelepasan hak istimewa tersebut penjamin tidak berhak untuk menuntut supaya dilakukan
sita dan lelang lebih dahulu harta kekayaan debitor. Melepaskan hak-hak istimewa penjamin harus dinyatakan secara tegas dalam perjanjian pemberian
garansipenjaminan. Dengan melepaskan hak-hak istimewa tersebut membawa akibat hukum, yaitu:
86
a. Kreditor dapat menuntut atau menggugat langsung kepada penjamin
sendiri atau bersama-sama dengan debitor agar penjamin sendiri atau bersama-sama debitor, tanggung renteng untuk membayar utang debitor
kepada kreditor. b.
Hak istimewa penjamin menjadi hapus. Dalam hal seorang penjaminguarantor melepaskan hak istimewa yang
dimiliki olehnya berdasarkan Pasal 1831 KUHPerdata, juga membawa akibat hukum yaitu dapat saja dimintakan kepailitannya, tanpa harus dimintakan terlebih
dahulu kepailitan dari debitornya. Sebab, dengan melepaskan hak-hak istimewanya yang dimiliki oleh penjaminguarantor itu sebenarnya sama saja
kedudukannya dengan seorang debitor, sekalipun secara formal ia tetap dinamakan sebagai penjaminguarantor.
87
86
Sutarno, Op. Cit., hal. 247.
87
Sunarmi. Op. Cit., hal. 197.
Universitas Sumatera Utara
46
E. Pengaturan Hak Istimewa Dalam Perjanjian Pemberian Garansi
Jaminan.
Dalam pemberian garansijaminan, penjamin wajib memenuhi kewajibannya debitor sejak debitor cidera janji atau tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan
yang diperjanjikan. Penjamin yang telah mengikatkan dirinya untuk memenuhi kewajiban debitor, berada dalam posisi yang lemah. Hal ini disebabkan karena
pemberian garansijaminan dibuat untuk melindungi kepentingan kreditor, sehingga pada saat debitor mengalami kegagalan dalam pemenuhan
kewajibannya, penjaminguarantor segera dapat dimintakan untuk pemenuhannya berdasarkan perjanjian pemberian garansijaminan yang telah dibuat.
88
Dalam Memberikan perlindungan bagi guarantor dalam melaksanakan kewajibannya, Undang-undang memberikan beberapa hak istimewa kepada
seorang penjaminguarantor. Dalam perjanjian pemberian garansijaminan biasanya diatur mengenai hak-hak istimewa yang dimiliki oleh
penjaminguarantor yang pengaturannya sesuai dengan yang terdapat pada KUHPerdata, hak istimewa tersebut yaitu:
89
1. Hak untuk menuntut lebih dahulu voorrecht van uitwinning.
90
Hak untuk menuntut lebih dahulu ini adalah agar harta debitorlah yang harus lebih dulu disita untuk memenuhi pelaksanaan perjanjian. Tidaklah langsung
88
Samsul Rais Siregar, Pelaksanaan Penanggungan Utang Sebagai Jaminan Dalam Pemberian Kredit, Magister Kenotariatan USU: Tesis, 2007, hal. 65.
89
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Bandung: Penerbit Alumni: 1986, hal. 321-323.
90
Pasal 1831 KUHPerdata.
Universitas Sumatera Utara
47
dilakukan penyitaan terhadap harta kekayaan si penjamin, barulah nanti penyitaan dapat dilakukan terhadap harta si penjamin umtuk memenuhi
kekurangan apabila ternyata harta kekayaan debitor tidak mencukupi. Hanya kekurangan itu sajalah yang dibebankan kepada harta penjamingurantor.
Kalau harta kekayaan debitor ternyata mencukupi untuk melunasi tagihan, harta kekayaan penjamin harus bebas dari penyitaan dan penjualan.
91
Hak untuk lebih dahulu menuntut harta kekayaan debitor harus dimajukan penjamin sebagai jawaban pertama pada persidangan di muka hakim. apabila
dia lalai memajukannya pada jawaban pertama, dan baru kemudian dimajukan pada sidang atau jawaban berikutnya, maka hak untuk menuntut lebih dahulu
kekayaan debitor, tidak lagi dapat diterima.
92
2. Hak untuk membagi hutang vorrecht van schuldsplitsing.
93
Hak untuk membagi hutang ini terdapat pada penjamin yang penjaminannya lebih dari satu orang penjamin terhadap seorang debitor. Maka para penjamin
masing-masing dapat memajukan hak untuk membagi debitor-debitor tadi diantara para penjamin. Sehingga utang debitor yang mereka jamin, dibagi-
dibagi diantara mereka masing-masing. Seperti halnya hak mendahulukan penuntutanpenyitaan terhadap harta debitor, pada hal untuk membagi-bagi
utang inipun harus dimajukan pada jawaban pertama dalam sidang
91
Sutarno, Op. Cit., hal. 246.
92
Pasal 1833 KUHPerdata.
93
Pasal 1837 KUHPerdata.
Universitas Sumatera Utara
48
pengadilan.
94
Apabila terlambat memajukannya maka hak untuk membagi utang harus dinyatakan tidak dapat diterima. Dalam hal membagi utang ini
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
95
a. Apabila ternyata salah seorang dari penjaminguarantor tidak
mampu untuk membayar bahagian yang ditentukan kepadanya, penjamin yang cukup mampu tidak wajib memikul pembayaran itu.
Dia cukup membayar bahagiannya saja. b.
Apabila pembahagian utang itu datangnya atas kemauan sendiri dari pihak kreditor, kemudian ternyata salah seorang dari
penjaminguarantor sedang dalam keadaan tidak mampu, kreditor tetap terikat atas pembahagian yang telah diperbuatnya.
3. Hak untuk diberhentikan dari penjaminan
96
Seorang penjaminguarantor berhak minta kepada kreditor untuk diberhentikan atau dibebaskan dari kedudukannya sebagai seorang
penjaminguarantor jika ada alasan untuk itu. Alasan yang bisa digunakan sebagai dasar hukum meminta diberhentikan atau dibebaskan dari kedudukan
seorang penjaminguarantor ialah kemungkinan penjaminguarantor tidak dapat menggunakan hak-hak subrogasi. Hak subrogasi timbul setelah
penjaminguarantor membayar atas utang debitor. Hak subrogasi tidak dapat dilaksanakan karena penjamin telah meneliti bahwa jaminan seperti hak
94
M. Yahya Harahap, Op. Cit., hal. 322.
95
Pasal 1838 KHUPerdata.
96
Pasal 1848 dan Pasal 1849 KUHPerdata.
Universitas Sumatera Utara
49
tanggungan, hipotik, fiducia, dan lainnya yang menjamin utang tersebut telah hapus atau tidak ada lagi. Tidak adanya jaminan hipotik, hak tanggungan
dikarenakan kreditor membiarkan debitor menjual atau menghilangkan jaminan. Dengan kata lain kreditor tidak mengamankan jaminan-jaminan atas
utang debitor itu sehingga bila penjaminguarantor membayar utang debitor, penjaminguarantor yang demi hukum menggantikan hak kreditor subrogasi
tidak memperoleh jaminan hipotik, hak tanggungan dan garansijaminan lainnya.
97
Dalam praktek perbankan baik di Nederland maupun di Indonesia, ternyat bahwa antara kreditor dan guarantorpenjamin justru senantiasa diadakan janji
agar guarantorpenjamin melepaskan hak istimewanya, sehingga adanya hak istimewa tersebut praktis tidak ada artinya. Janji untuk melepaskan hak istimewa
ini dalam praktek senantiasa diperjanjikan, sehingga dapat dikatakan bahwa disini terjadi kebiasaan yang senantiasa diperjanjikan. Hak istimewa tersebut baru ada
artinya, jika hak tersebut dengan tegas-tegas tercantum dalam perjanjian pemberian garansi.
98
97
M. Yahya Harahap, Op. Cit., hal. 325.
98
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Op. Cit., hal. 93.
Universitas Sumatera Utara
BAB III HUBUNGAN HUKUM INDUK PERUSAHAAN DENGAN ANAK
PERUSAHAAN
A. Induk Perusahaan dan Anak Perusahaan
1. Induk Perusahaan
Induk perusahaan adalah “suatu perusahaan yang memiliki saham dalam satu atau lebih perusahaan lain dan atau mengatur satu atau lebih perusahaan
lain tersebut.”
99
Induk perusahaan kadang-kadang disebut juga sebagai maskapai induk moedermaatscappis, yang biasanya berbentuk perseroan
terbatas yang merupakan pemberi modal pada anak perusahaan dachetmaantshaapppij. Tujuan induk perusahaan memberi modal adalah
untuk mendapat surat-surat saham, untuk mempengaruhi dan mengawasi jalannya usaha anak perusahaan cabang, bahkan seringkali dalam prakteknya
ternyata turut berkuasa dalam menetapkan besarnya deviden. Untuk mencapai hal tersebut, sudah cukup jika induk perusahaan mempunyai paling sedikit
setengah dari modal anak perusahaan. Induk perusahaan biasanya tidak menjalankan perusahaan sendiri tapi
modalnya dimasukkan dalam bermacam-macam perseroan terbatas dan tidak jarang pula dalam prakteknya dijumpai bahwa induk perusahaan ini menjadi
direksi dari anak perusahaan tersebut. Dari para sarjana, istilah induk perusahaan ada juga yang menyebutnya dengan istilah holding company,
50
99
Munir Fuady, Op.Cit., hal.83-84.
Universitas Sumatera Utara
51
konsern, grup bisnis, ataupun konglomerasi yang pada prinsipnya mempunyai kesamaan arti.
100
Di dalam defenisi-defenisi tersebut diatas terdapat karakteristik dari suatu perusahaan grup holding company, yaitu:
101
a. Kesatuan dari sudut ekonomi.
Setiap perusahaan grup menjalankan fungsi sebagai kesatuan ekonomi. Induk perusahaan bertindak sebagai pimpinan sentral, yang
mengendalikan dan mengoordinasikan kegiatan usaha anak-anak perusahaan dalam suatu kesatuan ekonomi yang secara kolektif
mendukung kepentingan bisnis kelompok. Perusahaan grup sebagai kesatuan ekonomi ini ditunjukkan melalui penyajian laporan keuangan
konsolidasi perusahaan grup ketika induk perusahaan mengonsolidasikan laporan keuangan anak-anak perusahaan menjadi laporan keuangan
konsolidasi induk dan anak perusahaan. b.
Jumlah jamak secara yuridis. Dalam hal ini Undang-undang Perseroan Terbatas masih mempertahankan
pengakuan yuridis terhadap status badan hukum induk dan anak perusahaan sebagai subjek hukum mandiri. Implikasinya, keterkaitan
induk dan anak perusahaan dalam konstruksi perusahaan grup tidaklah menghapuskan pengakuan yuridis terhadap badan hukum induk dan anak
100
Iwan Permadi, Pentingnya Pengendalian Holding Company Terhadap Anak Perusahaan, Jurnal Hukum, No 1, Januari 2008, hal. 51.
101
Sulistiowati, Op. Cit., hal. 5.
Universitas Sumatera Utara
52
perusahaan. Oleh karena itu, secara yuridis badan hukum induk dan anak perusahaan tetap diakui sebagai subjek hukum mandiri, yang berhak
melakukan perbuatan hukum sendiri. Undang-undang Perseroan Terbatas tidak memberikan pengakuan yuridis terhadap perusahaan grup,
sebaliknya Undang-undang Perseroan Terbatas telah memberikan legitimasi bagi munculnya realitas kelembagaan perusahaan grup.
Undang-undang Perseroan Terbatas memberikan legitimasi kepada suatu perseroan untuk memperoleh atau memiliki saham pada perseroan lain
melalui otoritasi kepada suatu perseroan untuk melakukan perbuatan hukum berupa pendirian perseroan lain, pengambilalihan saham, ataupun
pemisahan usaha. Undang-undang Perseroan Terbatas telah memberikan legitimasi bagi munculnya realitas kelembagaan perusahaan grup yang
dikonstruksikan oleh adanya keterkaitan antara induk dan anak perusahaan melalui kepemilikan saham induk pada anak perusahaan. Berbagai
perbuatan hukum perseroan ini berimplikasi kepada adanya kepemilikan induk perusahaan atas saham anak perusahaan.
Unsur kesatuan dari sudut ekonomi bukanlah menjadi suatu keharusan di dalam susunan perusahaan dengan pengertian bahwa induk perusahaan dan
anak perusahaannya lebih sering bertindak tidak dalam kesatuan ekonomi,
Universitas Sumatera Utara
53
tetapi antara keduanya tetap ada hubungan pengaruh terutama pengaruh dari induk perusahaan kepada anak perusahaannya.
102
Fungsi utama dari induk perusahaan adalah untuk mengembangkan dan mengendalikan usaha dari anak perusahaan. Keunggulan yang didapat dari
induk perusahaan antara lain:
103
a. Hak pengawasan yang lebih besar dalam anak perusahaan melalui
kepemilikan saham atas anak perusahaan. b.
Adanya kemandirian resiko karena antara induk perusahaan dengan anak perusahaannya merupakan badan hukum yang secara legal terpisah satu
sama lainnya. c.
Pengontrolan yang lebih mudah dan efektif karena induk perusahaan dapat mengontrol seluruh anak perusahaan dalam satu grup usaha sehingga anak
perusahaan lebih mudah diawasi. d.
Operasional yang lebih efisisen. e.
Kemudahan sumber modal karena masing-masing anak perusahaan lebih besar dan lebih bonafid dalam satu kesatuan dibandingkan jika masing-
masing lepas satu sama lain sehingga kemungkinan mendapatkan dana oleh anak perusahaan atau induk perusahaan dari pihak ketiga relatif lebih
besar.
102
Iwan Permadi, Op. Cit., hal. 53-54.
103
Munir Fuady, Op. Cit., hal. 91-93.
Universitas Sumatera Utara
54
f. Keakuratan keputusan yang diambil secara sentral oleh induk perusahaan
dapat lebih terjamin dan lebih prospektif. Induk perusahaan akan memberikan manfaat sebagai berikut:
104
a. Mengkoordinasi langkah agar dapat akses ke pasar internasional. b. Mencari sumber pendanaan yang lebih murah.
c. Mengalokasikan kapital dan melakukan investasi yang strategis. d. Mengembangkan kemampuan manajemen puncak.
2. Anak Perusahaan