Kinagashi 着流し Mofuku 喪服 TINJAUAN UMUM TERHADAP KIMONO PADA MASYARAKAT

31 Banyak sekali jenis kimono ini menurut daerah tempat dibuatnya tsumugi. Walaupun begitu, tsumugi dapat dengan cepat dikenali pada ciri-ciri slub garis kasar pada hasil tenunan dan kainnya yang berkilau. Awalnya kain tsumugi sangat kaku, dikarenakan adanya zat tepung selama kain tsumugi itu diputar. Namun setelah berkali-kali digunakan, kain tsumugi menjadi lebih lembut. Kain tsumugi yang sudah berumur sangat lama tekstur kainnya sangat lembut seperti kain sutera yang ditenun dari benang yang terurai.

3.1.2. Kimono Pria

Tidak hanya wanita saja yang mengenakan kimono. Pria pun punya kimono tersendiri untuk mereka kenakan pada acara-acara tertentu di Jepang. Pria yang menggunakan pakaian tradisional adalah salah satu hal yang biasa di Jepang. Karena ketika mereka mengenakan kimono, mereka terlihat cocok dengan atasan kimono. Kimono pria kebanyakan dibuat dengan warna-warna gelap seperti hijau tua, cokelat tua, biru tua dan hitam. Kimono pria terdiri atas dua macam, montsuki yang dikenakan bersama dengan hakama dan haori, dan kinagashi yang merupakan kimono yang dikenakan pada acara informal dan kegiatan sehari-hari.

a. Kinagashi 着流し

Arti kinagashi merujuk pada memakai pakaian tradisional Jepang tanpa mengenakan hakama. Hakama sendiri adalah salah satu pakaian tradisonal Jepang yang dikenakan diluar kimono dikenakan seperti rok dan diikat pada pinggang. Panjang hakama mulai dari pinggang hingga mata kaki. Dulu hakama hanya dikenakan pada pria, namun sekarang hakama dapat digunakan oleh wanita juga. Universitas Sumatera Utara 32 Dulu, kinagashi hanya merujuk pada penerapan menghilangkan tidak memakai haori atau jaket sebagai luaran kimono yang telah disesuaikan dengan ukuran kimono yang akan dikenakan. Mengenakan haori tanpa mengenakan hakama masih dapat dianggap formal, tapi sekarang walaupun haori tidak dikenakan, kinagashi tetap berarti penerapan untuk tidak memakai hakama. Pada zaman Edo, mengenakan hakama adalah patokan bagi samurai pria, namun bagi pria penduduk kota, mereka tidak memiliki kebiasaan ini. Jadi kinagashi telah melekat pada pria penduduk kota. Formalnya sebuah kimono bagi pria adalah mengenakan hakama dan haori pada kimono mereka. Ketika mereka mengenakan kimono tanpa hakama atau haori, kimono tersebut menjadi kurang formal. Tidak formalnya kimono seorang pria ketika mereka mengenakannya tanpa hakama dan haori. Kimono inilah yang disebut kinagashi. Kinagashi dikenakan pada acara-acara informal dan kasual serta dapat dikenakan sebagai pakaian sehari-hari.

b. Montsuki 紋付

Montsuki atau montsuki haori hakama 紋 付 き 羽 織 袴 secara harfiah berarti kimono dengan mon, haori dan hakama atau juga disebut kuromontsuki haori hakama 黒紋付き羽織袴 yang berarti montsuki hitam dengan haori dan hakama adalah kimono pria yang paling formal. Kimono formal ini terdiri atas lima buah mon atau lambang keluarga, hakama dan haori. Sebuah setelan montsuki adalah kimono yang tepat sebagai pakaian untuk acara-acara yang sangat formal seperti pakaian untuk pengantin pria atau relasi dan teman dekat dari pengantin pria pada acara pernikahan tradisional Jepang. Universitas Sumatera Utara 33 Digunakan dalam acara pemakaman, pada pertunjukan musik, teater, acara penerimaan penghargaan, dan pakaian formal untuk petarung sumo. Montsuki sudah seharusnya berwarna hitam berbahan sutera dan memiliki lima buah mon atau lambang keluarga. Mon yang diwarnai adalah yang paling formal, sedangkan mon yang disulam adalah yang paling tidak formal. Baik kimono dan haori digunakan harus sesuai musim. Kimono montsuki dan haori digunakan hanya satu warna yaitu hitam selain hitam, montsuki dianggap kurang formal. Pada pemakaian haori untuk montsuki, warnanya harus hitam dan berbahan sutera serta memiliki lima buah mon pula. Seperti montsuki, yang paling formal adalah mon yang diwarnai. Untuk haori himo atau pengikat haori, yang paling formal ialah berwarna putih dan datar. Namun penggunaan bentuk dan warna lainnya dari pengikat haori masih dapat digunakan walaupun mengurangi formalitas. Untuk pengecualian warna abu-abu digunakan untuk upacara pemakaman yang telah dipakai semenjak zaman Meiji.

3.1.3. Kimono Khusus a. Kimono pernikahan

Pada dasarnya ada tiga jenis kimono untuk pernikahan di Jepang. Masing- masing memiliki penggunaan yang berbeda. • Uchikake Uchikake adalah kimono pernikahan yang paling formal yang terkadang dihiasi oleh sulaman dan diwarnai menggunakan tangan dengan pola yang menutupi seluruh permukaan kain. Uchikake Universitas Sumatera Utara 34 berbentuk agak tebal dan tidak berikat seperti penggunaan kimono pada umumnya. Walaupun dikenakan terbuka, namun bagian uchikake ditutupi dengan lapisan yang lain yang disebut kakeshita. Uchikake biasanya dipesan untuk pengambilan foto atau hanya dikenakan saat upacara pernikahan saja. Selama upacara pernikahan, kelebihan dari panjang uchikake diangkat sendiri oleh pengantin wanita hingga sebatas pinggang dengan tangannya atau dijepit. Namun tidak diikat seperti kimono. • Kakeshita Kakeshita adalah kimono pernikahan yang dikenakan di lapisan bawah uchikake. Pola pada kakeshita sedikit rumit, tidak simetris dan termasuk simbol keberuntungan pernikahan seperti pohon pinus yang melambangkan kesabaran dan umur yang panjang atau lambang burung bangau yang melambangkan pasangan hidup. Pola pada kakeshita biasanya menyebar pada pertengahan kimono, sebagaimana dapat ditutupi dengan sebuah obi yang formal. Kain kakeshita hampir sama dengan kimono jenis furisode dan lengannya juga cukup panjang. Kakeshita juga dapat berwarna putih bersih terutama jika dipakai dibawah lapisan shiromuku. Universitas Sumatera Utara 35 • Shiromuku Shiromuku dalam bahasa Jepang, shiro artinya putih dan jenis kimono ini selalu putih diatas putih atau warna krem juga dapat berwarna cangkang telur. Biasanya ada gambar keberuntungan pernikahan pada tenunan kainnya. Pada jenis yang lebih modern terdapat benang yang berkilauan ditenun menjadi desain atau mungkin sedikit aksen warna pada tepi atau kerah. Shiromuku, seperti uchikake juga dikenakan tanpa sebuah obi, dilapis diatas kakeshita dan obi itu sendiri. Warna putih digunakan sebagai simbol kematian, dan pada kasus ini untuk seorang pengantin wanita, warna putih berarti akhir dari kehidupan lamanya dan memulai hidup dengan dirinya yang baru sebagai seorang istri. Shiromuku terkadang dikenakan dengan sebuah penutup kepala yang menyerupai tudung yang disebut tsunokakushi yang berarti “menutupi tanduk”, simbol dari pengantin wanita yang menyembunyikan rasa cemburunya yang mungkin suatu saat terjadi pada keluarga baru si pengantin wanita.

b. Mofuku 喪服

Mofuku dapat diartikan sebagai semua jenis kimono yang mempunyai warna hitam pada keseluruhan kimono. Ada pengecualian untuk mengenakan kimono ini. Kimono ini hanya dikenakan pada keadaan berkabung dan dengan berbagai gelar. Mengenakan mofuku diluar keadaan berkabung dan berduka masih dianggap kontroversial. Mofuku ini hanya mempunyai satu warna yaitu warna hitam pada keseluruhannya. Biasanya mofuku tidak mempunyai pola apapun pada setiap Universitas Sumatera Utara 36 bagiannya namun mempunyai kamon yang diwarnai sebanyak 5 buah. Untuk standar saat ini mofuku mempunyai garis berwarna putih, namun pada mofuku jaman dahulu mempunyai garis berwarna merah. Obi mofuku mungkin dapat berpola namun pola dan latar belakang pada mofuku tetaplah berwarna hitam. Obi yang biasa digunakan adalah Nagoya obi. Mofuku yang cocok dengan haori berwarna hitam tanpa pola dan mempunyai satu, tiga atau lima buah lambang keluarga. Haori yang dikenakan dengan mofuku bukan dari bagian mofuku itu sendiri namun dapat digunakan pada acara formal lain. Mofuku adalah kimono formal yang hanya dikenakan pada acara berkabung, pemakaman dan memperingati hari kematian anggota keluarga. Mofuku di Jepang tersedia untuk pemakaman dan hari berduka. Mofuku tidak dapat dipakai diluar keadaan berduka atau acara pemakaman. Diluar Jepang dan disekitar orang-orang yang tidak familiar dengan kimono, obi mungkin dapat tidak digunakan. Pakaian berkabung di Jepang seperti kebanyakan budaya timur dimulai dengan warna putih. Setelah Jepang memulai budaya barat, dimulailah dengan mengambil warna hitam sebagai standar pakaian berduka. Pada zaman sekarang, warna putih digunakan oleh orang yang meninggal dan disebut sebagai shinisouzoku. Walaupun begitu, mofuku hitam tetap bukan menjadi patokan pakaian berduka di Jepang. Beberapa daerah di Jepang masih ada yang menggunakan mofuku berwarna putih. Begitu juga dengan umat Buddha di Jepang yang masih lebih memilih menggunakan mofuku berwarna putih. Universitas Sumatera Utara 37 Pada zaman dahulu, anggota keluarga yang memakai setelan mofuku lengkap dengan obi dan aksesorisnya sehari demi sehari melepaskan luaran mofuku hingga bagian berwarna hitam tidak tersisa. Kimono tersebut dapat dilapisi dengan iromuji pada lapisan pertama, kemudian obi, lalu obi-age dan yang terakhir obi-jime. Untuk hari peringatan kematian, anggota keluarga dapat memilih mengenakan bagian-bagian mofuku lagi. Setelan mofuku lengkap dikenakan oleh anggota keluarga yang mempunyai hubungan dekat dengan orang yang meninggal. Semakin jauh hubungan antara anggota keluarga dengan orang yang meninggal maka semakin sedikit lapisan mofuku yang dikenakan. Anggota keluarga seperti istri, anak atau kakak perempuan menggunakan kimono mofuku, obi beserta aksesorisnya. Bagi anggota keluarga yang lain, mengenakan iromuji dengan lambang yang lebih tenang dengan obi dan aksesoris. Sedangkan untuk teman dan relasi yang jauh, menggunakan obi-age dan obi-jime dengan iromuji yang lembut dan Nagoya obi. Menggunakan mofuku yang tidak normal dari biasanya dapat memberikan pemikiran yang salah. Jika yang mengenakan mofuku bukan dari istri yang meninggal, dan ia mengenakan seluruh perlengkapan mofuku, dapat menandakan perempuan tersebut mempunyai hubungan gelap dengan orang yang meninggal tersebut. Pada acara pemakaman, laki-laki yang dekat dengan orang yang meninggal diperkirakan memakai kimono paling formal yang disebut montsuki. Dimana kimono ini tidak hanya dikenakan pada saat keadaan berduka tapi dapat juga dikenakan untuk upacara penting dan acara-acara formal. Kimono ini harus memiliki lima buah lambang keluarga begitu juga dengan haori yang dikenakan, Universitas Sumatera Utara 38 tabi yang berwarna hitam atau putih, seta zouri yang digunakan dengan hanao hitam atau putih, nagajuban yang dikenakan mempunyai kerah dengan warna hitam atau abu-abu, haori-himo dengan warna hitam atau putih, pemakaian hakama berwarna hitam atau garis-garis putih atau bisa juga dengan keseluruhan berwarna hitam. Dan yang terakhir obi yang digunakan dapat berbagai warna seperti warna hitam atau putih. Pria yang tidak begitu dekat dengan orang yang meninggal, dapat mengenakan kimono iromuji dengan warna apapun dan dilengkapi dengan tiga lambang keluarga dengan haori yang sama. Haori yang digunakan dapat berwarna apa saja. Sebuah kaku obi dengan berbagai warna, tabi yang berwarna hitam atau putih, hanao berwarna hitam atau putih pada seta zouri, dan dapat memilih untuk tidak mengenakan hakama.

c. Yukata 浴衣