Zaman Muromachi Zaman Edo

18 tambahan ketika berpergian dan bertemu dengan para wanita yang lainnya. Wanita dengan kelas sosial tinggi, seperti istri dari Shogun akan memakai lima lapis brokat untuk memperlihatkan kekuatan, kelas sosial mereka, dan untuk menjaga dirinya agar tetap hangat pada udara dingin dari laut dan gunung.

2.1.6. Zaman Muromachi

Pada zaman Muromachi kedekatan pada pengadilan kekaisaran memungkinkan model pakaian bergerak kembali ke kemewahan istana kekaisaran, dimana masih mencerminkan mode pakaian non-bangsawan, karena munculnya keshogunan Ashikaga yang sebagian besar terjadi oleh upaya yang kurang kuat dari samurai dan para prajurit. Dengan demikian, lebih banyak dekorasi dari berbagai jenis dari hitatare dan dua setel pakaian tanpa lengan yang disebut kataginu yang menjadi mode pakaian pada pria di zaman Muromachi. Sedangkan pada wanita, perlahan mulai meninggalkan lapisan berlengan lebar yang terinspirasi pada zaman Heian sekali dan hanya menggunakan kosode berwarna putih. Sekarang kosode resmi menjadi pakaian luar, dan mulai mengambil warna serta pola. Pada zaman Muromachi para wanita juga menciptakan cara-cara baru menggunakan kosode mereka. Dua mode baru yang sangat signifikan yaitu gaya katsugu dan uchikake. Gaya katsugu adalah kosode yang didesain untuk digunakan di kepala seperti kerudung, sementara model uchikake adalah panggilan kembali ke tradisi lapisan tambahan untuk meningkatkan formalitas. Dengan demikian populer dikalangan wanita yang lebih tinggi-tingkatan kelas samurai. Katsugu terus dipakai selama berabad-abad Universitas Sumatera Utara 19 sebelum akhirnya ditinggalkan. Sementara uchikake masih dipakai di zaman modern, tetapi hanya pada upacara pernikahan. Perubahan terbesar untuk fashion wanita pada zaman Muromachi adalah ditinggalkannya penggunaan hakama bagi wanita. Wanita dengan tingkatan kelas sosial bawah tidak menggunakan hakama dari kelas atas. Kurangnya ikatan di pinggang hakama, berarti para wanita harus menemukan cara untuk menutup kosode mereka. Jawabannya adalah menghias pinggang mereka dengan selempang. Atau biasa disebut obi.

2.1.7. Zaman Edo

Penyederhanaan pakaian untuk samurai berlanjut hingga pada zaman Edo. Pada zaman ini pakaian untuk samurai adalah setelan berpundak lebar yang biasa disebut kamishimo 裃. Satu setel kamishimo terdiri dari kataginu 肩衣 dan hakama. Sedangkan di kalangan wanita, pada zaman Edo kosode menjadi semakin populer sebagai simbol budaya orang kota yang mengikuti tren busana. Setiap samurai dari berbagai wilayah dapat dikenal dari warna dan pola kimono dari seragam samurai tersebut. Dengan banyaknya pakaian samurai yang dibuat, pengrajin kimono membuat lebih dan lebih bagus lagi pada keterampilan mereka dalam membuat kimono, dan membuat kimono menjadi salah satu bentuk seni di Jepang. Di Edo, timbul sebuah estetika baru. Dimana ditandai oleh asimetri dan pola besar yang diciptakan oleh pencelup terampil dan pelukis. Pada awalnya, mode ini hanya tersedia untuk para wanita kelas samurai yang tinggal di Edo Universitas Sumatera Utara 20 sepanjang tahun, namun dalam 100 tahun, kelas pedagang akan memegang kendali penuh pada dunia fashion. Pada akhir zaman Edo, terjadi politik isolasi yang membuat impor benang sutra menjadi terhenti. Kimono mulai dibuat dari benang sutra buatan dalam negeri. Namun, setelah adanya peristiwa kelaparan pada zaman Temmei 1783- 1788, keshogunan zaman Edo pada tahun 1785 melarang para rakyatnya untuk mengenakan kimono dari bahan sutra.

2.1.8. Zaman Meiji