Zaman Meiji Zaman Showa

20 sepanjang tahun, namun dalam 100 tahun, kelas pedagang akan memegang kendali penuh pada dunia fashion. Pada akhir zaman Edo, terjadi politik isolasi yang membuat impor benang sutra menjadi terhenti. Kimono mulai dibuat dari benang sutra buatan dalam negeri. Namun, setelah adanya peristiwa kelaparan pada zaman Temmei 1783- 1788, keshogunan zaman Edo pada tahun 1785 melarang para rakyatnya untuk mengenakan kimono dari bahan sutra.

2.1.8. Zaman Meiji

Selama periode zaman Meiji, Jepang sangat dipengaruhi oleh kebudayaan asing. Pemerintah resmi mendorong masyarakat untuk mengadaptasi pakaian dan kebiasaan dari negara-negara barat. Karena terus berkembangnya industri pada zaman Meiji, produksi sutra mulai meningkat dan Jepang menjadi eksportir sutra terbesar. Harga kain sutra tidak lagi mahal, dan mulai dikenal banyak jenis-jenis kain sutra. Tidak lama setelah pakaian impor Barat masuk ke Jepang, penjahit lokal mulai bisa membuat pakaian barat. Sejak saat itu pula istilah wafuku dipakai untuk membedakan pakaian yang dipakai orang Jepang dengan pakaian Barat. Di era modernisasi Meiji, para bangsawan di istana kekaisaran mengganti kimono dengan pakaian Barat supaya tidak dianggap kuno. Walaupun begitu, beberapa orang kota masih banyak yang tetap menggunakan kimono dan tradisi yang dipelihara sejak zaman Edo. Sebagian besar pria di zaman Meiji masih Universitas Sumatera Utara 21 sering memakai kimono walaupun perlahan para pria mulai memakai setelan jas untuk acara-acara formal. Sebagian besar wanita Meiji pun masih memakai kimono, kecuali wanita bangsawan dan guru perempuan yang bertugas mengajar anak-anak perempuan.

2.1.9. Zaman Showa

Setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia II, kimono mulai dipakai kembali menjadi pakaian sehari-hari sebelum akhirnya perlahan ditinggalkan karena tuntutan modernisasi. Banyak orang-orang yang mulai meninggalkan kimono pada pakaian sehari-hari dan mulai memakai pakaian Barat karena memakai kimono sangat rumit. Sedangkan pakaian Barat lebih praktis dipakai untuk kegiatan sehari-hari. Hingga pertengahan tahun 1960-an, kepopuleran penggunaan kimono terangkat kembali dan beberapa wanita di Jepang masih menggunakannya sebagai pakaian sehari- hari setelah diperkenalkannya kimono berwarna-warni dari bahan wol. Wanita pada saat itu sangat menyukai kimono dari bahan wol sebagai pakaian untuk waktu bersantai. Kimono pada saat ini mulai jarang dipakai sebagai pakaian sehari-hari di masyarakat Jepang. Walau bagaimanapun, tradisi memakai kimono pada acara- acara resmi tetap menjadi kebudayaan pada masyarakat Jepang. Universitas Sumatera Utara 22 2.2. Bahan Dasar Kimono 2.2.1. Kain Sutera