3. Bahan pengenyal makanan
Menurut Hari Utomo 1995, bahan pengenyal merupakan bahan tambahan yang dapat memberikan efek kenyal pada bahan makanan atau
makanan. Bahan pengenyal yang digunakan dalam pengolahan makanan harus aman sehingga tidak menimbulkan masalah terhadap kesehatan. Sodium
polifosfat dan karboksi metil selulosa atau CMC merupakan contoh bahan pengenyal yang biasa digunakan dalam industri makanan. Selain itu dapat juga
digunakan guargam dan karagenan yang berasal dari rumput laut sebagai bahan pengenyal.
C. Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan dan Perundang-Undangan yang terkait dengan penelitian ini antara lain Undang-Undang RI Nomor: 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Dalam
Undang-Undang ini khususnya pasal 21 ayat 3 mencantumkan bahwa makanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan atau membahayakan kesehatan
dilarang untuk diedarkan dan disita untuk dimusnahkan. Jika melanggarnya maka akan dikenakan pidana penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak tiga
ratus juta rupiah. Namun untuk produsen makanan dan minuman seperti industri rumah tangga belum dikenakan sanksi pidana sebagaimana ditentukan dalam
Undang-Undang ini. Dalam Undang-Undang RI Nomor: 7 tahun 1996 tentang pangan, pada
pasal 10 mencantumkan bahwa produsen pangan dilarang menggunakan bahan apapun sebagai bahan tambahan pangan yang dinyatakan terlarang. Pada
10 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Peraturan Pemerintah RI Nomor: 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan mencantumkan bahwa produsen pangan dilarang menggunakan bahan
tambahan pangan yang dinyatakan terlarang. Mengingat masyarakat sebagai konsumen memiliki hak atas kenyamanan,
keamanan, keselamatan serta perlindungan dalam mengkonsumsi barang danatau jasa sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 8
tahun 1999 tentang Perlinduingan Konsumen pasal 4, maka sesuai pasal 8 ayat 1a pemerintah mengatur bahwa pelaku usaha dilarang memproduksi danatau
memperdagangkan barang danatau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan persyaratan dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sanksi bagi
pelaku usaha yang melanggar ketentuan tersebut, seperti tercantum dalam pasal 62 ayat 1 dapat dipidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak dua
miliar rupiah. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
472MenkesPerV1996 tentang Pengamanan Bahan Berbahaya, dalam lampiran I peraturan ini boraks termasuk salah satu dari tiga ratus empat puluh delapan bahan
berbahaya yang bersifat racun dan karsinogenik. Terkait dengan sifat racun dan karsinogenik yang dimiliki boraks maka pemerintah mengaturnya sebagai salah
satu bahan yang dilarang untuk ditambahkan dalam makanan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1168MenkesPerX1999 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No: 722MenkesPerIX88 tentang Bahan Tambahan
Makanan.
11 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Boraks