Spektrofotometri Visibel PENELAAHAN PUSTAKA

menguji borat yang jumlahnya sangat sedikit, sebaiknya manitol dikristal ulang dari larutan yang telah dinetralkan terhadap biru bromotimol, lalu mencucinya dengan aseton murni dan mengeringkannya pada 100 o C. Hanya periodat yang dapat mengganggu uji ini: ia dapat diuraikan dengan pemanasan di atas arang Vogel, 1979.

G. Spektrofotometri Visibel

Spektrofotometri visibel adalah salah satu teknik analisis fisika kimia yang mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik pada daerah panjang gelombang 380 – 780 nm dengan instrumen spektrofotometer Mulja dan Suharman, 1995. Ada tiga macam distribusi elektron di dalam suatu senyawa organik secara umum yang dikenal sebagai orbital elektron pi π, sigma σ, dan elektron tidak berpasangan n. Apabila pada molekul tersebut dikenakan radiasi elektromagnetik maka akan terjadi eksitasi elektron ke tingkat energi yang lebih tinggi yang lebih dikenal sebagai elektron antibonding Mulja dan Suharman, 1995. Transisi elektronik pada tingkat-tingkat energi terjadi dengan mengabsorpsi radiasi sehingga menyebabkan terjadi transisi σ→σ, n→ σ, n →π, dan π→π, dengan σ dan π adalah orbital atom antibonding, sedangkan n merupakan orbital nonbonding yang mempunyai energi antara orbital bonding dan antibonding Khopkhar, 1990. 21 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gugus dalam molekul yang dapat mengabsorpsi radiasi dalam daerah visibel disebut kromofor sedangkan molekul yang mengandung kromofor disebut kromogen. Auksokrom tidak mengabsorpsi radiasi bila berdiri sendiri, tetapi kehadirannya dalam molekul yang memiliki kromofor dapat mengubah intensitas dan panjang gelombangnya, ketika terikat langsung pada kromofor Christian, 2004. Kromofor adalah gugus kovalen yang tidak jenuh yang menyediakan orbital π yang dapat menyerap di daerah ultraviolet dan sinar tampak. Selain kromofor ada juga auksokrom. Auksokrom adalah gugus fungsional yang tidak menyerap pada daerah ultraviolet bila berdiri sendiri, tetapi dapat menyebabkan perubahan puncak kromofor ke panjang gelombang yang lebih panjang dan meningkatkan intensitasnya bila terikat pada kromofor. Gugus auksokrom sedikitnya memiliki sepasang elektron bebas yang dapat berinteraksi dengan elektron π, misalnya – OCH3, - Cl, - OH, dan – NH2 Sastrohamidjojo, 2001. Spektrofotometri dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Oleh karena transisi elektronik ditentukan oleh konfigurasi elektron pada molekul senyawa tersebut, maka transisi ditentukan oleh struktur molekulnya. Oleh sebab itu, molekul yang berbeda strukturnya juga mempunyai tingkat energi yang berbeda dan setiap jenis molekul menyerap radiasi pada daerah spektrum tertentu. Hal inilah yang menjadi dasar analisis kualitatif dengan metode spektrofotometri. Banyaknya cahaya yang diserap di frekuensi atau panjang gelombang tertentu sesuai transisi elektron yang terjadi. Hal ini 22 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menentukan intensitas serapan yang menjadi dasar analisis kuantitatif menggunakan metode spektrofotometri Willard et al, 1988. Apabila suatu radiasi elektromagnetik dikenakan kepada suatu larutan dengan intensitas radiasi datang Io, maka sebagian radiasi tersebut akan diteruskan It, dipantulkan Ir, dan diabsorpsi Ia, sehingga: Ia Ir It Io + + = Akan tetapi harga Ir adalah kecil sekali ±4 dengan demikian dapat diabaikan karena pengerjaan dengan metode spektrofotometri menggunakan larutan pembanding sehingga: Ia It Io + = Intensitas serapan dapat digambarkan sebagai transmitan T, yang dijabarkan sebagai berikut: Io It T = Dimana I adalah intensitas dari pancaran energi yang menyerang sampel dan It adalah intensitas dari radiasi yang muncul setelah melalui sampel Vogel, 1978. Pernyataan yang lebih sesuai tentang intensitas serapan diturunkan dari hukum Lambert-Beer, yang menetapkan sebuah hubungan antara transmitan, kepekatan sampel, dan konstanta jenis absorpsi. Hubungan ini digambarkan sebagai : A kbc It Io T = = = log 1 log dimana: k = konstanta karakteristik solute c = konsentrasi solute moll b = tebal sampel cm A = serapan 23 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI maka persamaan diatas menjadi: b c A ⋅ ⋅ = ε dimana ε diketahui sebagai daya serap molar yaitu serapan satu molar larutan pada kuvet setebal satu sentimeter. Jika konsentrasi dari larutan dinyatakan dalam gliter, maka persamaan menjadi: c b a A ⋅ ⋅ = dimana a adalah kemampuan serap molar dan hubungannya dengan kemampuan serap molar adalah sebagai berikut: M a ⋅ = ε dimana M adalah berat molekul dari larutan. Bila c dinyatakan dalam g100 ml, dan b dinyatakan dalam sentimeter, persamaan menjadi: b c A cm ⋅ = Α 1 1 keterangan: = serapan jenis 1 1cm Α c = konsentrasi g100ml b = panjang sampel Silverstein, Bassler, dan Murril, 1986. Hukum Beer memiliki keterbatasan, yaitu cahaya yang digunakan harus monokromatis, hukum ini juga tidak diikuti oleh larutan yang pekat dan terlalu encer. Pada larutan yang terlalu encer dan pekat terjadi kesalahan fotometrik. Pada larutan yang encer, cahaya yang diteruskan hampir sama dengan sumber cahayanya. Pada larutan yang pekat terjadi penyimpangan antara serapan terhadap 24 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI konsentrasi, hal ini dapat terjadi karena pada larutan pekat cahaya yang diteruskan detektor sedikit sehingga serapan yang terukur berkurang Skoog et al, 1993. Pada pengukuran yang menghasilkan serapan yang rendah, intensitas sinar yang masuk dengan sinar yang diteruskan hampir sama sehingga kesalahan akan menjadi besar karena yang dideteksi adalah perbedaan dari kedua intensitas tersebut. Sedangkan pada serapan tinggi, energi yang diterima begitu kecil sehingga sukar diukur secara akurat. Oleh sebab itu, kesalahan dalam penentuan kadar secara spektrofotometri diharapkan akan minimal bila dilakukan pembacaan serapan pada rentang 0,2 – 0,8 atau pembacaan transmitan pada rentang 15-65 Mulja dan Suharman, 1995. Pelarut yang digunakan harus melarutkan senyawa yang dianalisis, dapat meneruskan radiasi, tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkonjugasi, tidak berwarna, tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis, dan kemurniannya harus tinggi. Pelarut yang umum digunakan antara lain: air, etanol, sikloheksan, dan isopropanol Mulja dan Suharman, 1995.

H. Keterangan Empiris