9
Carver, Sceiser, dan Weintraub dalam Buari, 2000 mengemukakan ada dua macam strategi coping stres, yaitu emotional focused coping dan problem
focused coping. Seseorang melakukan emotional focused coping diantaranya
dengan lebih mendekatkan diri pada Tuhan, atau mencari komunitas yang sama dengan mereka untuk mencari dukungan. Selain melakukan emotional focused
coping , seseorang juga melakukan strategi problem focused coping, seperti
mencari informasi tentang penyakit HIVAIDS melalui lembaga swadaya masyarakat dan rumah sakit.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, yaitu dengan melihat fenomena penderita HIVAIDS di Yogyakarta dan pentingnya suatu kesehatan mental untuk mengatasi
stres pada orang yang telah terinfeksi, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang strategi coping stres yang digunakan oleh
penderita HIVAIDS di Yogyakarta.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui strategi coping stres yang digunakan pada penderita HIVAIDS di Yogyakarta
10
D. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, dari segi ilmu pengetahuan,
a. Penelitian ini bermanfaat untuk memperoleh gambaran yang jelas
tentang strategi coping stres pada penderita HIVAIDS guna memberi sumbangan ilmu bagi psikologi klinis dan ilmu psikologi pada
umumnya. b.
Manfaat bagi penulis, penelitian ini merupakan kesempatan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman serta dapat menerapkan
pengetahuan yang diperoleh semasa kuliah dan dapat membantu kita untuk memahami strategi coping stres yang dialami oleh orang yang
terinfeksi HIVAIDS. 2.
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi: a.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi LSM dan pemerhati masalah- masalah penderita HIVAIDS mengenai strategi coping stres
yang yang digunakannya serta menjadikan pengetahuan tentang HIVAIDS sebagai referensi untuk pendampingan ODHA.
b. Bagi subyek penelitian agar mereka dapat mengetahui dan
memperdalam informasi tentang strategi coping stres terhadap HIVAIDS sehingga mereka mampu memahami usaha apa saja yang
dapat dilakukan untuk mengurangi kondisi stres yang muncul. c.
Bagi masyarakat untuk mendapatkan pengetahuan tentang para penderita HIVAIDS sehingga dapat memahami keadaan orang yang terinfeksi
HIVAIDS. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Coping Stres
1. Pengertian stres
Secara umum stres adalah reaksi fisiologis dan psikologis yang terjadi jika seseorang merasakan ketidakseimbangan antara tuntutan yang dihadapi
dengan kemampuannya untuk mengatasi tuntutan tersebut Cranwell- ward dalam Iswinarti dan Haditono,1999
Pendapat ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Novaco 1994, dkk bahwa stres muncul pada saat terjadi ketidakseimbangan antara tuntutan
lingkungan dan kemampuan individu untuk melakukan respon yang adekuat terhadap tuntutan tersebut. Tuntutan tersebut menurut Spielberger dalam
Spielberger Sarason,1986 berasal dari lingkup eksternal yang mengenai seseorang, misalnya objek-objek dalam lingkungan atau suatu stimulus yang
berbahaya. Menurut Douglas 1991, stres terjadi ketika seseorang tidak dapat
mengatasi problem yang disebabkan oleh tekanan yang dialaminya. Tryer 1980 menyatakan bahwa stres yang terjadi dalam tubuh individu
tergantung kemampuan penyesuaian diri yang dimiliki. Handoyo 2001 menyatakan bahwa stres pada tingkat tertentu merupakan stimulasi yang baik
bagi seseorang untuk berkembang, namun apabila tingkatnya sangat tinggi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dan seseorang tidak mampu lagi menghadapinya, stres menjadi awal malapetaka.
Bernard dalam Handoyo,2001 membagi stres menjadi Eustress, yaitu stres yang memberi pengaruh ya ng baik, dan distress, yaitu stres yang
memberi pengaruh yang menyakitkan. Pembagian ini senada dengan yang dikemukakan oleh Robbins 1989 dimana stres yang positif akan
menawarkan perolehan yang potensial, dan sebaliknya, stres yang akan menyebabkan terganggunya produktifitas sehingga dapat mengganggu
kehidupan seseorang. Stres muncul lantaran lingkungan memberikan stimulus yang negatif,
sehingga timbullah perasaan takut, cemas dan marah, serta perasaan tidak mampu untuk menerima apa yang akan terjadi pada dirinya. Didalam
menjalankan aktifitasnya, individu terkadang dihinggapi aneka macam perasaan yang membuat merasa tertekan. Bahkan terkadang individu merasa
takut terhadap apa yang belum diketahuinya secara pasti dan jelas. Individu tersebut merasa takut gagal untuk melakukan suatu tindakan Santrock,
1996. Hal, kejadian, peristiwa, orang keadaan dan lingkungan yang dirasa
mengancam atau merugikan disebut stressor. Jika dipandang dari segi luar dan hal-hal yang menjadi sumber stres, stres dimengerti sebagai rangsangan
stimulus . Orang yang mengalami stres, dapat memusatkan perhatian pada
tanggapan response terhadap hal-hal yang dinilai mendatangkan stres. Tanggapan orang terhadap sumber stres dapat mendatangkan stres.
13
Tanggapan orang terhadap sumber stres dapat menggejala pada psikologis dan fisiologis. Tanggapan itu disebut strain, yaitu tekanan atau tegangan.
Kenyataannya orang yang mengalami stres secara psikologis menderita tekanan dan ketegangan yang membuat pola berpikir, emosi, dan perilakunya
kacau, menjadi gugup dan gelisah Santrock, 1996. Karakteristik lain, selain intensitas yang menjadikan suatu situasi,
peristiwa lebih atau kurang menimbulkan stres adalah lamanya atau jangka waktu terjadinya penyebab stres tersebut, terduganya atau tidaknya suatu
peristiwa, besar atau kecilnya kontrol seseorang atas peristiwa tersebut dan lamanya dampak peristiwa yang dirasakan oleh seseorang.
Dari pandangan di atas, diketahui bahwa stres merupakan suatu bentuk respon yang muncul akibat hal tertentu, dimana seseorang tidak dapat
mengatasi problem yang disebabkan oleh tekanan yang dialaminya, yaitu adanya ketidakseimbangan antara tuntutan lingkungan dengan kemampuan
seseorang.
2. Sumber stres
Handoyo 2001 mengungkapkan adanya tiga unsur stres, yang pertama adalah Stressor, yaitu sumber stres yang menyangkut dirinya sendiri
atau orang lain atau lingkungan hidup atau stimulus yang mendorong kebutuhan beradaptasi, yang kedua The Stressed Person, yaitu orang yang
mengalami stres yang kemudian melakukan berbagai respon secara fisiologis maupun psikologis untuk mengalami stres, yang ketiga adalah Transaction,
14
yaitu hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara orang yang sedang mengalami stres dengan keadaan yang penuh stres.
Chider 1983 membagi karakteristik stimulus yang dapat menjadi stressor
bagi individu: a.
Berlebihan overload Sebuah stimulus dikatakan berlebihan ketika stimulus tersebut terjadi
secara sangat intens sehingga sulit diadaptasi oleh individu. b.
Konflik Konflik terjadi ketika stimulus secara simultan menimbulkan dua atau
lebih kemungkinan respon yang ambigu, karena tidak memberikan pilihan yang tepat untuk dipilih.
c. Tidak terkontrol
Individu memiliki kecenderungan untuk memiliki kontrol atas hal- hal yang terjadi dalam hidup mereka, namun tidak semua kejadian
disebabkan oleh perilaku atau kemauan individu tersebut.
Handoyo 2001, menggolongkan sumber stres dapat dalam bentuk- bentuk:
a. Krisis : yaitu perubahanperistiwa yang timbul mendadak dan menggoncangkan keseimbangan seseorang diluar jangkauan daya
penyesuaian sehari-hari. Misalnya: krisis di bidang usaha, hubungan keluarga dan sebagainya.
15
b. Frustrasi :Frustrasi adalah kegagalan dalam usaha pemuasan kebutuhan-kebutuhandorongan naluri, sehingga timbul kekecewaan.
Frutrasi timbul bila niat atau usaha seseorang terhalang oleh rintangan- rintangan dari luar: kelaparan, kemarau, kematian, dan sebagainya dan
dari dalam: lelah, cacat mental, rasa rendah diri dan sebagainya yang menghambat kemajuan suatu cita-cita yang hendak dicapainya.
c. Konflik :Konflik adalah pertentangan antara 2 keinginandorongan yaitu antara kekuatan dorongan naluri dan kekuatan yang
mengendalikan dorongan-dorongan naluri tersebut. Ada empat bentuk konflik berdasarkan nilai dari dorongan Handoyo, 2001:Approach-
Approach conflik , yaitu konflik yang dialami oleh seseorang yang
harus memilih dua hal yang sama-sama diinginkan. Avoidance- Avoidance konflik
, yaitu ketika seseorang harus memilih dua hal yang sama-sama tidak diinginkannya. Approach- Avoidance konflik terjadi
saat satu hal memiliki suatu yang menarik sekaligus suatu yang tidak
disukai. Double Approach- Avoidance, yaitu ketika seseorang
menghadapi dua alternatif yang memiliki suatu yang menyenangkan sekaligus tidak menyenangkan
d. Tekanan :Stres dapat ditimbulkan tekanan yang berhubungan dengan tanggung jawab yang besar yang harus ditanggungnya. Dari dalam
diri sendiri: cita-cita, kepala keluarga, dan sebagainya dan dari luar: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
istri yang terlalu menuntut, orangtua yang menginginkan anaknya berprestasi.
Pada manusia, terdapat sembilan penyebab stres yang teratas berikut nilainya, seperti terdapat dalam skala tingkat stres yang dikemukakan oleh
Holmes dan Rayes dalam Bootzin, loftus Sajonc, 1983 adalah :
a. Kematian pasangan
100 b.
Perceraian 73
c. Perpisahan dalam perceraian
65 d.
Dipenjara 63
e.
Penyakit parah atau kecelakaan berat 53
f. Pernikahan
50 g.
Kehilangan pekerjaan 47
h. Rekonsiliasi pernikahan
45 i.
Pensiun 45
Semua penyebab stres tersebut, bila diperhatikan berhubungan dengan sebuah perubahan. Manusia dengan kemampuan berpikirnya,
memandang perubahan tersebut sebagai suatu yang mengancam dan menimbulkan stres. Hal ini selanjutnya akan menimbulkan kebutuhan untuk
beradaptasi, yaitu keinginan untuk mengatasi perubahan tersebut atau mempertahankan kondisi yang dirasa nyaman seperti sebelum terjadi
perubahan. Seringkali seseorang cenderung untuk terus memikirkan perubahan tersebut, menyesali kejadian yang menyebabkan perubahan itu
17
atau khawatir tentang lebih banyak memungkinkan perubahan yang akan dihadapi di masa yang akan datang. Bagaimanapun, stres telah ada sejak awal
keberadaan species kita dan telah menjadi bagian dari kehidupan kita. Kita tidak mungkin hidup tanpa stres, tapi kita juga harus belajar untuk hidup
bersamanya. Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan penjabaran sebelumnya
adalah bahwa sumber stres sering diartikan sebagai suatu jenis stimulus tertentu, baik bersifat fisik maupun psikologis, yang mengakibatkan suatu
tuntutan atas diri kita yang mengancam kesejahteraan kita dan menuntut kita untuk beradaptasi dengan cara tertentu. Bentuk- bentuk sumber stres antara
lain ada empat macam yaitu; krisis, frustrasi, konflik, dan tekanan.
3. Faktor yang mempengaruhi stres
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi apakah suatu stimulus dari lingkungan menyebabkan stres atau tidak bagi seseorang Handoyo,
2001. a.
Faktor pertama adalah proses penilaian kognitif, yaitu proses yang memungkinkan individu untuk mengevaluasi apakah stimulus yang
diterimanya relevan dengan kemampuannya Folkman dalam handoyo, 2001. Korshin 1976 menyatakan bahwa proses kognitif adala h
proses mental dalam menilai stressor serta kemampuan diri untuk mengatasi stressor. Hal inilah yang menyebabkan adanya individual
18
differences dimana sesuatu yang dianggap sebagai sebuah stressor oleh
seseorang individu belum tentu merupakan stressor bagi individu lain. b.
Kedua adalah self control, faktor ini berkaitan dengan bagaimana seseorang memberikan respon atas sebuah stimulus yang ia terima dari
lingkungan. Lebih tepatnya, hal ini berhubungan dengan kemampuan penyesuaian diri.
c. Yang ketiga adalah dukungan sosial yang menjadi bagian penting
dalam upaya untuk menanggulangi stres. Dukungan sosial adalah sebagai kesenangan, bantuan, atau keterangan yang diterima seseorang
melalui hubungan formal dangan yang lain atau kelompok Suwarto, 1996.Selye 1976 memperkuat pendapat tersebut dengan menyatakan
bahwa dukungan sosial dapat mengurangi perasaan tertekan dan ketidakpuasan pada saat seseorang dihadapkan pada tekanan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi stres adalah penilaian kognitif, self control, dan dukungan
sosial.
4. Reaksi terhadap Stres
Munculnya stres akan menimbulkan konsekuensi tertentu pada seseorang secara umum, Luthans 1985 membagi reaksi terhadap stres
menjadi tiga kategori. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
a. Deviasi Fisiologis
Cox dalam Handoyo, 2001 mengungkapkan bahwa stres dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan fisik yang berupa
penyakit yang sudah diderita sebelumnya, atau menjadi memicu timbulnya penyakit tertentu. Costello dalam Ariyani, 1998 membagi
terganggunya pola-pola normal dari aktivitas fisiologis menjadi dua jenis, yaitu:
1 Simptom Otot Skeletal, meliputi ketegangan, kegoncangan,
kelemahan, dan rasa sakit. 2
Simptom Organ Dalam, meliputi detak jantung yang semakin cepat, kencing berlebihan, sakit perut, nafas pendek-pendek.
Sejalan dengan Costello et.al., Atkinson, dan Colleman dalam Iswinarti Haditono, 1999 merinci reaksi fisiologis ini
melalui gejala fisik seperti pusing, sakit kepala, capai, lelah, sakit perut, mual- mual, berdebar-debar, dada sakit, dan keluar keringat
dingin. Braham dalam Handoyo, 2001 meringkas gejala stres
dalam bentuk sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan pencernaan, radang usus, kulit
gatal-gatal, punggung terasa sakit, berubah selera makan, tekanan darah tinggi, atau serangan jantung, dan kehilangan energi.
20
b. Deviasi Psikologis
Secara garis besar, terganggunya fungsi psikologis dari individu yang menderita stres dapat dibagi dalam dua kategori:
1 Reaksi Emosional
Menurut Braham dalam Handoyo, 2001 individu yang mengalami stres biasanya menampakkan gejala seperti marah-
marah, mudah tersinggung, dan terlalu sens itif, gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah- ubah, sedih, mudah menangis dan
depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan bermusuhan serta kelesuan mental.
Cox dalam Handoyo, 2001 mendeskripsikan reaksi ini berupa kegelisahan, agresi, kelesua n, kebosanan, depresi, kelelahan,
kekecewaan, kehilangan kesabaran dan harga diri yang rendah. 2
Reaksi Kognitif Braham dalam Handoyo, 2001 menyebut kategori ini
sebagai gejala intelektual yang meliputi mudah lupa, kacau pikiran, daya ingat menurun, sulit berkonsentrasi, suka melamun
berlebihan, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja. Menurut Cox dalam Handoyo, 2001 konsekuensi kognitif
ini berupa ketidakmampuan mengambil keputusan, kurangnya konsentrasi dan peka terhadap ancaman.
21
c. Deviasi Perilaku
Penyimpangan pada perilaku ini juga bisa dirinci dalam dua bagian, yaitu:
1 Perilaku Secara Personal
Penyimpangan perilaku ini lebih tertuju pada diri individu secara pribadi. Cox dalam Handoyo, 2001 melihat gejala
peningkatan komsumsi alkohol dan rokok, tidak nafsu makan atau bahkan makan berlebihan, penyalahgunaan obat-obat, menurunnya
semangat untuk berolahraga yang berakibat pada pola diet dan timbulnya beberapa penyakit.
2 Perilaku Secara Interpersonal
Pada kategori ini, penyimpangan perilaku lebih mengarah pada hubungan individu dalam hubungan dengan orang lain.
Braham dalam Handoyo, 2001 menyebutkan adanya sikap acuh dan mendiamkan orang lain, menurunkan kepercayaan terhadap
orang lain, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan orang lain atau menyerang dengan kata-kata,
menutup diri secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain.
Berdasarkan uraian di atas, maka ditarik sebuah sebuah kesimpulan bahwa reaksi stres adalah keadaan yang terjadi sebagai respon dari individu
terhadap tuntutan lingkungan. Ada tiga jenis reaksi terhadap stres yaitu Fisiologi, Psikologi, dan Perilaku
22
5. Coping stres
Lazarus 1984 menge mukakan suatu cara yang dilakukan untuk
mengatasi situasi atau problem yang dianggap sebagai tantangan, ketidakadilan atau merugikan maupun sebagai ancaman disebut sebagai
coping. Selain itu lazarus juga mendefinisikan coping adalah usaha yang
berorientasi pada tindakan intrapsikis untuk mengendalikan atau menguasai, menerima, melemahkan serta memperkecil pengaruh lingkungan, tuntutan
internal dan konflik tersebut melampaui kemampuan seseorang. Coping stres adalah cara yang digunakan individu dalam menghadapi atau mengatasi
masalah dan juga merupakan usaha kognitif dan behavioral dari individu untuk memodifikasi, menahan atau menghilangkan stressor yang mengancam
mereka. Ketika berhadapan dengan situasi yang menimbulkan stres, individu akan mencoba beradaptasi, mekanisme coping dalam diri individu tersebut
akan mulai berperan. Cara inilah yang menentukan besar kecilnya dampak stres tersebut. Usaha coping yang dilakukan, baik itu yang berfungsi untuk
meredakan emosi maupun yang berfungsi untuk memecahkan masalah, pada dasarnya keduanya mengarah pada beberapa tujuan. Menurut Folkman dan
Lazarus, 1984 tujuan umum dari coping adalah; mengurangi hal- hal yang membahayakan dari situasi dan kondisi lingkungan, menyesuaikan diri
terhadap kejadian-kejadian negatif yang dijumpai dalam kehidupan nyata, mempertahankan citra diri yang positif, mempertahankan keseimbangan
emosional serta meneruskan hubungan yang memuaskan bagi orang lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Mekanisme coping akan segera berperan ketika individu mulai mencoba beradaptasi terhadap situasi yang menimbulkan stres. Selye dalam
Passer dan Smith, 2004, mengemukakan mengenai tiga fase coping terhadap rangsangan dalam diri manusia, yaitu:
a. Fase Alarm
Ketika suatu kejadian yang tidak biasa muncul, keluaran output energi akan mengalami penurunan untuk jangka waktu yang pendek,
yaitu ketika kejadian tersebut dicerna oleh pikiran seseorang. b.
Fase Adaptasi Selanjutnya, keluaran energi tersebut meningkat melebihi batas
normal, ketika seseorang berusaha mengatasi situasi tersebut, maka individu tersebut akan mengalami keterbangkitan yang semakin kuat.
Respon adaptasi pada meliputi menghindar atau melarikan diri, melakukan perlawanan, supresi emosi, terpaku atau belajar.
c. Fase Kelelahan
Pada akhinya energi yang tersedia pada individu berkurang dan kemampuannya untuk berfungsi secara efektif menurun. Pada fase
inilah ketegangan emosional dan fisik dapat mengakibatkan gangguan kesehatan yang lebih parah.
Menurut pandangan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi coping
adalah usaha yang berorientasi pada tindakan intrapsikis untuk mengendalikan atau menguasai, menerima, melemahkan serta memperkecil
pengaruh. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
6. Sumberdaya Coping
Sumberdaya yang dapat dimanfaatkan dalam penanganan stres secara efektif dikemukakan oleh Lazarus dan Folkman 1984:
a. Kesehatan dan Energi: suatu yang memungkinkan individu tetap
bertahan pada tahap resistensi yang merupakan Coping Stage, tanpa memasuki tahap kelelahan.
b. Keyakinan yang positif dapat berupa self-image dan sikap ya ng positif, yang akan memungkinkan seseorang memikirkan strategi terbaik yang
akan ditempuhnya. c. Internal locus of control yaitu suatu perasaan bahwa seseorang memiliki
kontrol yang signifikan terhadap berbagai kejadian dalam hidupnya. d. Kemampuan sosia lnya berguna untuk mengetahui perilaku yang sesuai
bagi situasi tertentu, mampu mengekspresikan diri dan selalu memiliki simpanan atau sumber topik pembicaraan.
e. Dukungan sosial: orang-orang terdekat seperti keluarga dan teman dapat membantu dengan ikut memastikan bahwa seseorang yang
mengalami stres tetap menjaga kesehatannya, menjadi pendengar yang baik bagi mereka, menemani dan meyakinkan bahwa mereka sangat
berarti dan memberi dukungan psikologis lain. f. Sumberdaya material: dapat berupa uang yang dapat meningkatkan
jumlah pilihan yang tersedia untuk mengurangi sumber stres. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Seorang pakar dalam management stres, dr. Donald Tubesing dalam Ulery, 2000, mengemukakan empat ketrampilan yang harus dikuasai
dalam mengelola stres, yaitu: a.
Self-care skills Ketrampilan ini mencakup segala sesuatu yang dilakukan
seseorang terhadap atau bagi dirinya sendiri yang membawa kebaikan baginya. Secara umum, semakin baik kondisi fisik seseorang, semakin
besar peluangnya untuk menangkis dan menangani stres yang datang, dan semakin cepat ia pulih dari stres yang dialaminya. Kesehatan yang
baik sangat berpengaruh secara positif terhadap sikap, tingkat energi, kemampuan berpikir, self-image dan sistem kekebalannya. Beberapa
ketrampilan yang mendukung dan kesehatan yang baik antara lain olahraga, pengaturan berat badan, pola makan yang sehat, dan istirahat.
b. Personal management skills
Kategori ini mencakup ketrampilan dalam hal penetapan tujuan, perencanaan, pengaturan waktu, menetapkan tahapan aktifitas
sesuai kondisi pribadi dan klarifikasi nilai- nilai serta prioritas pribadi. Ketrampilan pengelolaan pribadi ini sangat tidak ternilai dalam
memberikan seseorang perasaan bermakna dan arah dalam hidupnya. Kejelasan dalam nilai- nilai dan kemampuan management waktu
membantu seseorang membuat prioritas tentang apa yang penting dan membantu mereka untuk memahami cara yang terbaik memanfaatkan
waktu dalam memenuhi tujuan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
c. Attitude skills
Cara seseorang memandang sesuatu dapat mempengaruhi tingkat stresnya. Hubungan ilmiah antara sikap yang positif dan
kesehatan yang baik, termasuk sistem kekebalan yang berfungsi baik, tidak dapat menaruh harapan yang realistis, mengkaji ulang pikiran-
pikiran negatif menjadi lebih positif, keyakinan dan rasa humor. Aktifitas spiritual juga dapat memanfaatkan iman, rasa syukur yang
positif. Persekutuan, pelayanan dan perspektif positifnya mengenai pengalamannya.
d. Relationship skills
Memiliki hubungan yang positif dengan orang yang bersedia mendengarkan, ketimbang menceramahi, memberi peluang
untuk melepaskan, menikmati dan beristirahat dari stres dan ketegangan yang dialami sehari- hari. Ketrampilan yang baik dalam
menjalin hubungan harus bersifat dua arah. Seorang seyogyanya tidak hanya berbicara, tapi juga mendengarkan yang lain.
e. Network skills
Network skills merupakan ketrampilan untuk menggunakan
suatu sistem untuk memperoleh bantuan dalam mengelola stres. Terkadang seseorang perlu berpaling pada sebuah lembaga atau
institusi untuk memperoleh bantuan. Misalnya lembaga konseling, gereja atau bahkan lembaga hukum.
27
Berdasarkan penjabaran sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa sumberdaya coping adalah sumberdaya yang dapat dimanfaatkan dalam
penanganan stres secara efektif yang dipergunakan untuk meminimalkan mengurangi hal-hal yang membahayakan dari situasi dan kondisi lingkungan,
menyesuaikan diri terhadap kejadian-kejadian negatif yang dijumpai dalam kehidupan nyata, mempertahankan citra diri yang positif, mempertahankan
keseimbangan emosional serta meneruskan hubungan yang memuaskan bagi orang lain.
7. Strategi Coping Stres
Sejumlah peneliti mengatakan bahwa respon coping yang diberikan individu memegang peran yang sangat penting dalam menentukan makna dan
pengaruh dari kejadian-kejadian dalam hidupnya yang dapat menimbulkan stres. Salah seorang ahli, yaitu Folkman dan Lazarus, 1984 mengemukakan
pentingnya mempelajari peran individu dalam menilai stressor, dan bagaimana individu tersebut aktif bertahan untuk melawan ancaman atau bahaya yang
diasosiasikan dengan stressor. Selain itu Klauer dan Filipp dalam Schwarzer, 1989 mengidentifikasikan lima strategi coping yang digunakan sebagai
dimensi dalam sebuah analisis fakor: 1 Mencari integrasi sosial, 2 refleksi atau mediasi, 3 meminimalkan ancaman, 4 berpaling pada agama, 5
mencari informasi. Carver, Sceiser, dan Weintraub dalam Buari, 2000
menggolongkan srtategi coping menjadi tigabelas bentuk yang terdiri atas lima PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
bentuk strategi coping yang tergolong dalam Problem Focused Coping PFC dan delapan bentuk strategi coping yang tergolong dalam Emotion Focused
Coping EFC.
a. Problem-Focused Coping: yaitu strategi ya ng mencoba untuk
menghadapi dan menangani langsung tuntutan dari situasi atau upaya untuk mengubah situasi tersebut strategi yang tergolong dalam
Problem Focused Coping meliputi:
1 Active coping atau coping aktif, merupakan salah satu bentuk
coping yang ditandai dengan adanya langkah nyata yang dilakukan
individu untuk menyelesaikan atau menghadapi masalah, berjuang untuk menyelesaikan masalah serta adanya keputusan untuk
mengambil langkah yang bijaksana sebagai pemecahan masalah. 2
Planning atau membuat perencanaan, merupakan bentuk coping yang ditandai dengan adanya usaha untuk memikirkan cara yang
dapat dilakukan untuk menghadapi stressor atau dapat juga berupa usaha untuk membuat rencana penyelesaian masalah.
3 Suppression of competing activities atau menekan aktifitas
tandingan, merupakan salah satu bentuk coping yang ditandai dengan adanya usaha individu untuk mengurangi perhatian dari
aktivitas lain sehingga individu dapat lebih memfokuskan diri pada permasalahan yang sedang dihadapi.
4 Restraint coping atau menunggu waktu yang tepat untuk
bertindak, merupakan salah satu bentuk coping yang ditandai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dengan usaha individu untuk menunggu waktu dan kesempatan yang tepat untuk bertindak. Individu berusaha untuk menahan diri
dan tidak tergesa- gesa dalam bertindak. 5
Seeking social support for instrumental reason atau mencari dukungan sosial untuk alasan instrumental, merupakan salah satu
bentuk coping yang terwujud dalam usaha individu untuk mencari saran, bantuan dan informasi dari orang lain yang dapat digunakan
untuk menyelesaikan masalah.
b. Emotion-focused coping: dimana individu melibatkan usaha-usaha
untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan diitmbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang
penuh tekanan. Strategi yang tergolong dalam Emotion-focused coping meliputi:
1 Seeking social support for emotional reason atau mencari
dukungan sosial untuk alasan emosional, merupakan salah satu bentuk coping yang ditandai dengan adanya usaha individu untuk
mencari dukungan moral, simpati dan pemahaman dari orang lain. 2
Positive reinterpretation atau penilaian kembali secara positif, ditandai dengan adanya usaha untuk memaknai semua kejadian
yang dialami sebagai suatu kenyataan ya ng harus dihadapi. 3
Acceptance atau penerimaan, diartikan sebagai adanya sikap untuk menerima kejadian dan peristiwa sebagai suatu kenyataan yang
harus dihadapi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
4 Denial atau penyangkalan, merupakan usaha individu untuk
menolak atau menyangkal kejadian sebagai sebuah kenyataan yang harus dihadapi.
5 Turning to religion atau berpaling pada agama, merupakan salah
satu bentuk coping yang ditandai oleh adanya usaha untuk mencari kenyamanan dan rasa aman dengan cara berpaling pada agama.
Biasanya diwujudkan dalam doa, meminta bantuan pada Tuhan dan adanya sikap pasrah pada Tuhan.
6 Focusing on and venting emotions atau berfokus pada emosi dan
penyaluran emosi, merupakan salah satu bentuk coping yang ditandai dengan adanya usaha untuk meningkatkan kesadaran akan
adanya tekanan emosional dan secara bersamaan melakukan upaya untuk menyalurkan atau meluapkan perasaan tersebut.
7 Behavioral disengagement atau pelepasan secara perilaku,
merupakan salah satu bentuk coping yang ditandai dengan adanya penurunan usaha untuk menghadapi stressor menyerah pada
situasi yang dialami. Bentuk coping ini juga dikenal dengan istilah putus asa.
8 Mental Disengagement atau pelepasan secara mental, merupakan
usaha individu untuk mengalihkan perhatian dari permasalahan yang dialami dengan melakukan aktivitas lain seperti berkhayal
atau tidur. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Lazarus dan Folkman, 1984 lebih mengembangkan aspek strategi coping
tersebut menjadi: 1
Cautiousness atau kehati-hatian, yaitu strategi yang mempertimbangkan beberapa alternatif pemecahan masalah dan
selali bersikap hati-hati sebelum bertindak. 2
Instrumental Action merupakan bentuk strategi yang selalu membuat perencanaan penyelesaian secara logis.
3 Negotiation adalah bentuk strategi yang mencoba menyelesaikan
masalahnya dengan cara melakukan pendekatan terhadap sumber masalah.
4 Escapism atau pelarian dari masalah adalah bentuk strategi yang
selalu menghindari masalah dengan cara berkhayal, makan, minum- minuman dan merokok.
5 Minimisation atau menganggap kecil adalah bentuk strategi yang
menganggap bahwa masalah itu tidak ada. 6
Self blame atau menyalahkan diri sendiri adalah bentuk strategi yang menyalahkan dan menghukum diri sendiri serta menyesali
apa yang sudah terjadi. 7
Seeking meaning atau pencarian makna kegagalan yang dialaminya bagi dirinya serta melihat segi-segi yang penting dalam
kehidupan, seperti mencoba untuk menemukan jawaban masalah melalui kepercayaan yang dianutnya.
32
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan penjabaran sebelumnya adalah strategi coping yang dipakai dalam penelitian ini adalah
strategi coping yang dikemukakan oleh Carver, Sceiser, dan Weintraub yang mengelola stres ke dalam dua kelompok besar seperti Problem-Focused
Coping , dan Emotion-Focused Coping.
8 . Faktor yang Mempengaruhi Strategi Coping Stres
Cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya individu yang meliputi kesehatan fisik atau energi,
keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial dan dukungan sosial dan materi seperti yang dikemukakan passer Smith 2004.
a. Kesehatan Fisik
Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang
cukup besar b.
Keyakinan atau pandangan positif Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting,
seperti keyakinan akan nasib eksternal locus of control yang mengerahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan helplessness
yang akan menurunkan kemampuan strategi coping tipe yaitu: problem-solving focused coping
c. Keterampilan Memecahkan masalah
33
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk
menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan
pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.
d. Keterampilan sosial
Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial
yang berlaku di masyarakat. e.
Dukungan sosial Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan
emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya.
f. Materi
Dukungan ini meliputi sumber daya daya berupa uang, barang barang atau layanan yang biasanya dapat dibeli.
Berdasarkan beberapa kategori strategi coping yang dikemukakan di atas, terlihat bahwa sesungguhnya usaha coping yang dilakukan tidak harus
selalu mengarah pada penyelesaian masalah secara tuntas. Yang lebih penting dari itu adalah bagaimana dengan usaha coping yang dilakukan individu dalam
menghadapi stres, individu tersebut dapat bertahan untuk tidak terlalu larut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dalam masalah yang dihadapinya, maka penelitian ini akan memakai salah satu strategi coping dari penelitian Carver, Sceiser, dan Weintraub.
B. Penderita HIVAIDS 1. Pengertian HIVAIDS
Perjalanan kasus HIVAIDS pertama kali terjadi sekitar tahun 1981 oleh ahli kesehatan di kota Los Angeles, Amerika Serikat Kompas 23 Mei
2003. Ketika sedang melakukan sebuah penelitian kasus seri terhadap empat pemudamahasiswa. Ternyata dalam tubuh keempat pemuda tadi ditemukan
penyakit phenumonia yang disertai dengan penurunan kekebalan tubuh Imunitas.
AIDS sendiri adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome
yang dalam bahasa Indonesia kurang lebih adalah Sindrom Cacat Kekebalan Dapatan, artinya cacat kekebalan tubuh akibat suatu penyakit yang
didapat dalam perjalanan hidup penderita Pelkesi, 1995. AIDS adalah sejenis penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh disebabkan oleh jenis virus
yang khas untuk penyakit ini. Penyakit ini bukan sejenis penyakit keturunan yang diwariskan dari orangtua pada anak-anaknya melainkan penyakit yang
didapat dalam perjalanan hidup seseorang. Akibat penurunan daya tahan tubuh penderita, maka berbagai kuman dan jazad renik, yang dalam keadaan normal
dapat ditahan dengan baik, akan menyerbu ke dalam darah dan jaringan- jaringan tubuh penderita tersebut.
35
Kuman-kuman tersebut dikatakan bersifat “opportunistic” karena mereka memanfaatkan kesempatan yang terbuka untuk menyerbu dan
berkembang biak. Beberapa sel abnormal kanker memanfaatkan pula kesempatan tersebut untuk memperbanyak diri dan menyebabkan kanker.
Manifestasi klinis penyakit ini bukan merupakan gejala gangguan sistem kekebalan tubuh itu sendiri melainkan gejala penyakit infeksi dan kanker
oportunistis tersebut yang akan menimbulkan kumpulan gejala klinis
sindrom yang menentukan tingkat keparahan penyakit AIDS. Montagnier dalam Rasad.1987 mengungkapkan bahwa jarang sekali terjadi bahwa suatu
kejadian telah menarik perhatian media penerbit sedemikian besarnya seperti pada AIDS.
Dengan arti yang lain, sebelum orang menderita AIDS, tubuhnya terlebih dahulu telah terjadi kerusakan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya
kerusakan sistem kekebalan tubuh ini, penderita akan menjadi peka terhadap infeksi termasuk kuman yang dalam keadaan normal sebenarnya tidak
berbahaya. Pengidap AIDS sebagian besar penderita sebelumnya terinfeksi virus
HIV. Penyakit ini merupakan penyakit kedua yang menyebabkan kematian pada pria kelompok usia 25 sampai 44 tahun Rachimhadhi, 1996:24
Gejala penyakit penderita AIDS mirip dengan penyakit biasa seperti demam, bronchitis, dan flu. Akan tetapi, pada penyakit ini biasanya lebih
parah dan berlangsung pada waktu yang lama. Richardson mengemukakan gejala umum AIDS mencakup hal sebagai berikut:
36
a. Kelelahan yang sangat, yang berlangsung selama beberapa minggu
tanpa sebab yang jelas. b.
Demam tanpa sebab yang jelas, menggigil kedinginan atau berkeringat berlebihan di malam hari, berlangsung beberapa minggu.
c. Hilangnya berat badan lebih dari lima kg dalam waktu kurang dari dua
bulan. d.
Pembengkakan kelenjar, terutama di leher atau ketiak. e.
Sariawan atau terdapat sejenis bisul dan luka bernanah di mulut atau tenggorokan. Sariawan adalah sejenis infeksi yang umumnya terjadi di
vagina, mengakibatkan keluarnya cairan berwarna putih yang mengganggu. Pada lelaki, jamur ini mungkin timbul berupa bintik-
bintik putih yang mengganggu di ujung penis atau munculnya kotoran putih yang keluar dari anus.
f. Diare terus-menerus.
g. Nafas menjadi pendek, lambat laun menjadi buruk setelah beberapa
minggu, disertai batuk kering yang tidak diakibatkan oleh rokok dan berlangsung lebih lama daripada batuk karena flu berat.
h. Bisul atau jerawat baru, berwarna merah muda atau ungu, biasanya
tidak sakit, muncul di kulit bagian mana saja, termasuk di mulut atau kelopak mata.
Dalam banyak kasus luka- luka tersebut dapat juga timbul organ bagian dalam seperti selaput paru-paru, usus, atau anus. Awalnya, luka-luka itu
tampak seperti luka melepuh berdarah atau memar, tetapi tidak memucat jika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
ditekan dan tidak hilang. Biasanya luka melepuh ini adalah salah satu bentuk kanker kulit yang dikenal dengan leaposis sarcoma. Untuk beberapa alasan
yang tidak sepenuhnya dipahami, kanker ini bukanlah gejala umum pada perempuan yang menderita AIDS.
Human Immunadeficiency Virus HIV yaitu suatu virus menyerang
sistem kekebalan tubuh Richardson, 2002 : 1. Jika sistem kekebalan tubuh rusak, tubuh menjadi rentan terhadap infeksi dan kanker, apabila sistem
kekebalan tubuhnya baik dapat menangkis penyakit tersebut. HIV secara terus menerus memperlemah sistem kekebalan tubuh dengan cara menyerang dan
menghancurkan kelompok sel darah putih tertentu yaitu sel T – helper, sel ini berperan penting pada pencegahan infeksi. HIV tidak hanya merusak sistem
kekebalan tubuh saja, tetapi juga merusak otak dan sistem saraf pusat. Virus ini akan diderita seumur hidup oleh si penderita dan sangat
mudah menular melalui berbagai macam cara, yaitu hubungan heteroseksual, entah dari laki- laki ataupun dari perempuan Richardson, 2002. Selain
melalui jarum suntik, perempuan yang terinfeksi HIV juga dapat menularkannya pada anak-anak selama kehamilannya. Hal yang perlu diingat
adalah bahwa tidak semua orang yang terinfeksi HIV langsung menunjukkan gejala klinik, bahkan si penderita virus tersebut tidak mengetahui, apalagi
keluarga maupun lingkungannya dia tinggal. Bisa dibayangkan penularan virus ini akan berkembang dengan pesat. Untuk mengetahui terinfeksi HIV
diperlukan uji klinis yang berulang untuk memastikan positif HIV. Di sisi lain, bila si pengidap HIV tersebut mengetahui uji klinisnya menunjukkan bahwa
38
dia reaktif, dia tidak mau memberitahukan kepada orang lain termasuk orang terdekat, karena dia tidak mau dikucilkan atau tidak diterima oleh keluarga
dan masyarakat. HIV merupakan virus penyebab AIDS, namun tidak semua penderita akhirnya mengidap AIDS, berdasarkan studi yang pertama
menunjukkan, sekitar satu dari sepuluh orang yang tertular virus ini akhir nya menderita AIDS. Berdasarkan studi tentang penyakit ini, dalam tujuh tahun
studi terakhir menunjukkan bahwa 30 orang yang terinfeksi HIV akan terjangkit AIDS karena waktu antara infeksi dan munculnya gejala memakan
waktu beberapa tahun, maka waktu pun akan memperlihatkan bahwa angka 30 juga terlalu rendah Richardson, 2002
2. Penularan virus HIVAIDS
Dalam penularan atau transmisi pengidap AIDS disebabkan oleh berbagai faktor seperti yang dikemukakan pelkesi 1995. Faktor- faktor
transmisi tersebut antara lain: a.
Penularan seksual Cara hubungan seksual ono-genital merupakan perilaku seksual
yang beresiko tinggi bagi penularan HIV, oleh karena mukosa rectum sangat tipis dan mudah sekali mengalami perlukaan saat melakukan
hubungan seksual secara ono-genital. Dari perhitungan statistik, resiko tertular HIV melalui hubungan seksual 0.1 - 1. Hal yang menarik
perhatian adalah kemungkinan penularan yang dilakukan, artinya ada yang baru beberapa kali saja dengan pengidap HIV telah dapat tertular.
39
b. Penularan non-seksual
1 Penularan pasental : yaitu suatu penularan melalui darah atau
produk darah yang tercemar HIV. Artinya jika darah orang yang terjangkit HIV itu masuk ke dalam darah orang normal bisa
melalui jarum yang tidak steril ataupun bergantian jarum suntik dari pengguna narkotika, maka akan mudah sekali terinfeksi.
2 Penularan transpasental yaitu penularan dari ibu hamil mengidap
HIV kepada bayi kandungannya. Bayi itu kesakitan ketika masih dalam kandungan atau ketika sedang dilahirkan. Ada juga resiko
tertentu penularan melalui pemberian air susu ibu. Segera setelah HIV memasuki tubuh seseorang, maka orang tersebut berpotensi
menularkan HIV kepada orang lain. Beberapa kelompok orang yang beresiko tinggi terhadap HIVAIDS
antara lain: a.
Mereka yang mempunyai banyak pasangan seksual homo dan heteroseksual seperti wanita tuna susila, mucikari, kelompak
homoseks, biseks, dan waria. b.
Penerima transfusi darah dari darah seseorang yang sebelumnya sudah terinfeksi HIV.
c. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang terkena virus HIV.
d. Pecandu narkotik suntikan yang dipakai secara bersamaan dan tidak
disterilkan lebih dahulu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
e. Orang yang menggunakan jasa dengan alat tusuk seperti akupuntur,
tato, tindik yang dipakai orang yang telah terinfeksi HIV. f.
Pasangan dari pengidap AIDS yang menularkan pada pasangannya. g.
Remaja yang melakukan free seks dan kurang memperhatikan kesehatan dan keamanan, sehingga kemungkinan remaja tertular HIV
lebih besar.
3. Dampak yang dialami pengidap HIVAIDS
HIV dan AIDS memunculkan berbagai masalah pribadi dan pertanyaan yang sulit terjawab, seperti soal perjalanan penyakit, perubahan-
perubahan yang terjadi karena status HIV, kesehatan yang menurun karena sistem imun yang buruk, keuangan, kematian, dan lain- lain. Dan ditambah lagi
prasangka buruk yang muncul dari lingkungannya membuat mereka merasa tertekan. Individu yang tidak memahami bagaimana penyebaran HIV mungkin
akan mendiskriminasikan orang yang hidup dengan HIV. Mereka mungkin akan memperlakukan penderita HIV itu dengan tidak adil karena takut tertular
virus mematikan itu. Namun bagi penderita HIV, menerima kenyataan bahwa dirinya telah terinfeksi HIV positif merupakan hukuman mati
Wicaksono,2005. Di samping perekonomian mereka yang ikut terpengaruhi oleh biaya pengobatan dan harga obat-obatan yang mahal, mereka mengalami
gangguan relasi karena seringkali mendapat komentar-komentar dari lingkungan yang mengabaikan perasaannya dan penolakan dari lingkungan
yang mereka tinggali. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
4. Reaksi Terhadap Sumber Stres
Saat seseorang mulai dinyatakan mengidap HIVAIDS, mereka langsung mengalami kemerosotan fisik dan mentalnya, karena sampai saat ini
masyarakat masih menganggap penyakit ini merupakan penyakit yang negatif karena telah melanggar aturan, moral, agama dan sosial, serta memandang
penyakit ini adalah mencacatkan, berjangkit, membawa maut dan dipandang hina oleh masyarakat Aishah, jurnal psikologi 16:75. Mereka
dikonfrontasikan pada kenyataan bahwa mereka berhadapan dengan suatu keadaan terminal. Kenyataan ini akan memunculkan perasaan terkejut,
penyangkalan, tidak percaya, depresi, kesepian, rasa tak berpengharapan, duka, marah, dan takut sebagai reaksi awal terhadap perubahan situasi yang
tiba-tiba. Status ODHA dapat menimbulkan kecemasan dan depresi. Mungkin
disertai pula gagasan bunuh diri, gangguan tidur, dan sebagainya. Gejala- gejalanya seperti tidak bergairah hidup, putus asa, merasa tidak berguna, dan
merasa tidak tertolong lagi. Hal-hal yang menjadi masalah biasanya adalah
rasa takut dan marah, hilangnya rasa otonomi, serta berkurangnya nilai-nilai sebagai manusia
dapat muncul pada seorang ODHA. Hal ini dapat terjadi bahkan sebelum berkembangnya penyakit HIV menjadi AIDS, karena adanya pengalaman
mereka dalam menyaksikan pasangan, teman atau keluarga mereka yang meninggal karena AIDS Wicaksono,2005.
42
C. Coping Stres pada Penderita HIVAIDS
Saat ini jumlah individu yang terinfeksi HIV atau Odha Orang dengan HIVAIDS di Indonesia sudah semakin meningkat karena itu diperlukan
penanganan kebutuhan-kebutuhan psikologis yang muncul. Mengetahui telah terinfeksi virus yang belum ditemukan obatnya tentu saja menimbulkan beban
bagi Odha. Harga obat-obatan yang mahal, perjalanan penyakit yang terkadang membaik dan terkadang memburuk serta sikap masyarakat yang
diskriminatif membuat stres yang dialami Odha semakin berat Wicaksono, 2005. Sumber stres dan perubahan-perubahan yang terjadi saat mereka
menyandang status HIV tersebut akan membuat mereka melakukan penyesuaian diri agar mereka dapat beradaptasi terhadap tuntutan yang baru
untuk mencapai kondisi yang nyaman. Berdasarkan hal tersebut ODHA dituntut untuk mempunyai ketrampilan dalam mengolah stres akibat status
ODHA coping stres. Faktor yang banyak berperan dalam strategi coping stres adalah
dukungan sosial, karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk melihat strategi coping
yang dilakukan Odha untuk menangani stres Richardson, 2002. Strategi coping sendiri menunjuk pada berbagai upaya, baik mental maupun
perilaku, untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan. Dengan perkataan lain strategi
coping merupakan suatu proses dimana individu berusaha untuk menangani
dan menguasai situasi stres yang menekan akibat dari masalah yang sedang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya Selye, 1976.
Strategi yang dipakai oleh penderita HIVAIDS sangat beragam, ODHA seringkali mencari dukungan moral dari orang yang mengalami
pengalaman yang sama, mereka melakukan kegiatan yang dapat digunakan sebagai pengalih perhatian agar mereka tidak tertekan akan keadaan mereka.
ODHA juga berlari kepada sikap pasrah terhadap Tuhan sebagai bentuk usaha mereka untuk menerima kondisinya. Hal itu dipengaruhi oleh tingkat
kedewasaan kepribadian dan pendidikan, dan pengalaman hidup seseorang Klauer Fillip. Namun hal tersebut tidak menjadi patokan karena secara
umum penderita Odha mencari alternatif coping untuk melakukan mekanisme pertahanan diri terhadap penyakitnya.
44
Skema 2.1 skema coping stres
ODHA Orang dengan HIVAIDS
?
Sumber stres yang ditimbulkan: Kemerosotan fisik dan kesehatannya
karena adanya penolakan dari lingkungan. Penurunan kondisi ekonomi karena biaya
pengobatan yang mahal. Terganggunya relasi dengan orang lain karena mendapat
prasangka buruk dari lingkungan.
?
Respon Stres: Muncul perasaan
terkejut, penyangkalan, tidak percaya, depresi,
kesepian, rasa tak berpengharapan, duka, marah, dan takut, kemerosotan fisik, gagasan
bunuh diri, gangguan tidur, tidak bergairah hidup, putus asa, merasa tidak berguna, dan
merasa tidak tertolong lagi.
hilangnya rasa otonomi, serta berkurangnya nilai-nilai
sebagai manusia.
?
Odha melakukan Coping untuk mengatasi stres :
a. Problem-Focused Coping
b. Emotion-Focused Coping
45
D. Pertanyaan penelitian