Tahap Persiapan Penelitian Hasil Penelitian

57

BAB IV HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN

A. Tahap Persiapan Penelitian

Dalam penelitian ini, pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu, tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Langkah- langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut. Dalam persiapan, subyek penelitian dipilih berdasarkan kesesuaian pengalamannya dengan topik dan tujuan penelitian. Peneliti tidak melakukan pendekatan secara pribadi untuk membangun kedekatan dan kepercayaan karena hubunga n subyek dengan peneliti dapat dibilang baik. Informasi mengenai pengalaman tersebut dikonfirmasikan pada subyek melalui tatap muka. Pada kontak pertama peneliti mengutarakan sekilas maksud dari penelitian dan meminta kesediaan subyek untuk bertemu dan membicarakan topik penelitian yang akan dilakukan. Peneliti melakukan hal ini selain untuk mempermudah jalannya penelitian, juga karena hal yang diteliti merupakan hal yang relatif sensitif dan mendasar secara budaya sehingga kemungkinan subyek akan merasa lebih nyaman dan dapat bersikap terbuka jika mengenal peneliti lebih dahulu melalui beberapa pendekatan kepada subyek terlebih dahulu Pada tahap pelaksanaan penelitian, peneliti berusaha menjalin hubungan baik dengan subyek dan melakukan langkah- langkah sebagai berikut: 1. Memperkenalkan diri 2. Memberikan gambaran tentang maksud dan tujuan penelitian. 3. Peneliti menanyakan kesediaan calon subyek penelitian. Peneliti juga mengkonfirmasikan bahwa subyek berhak menentukan sendiri apakah identitasnya akan dirahasiakan atau tidak. 4. Menetapkan waktu dan tempat wawancara yang akan disesuaikan dengan kenyamanan subyek penelitian dan kemampuan peneliti. 5. Meminta kesediaan subyek untuk direkam secara audio selama proses wawancara dan mencatat hal- hal yang penting selama wawancara dan observasi berlangsung.

B. Hasil Penelitian

1. Identitas Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada dua orang yang telah terinfeksi HIVAIDS. Identitas subyek penelitian sengaja disamarkan, hal ini dilakukan untuk menjaga kerahasiaan subyek. Table 4.1 Data Subyek Data Subyek Subyek 1 Subyek 2 Nama Usia Pendidikan terakhir Pekerjaan Tempattgl lahir Terinfeksi HIV sejak: IN 24 SMU Suplier sayur 13 juni 1983 November 2005 TN 23 SMU Mahasiswa 15 Mei 1984 Oktober 2005 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Pelaksanaan dan Perolehan Data Pada bagian ini disajikan data-data yang diperoleh dari wawancara. Untuk mempermudah dalam menganalisis data, maka data yang disajikan ini sesuai dengan materi atau pokok permasalahan yang hendak dibahas. Subyek 1 IN Wawancara pokok terhadap subyek dilakukan dua kali dan bertempat di rumah subyek serta di salah satu tempat nongkrong yang digemari subyek. Wawancara dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 3 Juli 2007 dan hari sabtu, 7 juli 2007. Selama proses wawancara berlangsung, peneliti juga melakukan observasi terhadap subyek untuk melihat perilaku-perilaku subyek yang tidak teramati dalam wawancara dan mendengarkan cerita subyek yang berkaitan dengan hal- hal yang akan diungkap. Berikut hasil wawancara berdasarkan pedoman wawancara umum :

a. Latar Belakang Subyek 1 IN

Subyek adalah seorang supplier sayuran di beberapa tempat perbelanjaan di Yogyakarta. Setiap harinya, subyek bekerja dari pukul lima pagi sampai siang hari untuk menyetor berbagai sayuran, kemudian di malam harinya subyek kembali bekerja di pasar untuk membeli sayuran yang diorder dari tampat perbelanjaan tersebut. Hal ini semata-mata dilakukan hanya untuk mencukupi kebutuhan subyek dan keluarganya. Subyek menikah di PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI usia yang relatif masih muda, hal itu disebabkan oleh kehamilan pacar subyek atas tindakan mereka melakukan hubungan seks sebelum menikah. Pertama kali subyek mengira bahwa dirinya mempunyai kemungkinan terinfeksi HIVAIDS adalah saat BU saudara ipar subyek terdeteksi HIV positif atas penyakit yang sudah dideritanya selama dua bulan lamanya. Baru setelah BU meninggal, subyek memerlukan waktu tiga bulan untuk memutuskan melakukan tes darah untuk mengetahui apakah subyek juga mempunyai kemungkinan yang sama dengan BU. Lamanya waktu subyek memutuskan untuk melakukan tes darah dikarenakan subyek takut untuk menghadapi kenyataan tentang penyakit mematikan tersebut. Namun demikian karena adanya dorongan yang kuat dari diri subyek, maka subyek memberanikan diri untuk melakukan tes darah. Subyek sempat kaget dan depresi ketika hasil tes darahnya tahun 2005 dinyatakan positif mengandung antibody HIV. Pada awalnya subyek tidak mengira akan terinfeksi HIV karena selama subyek mengkomsumsi narkoba, subyek sangat selektif memilih rekan untuk bergantian alat suntik. Subyek selalu berhati- hati dalam menggunakan alat suntik yang dipakainya, akan tetapi apabila subyek teringat kembali dengan peristiwa yang menimpa BU, subyek akhirnya bisa menerima keadaannya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Subyek memberanikan diri untuk memberitahu kondisinya kepada istrinya. Meskipun pada awalnya istrinya sempat kaget mendengarnya, namun istrinya kembali memberi dukungan kepada subyek. Subyek juga mempunyai prioritas unt uk mementingkan kelangsungan hidupnya dan keluarga subyek, dengan begitu sekarang menghabiskan waktunya dengan bekerja, mengurus anak dan keluarganya serta membangun kepercayaan dirinya lagi dengan berkumpul bersama teman-teman dari LSMnya. Di dalam keluarganya, subyek termasuk anak yang patuh terhadap orangtuanya khususnya ibu, karena ayah subyek sudah meninggal sejak subyek masih duduk di bangku TK. Dalam relasi di keluarganya pun subyek dikenal sebagai anak yang tidak pernah berperilaku negatif. Dalam pergaulannya dengan lingkungan sekitar tempat tinggal, subyek mengaku tidak terlalu dekat. Hal itu dikarenakan subyek bekerja menjadi supplier sejak subyek duduk di bangku SMU dan tinggal bersama saudara iparnya. Pertama kali subyek mengenal narkoba adalah saat saudara ipar subyek BU menjadi bandar narkoba di lingkungan tempat tinggalnya. Saat itu subyek belum termotivasi untuk mencoba mengedar narkoba sampai suatu saat subyek terjepit oleh beban biaya yang ditanggung keluarganya. Subyek adalah bungsu dari lima bersaudara, dan ibunya sangat membanting tulang agar dapat menghidupi seluruh anggota keluarganya. Faktor itulah yang membuat subyek mulai tergerak untuk menjadi pengedar narkoba. Selain itu, subyek mempunyai harapan agar bisa berdiri dengan kakinya sendiri dengan hasil yang didapatnya dari mengedar narkoba dan bekerja sebagai supplier. Pada awalnya, subyek merasa tidak tertarik untuk ikut mengkomsumsi narkoba yang diedarkan tersebut, namun karena bujukan dari saudara iparnya dan subyek tidak mau dianggap sok alim oleh teman-temannya. Di samping mudah didapat, narkoba yang tersisa dari hasil penjualan seringkali dibagikan pada pemuda di tempat tinggalnya. Selain masih aktif bersekolah, subyek juga aktif mengedarkan narkoba bersama saudara iparnya tersebut sehingga pendapatan dari hasil pengedaran obat tersebut dapat mencukupi kebutuhan sehari- hari subyek. Narkoba membuat subyek mengalami banyak perubahan di dalam aspek kehidupannya. Subyek mengakui bahwa ada perubahan pada dirinya sejak mengkomsumsi obat-obatan seperti adanya perubahan pada kepercayaan dirinya, subyek juga menjadi orang yang mudah bergaul. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Menginjak kelas tiga subyek mengalami kesulitan ekonomi dan suplai obat yang digunakannya untuk diedarkan dan dikomsumsinya sendiri lantaran saudara ipar subyek tertangkap polisi dan terbukti sedang membawa ganja. Dengan demikian subyek tidak bisa lagi mengkomsumsi obat-obatan. Tidak mudah bagi subyek untuk melakukan penyesuaian kembali untuk berhenti mengkomsumsi narkoba. Subyek mengalami kesulitan untuk menghilangkan kecanduannya terhadap narkoba dan hal itu membuat subyek sempat menjalani terapi untuk menghilangkan kecanduannya terhadap obat. Semenjak BU saudara ipar menjalani masa hukuman di LP Wirogunan, subyek tidak mempunyai kegiatan lain selain menyelesaikan sekolah dan bekerja sebagai supplier. Pergaulan subyek juga terbatas hanya pada orang-orang di lingkungan sekitar tempat tinggalnya saja. Selang 1 tahun setelah BU saudara ipar subyek bebas dari tuntutan penjara, subyek tidak lagi mengedar maupun mengkomsumsi narkoba lantaran subyek dan BU telah berkomitmen untuk berubah dan menjalani kehidupan yang baru. Selain itu subyek juga berambisi untuk membangun keluarga dengan kekasihnya saat itu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Setelah subyek mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi HIV, kegiatan subyek menjadi berkurang. Subyek memprioritaskan pekerjaan dan keluarganya ketimbang main- main seperti saat subyek masih lajang dan sehat.

b. Stressor atau Dampak yang dialami subyek.

Stressor yang dialami subyek terkait dengan perubahan dalam aspek-aspek kehidupannya maupun relasinya. Saat subyek mulai dinyatakan mengidap HIVAIDS, subyek langsung mengalami kemerosotan fisik dan mental, Aishah, jurnal psikologi 16:75. Secara langsung HIV berdampak pada masalah kesehatan. Dalam hal ini subyek merasakan perubahan pada kesehatannya. Terutama saat subyek terlalu lelah dengan pekerjaannya atau sedang banyak pikiran, subyek langsung jatuh sakit. Hal ini dapat ditunjukkan melalui pernyataan, Kalau fisik kayaknya tidak ya, dari dulu kurus terus mbak.. Tapi pas aku tahu kalau aku kena HIV, ngga tahu kenapa sekarang kalau tiap sakit pasti mikirnya gara-gara HIVnya..dulu aku jarang sakit lho mbak, tapi sekarang kalau capek sedikit pasti langsung sakit. Apalagi kalau lagi banyak pikiran..pasti langsung ngedropW1.S1. 255 Pernyataan lainnya, o..iya..ya itu mbak…kalau fisik sih enggak ya, tapi seperti aku bilang kemaren aku jadi gampang sakit ajaW2.S1. 7 Subyek juga merasa terbebani dengan kondisi dimana subyek selalu merepotkan orangtuanya untuk membiayai subyek berobat ke dokter, hal itu disebabkan penghasilan subyek selama ini selalu habis untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Seperti yang diungkapkannya, . .repot juga kan mbak kalau sering sakit trus mamah juga yang biasa keluar uang..nggak enak dong..W1.S1. 263 Reaksi keluarga ternyata cukup menjadi hal yang menekan subyek. Subyek mendapatkan perubahan sikap dari istrinya yang ditunjukkan saat mengetahui bahwa subyek terinfeksi HIV. Hal ini dapat dilihat melalui pernyataan, Kaget lah mbak..berapa hari sejak dia ngerti, dia jadi agak pendiam..mungkin mikir ya..tapi habis itu dia biasa-biasa lagi, seperti nggak terjadi apa-apa, dia juga lantas nggak mbeda-mbedain atau bersikap aneh.W1.S1. 235 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa stressor atau dampak yang dialami subyek 1 terkait dengan adanya perubahan kesehatan yang ditandai dengan penurunan kekebalan tubuh khususnya apabila subyek sedang mengalami masalah sehingga subyek kerap kali terserang penyakit yangmana keadaan itu membuat keuangan subyek habis untuk biaya pengobatan dan kerap kali merepotkan ibunya untuk membiayai pengobatannya. Hal itu dikarenakan kondisi keuangan subyek habis dipergunakan untuk biaya pemenuhan kebutuhan keluarganya. Subyek juga sempat mengalami reaksi penolakan yang dilakukan istrinya saat mengetahui bahwa subyek terinfeksi HIV.

c. Reaksi Terhadap Sumber Stres

Subyek sempat kaget dan merasa takut ketika subyek dinyatakan reaktif HIV oleh dokter. Kondisi subyek membuatnya tidak tahu bagaimana harus memberitahukan keluarganya khususnya istrinya mengenai kondisi subyek yang sebenarnya. Subyek lebih tertekan lagi apabila ibunya sampai tahu kalau ia terinfeksi HIV. Hal ini ditunjukkan oleh ceritanya , Sebenarnya aku nggak kuat setelah dengar hasil pemeriksaan yang dokter sampaikan.. Yang jelas aku syock lah mbak..kayak gimana sih mbak rasanya kalau divonis punyai penyakit yang mematikan.. aku langsung kepikiran mamah sama anak istriku..gimana nasibku nanti kalau aku juga kena? W1.S1.207 Pernyataan lainnya, …..malem aku nggak bisa tidur..takut bayangannya BU.. W2.S1. 139. udah gitu aku terus-terusan inget pas BU sakit kemaren itu, jadi takut sendiri kalau inget dia sakit sampai segitunya.W2.S1. 126. Perubahan sikap subyek setelah mengetahui penyakitnya dirasakan juga oleh istrinya. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan istrinya saat dia mengetahui bahwa subyek telah terinfeksi HIVAIDS. Hal ini dapat dilihat melalui pernyataan, Agak aneh..WSO1. S1. 15..dia diam saja, terus aku tanya juga dia malah mau nangis, aneh kok. Tak kirain dia lagi ada masalah di kerjaane ya udah tak diemin dulu. E, malah malam-malam dia pulang mabuk ya sudah kalau dia bikin masalah kayak gitu akhirnya malah ribut. Nggak ngerti terus dia bilang kalau dia ketularan BU gitu WSO1. S1. 19. Subyek berpikir Tuhan bertindak tidak adil terhadap hidupnya sehingga subyek harus merasa kecil dan takut dikucilkan oleh keluarga dan lingkungannya andai mereka tahu dengan penyakit yang dideritanya. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan, Kalau dulu pasti mikirnya kenapa sih Tuhan nggak adil? Kenapa nggak orang lain aja yang posisinya kayak gini.. Apalagi kalau lagi kumpul ma keluarga atau temen..adalah perasaan berbeda, kadang ada perasaan takut dikucilkan kalau saja ada yang tahu..pokoknya serba nggak enak lah..W1.S1. 269 Subyek kadang merasa menyesal telah melakukan tes VCT karena subyek merasa bersalah terhadap ibunya, selain itu subyek tidak bisa lagi hidup normal seperti sebelum subyek melakukan tes tersebut. situasi tersebut menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dengan status yang disandangnya, yakni sebagai ODHA Orang Dengan HIVAIDS. Hal ini ditunjukkan dari ungkapannya, Kalau sekarang mau menyesal sudah ngga ada gunanya..tapi aku jadi ngrasa bersalah aja ma mamahku.. kalau udah gitu kadang aku mikir mendingan kemaren nggak tes aja ya.. W1.S1. 219 Pernyataan lainnya, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Ya mungkin kalau aku tetep nggak tahu kalau aku kena HIV, mungkin aku bisa hidup normal..kayak dulu, jadi tetep kayak biasanya aja..nggak terlalu kepikiran dengan penyakit ini..W1.S1. 223 Sehingga dalam relasinya, subyek merasa iri terhadap orang lain yang menurutnya sehat dan merasa minder bila bertemu dengan orang lain. Hal ini dapat ditunjukkan melalui pernyataan, Kadang pas aku keluar juga atau lagi jalan sering apa ya..kayak merasa iri aja kenapa aku nggak bisa kayak mereka..sehat..nggak sakit apa- apa..nggak punya beban apa-apa..normallah pokoknya.W2.S1. 8 Pernyataan lainnya, Enggak ya kalau orang yang tahu terus menghindar..tapi aku yang malah jaga jarak W2.S1. 159.kalau masalah enggak tapi kebanyakan ya dari aku sendiri, apalagi kalau dekat sama orang nanti aku sendiri yang akhirnya mikir yang macem-macem, gek -gek do ngrasani aku yo? padahal kan do ra ngerti nek aku ki asline keno.. .W2.S1. 161 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan reaksi awal yang ditunjukkan subyek saat subyek menerima hasil tes VCT ditandai dengan perasaan kaget dan takut terhadap hasil yang diterimanya sehingga subyek merasa Tuhan menempatkannya dalam posisi yang tidak adil terhadap subyek, hal ini didukung dengan adanya perasaan tidak nyaman akibat statusnya sebagai ODHA. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dalam relasi dengan keluarga, subyek mempunyai perasaan bersalahnya terhadap ibu dan keluarganya. Subyek juga mempunyai ketakutan apabila orang lain mengetahui kondisi subyek sebenarnya dan menaruh prasangka terhadap subyek. Dalam hal ini subyek juga merasa iri terhadap kondisi orang lain yang terlihat sehat.

d. Strategi Coping stres yang digunakan subyek

Pada subyek 1, untuk mengatasi stres saat pertama kali subyek menerima hasil dari tes darahnya, subyek cenderung melakukan strategi coping dalam beberapa cara, yaitu melakukan Emotion Focused Problem Behavioral Disangagement sebagai bentuk pelarian subyek dari masalah dengan cara menghabiskan sebagian waktunya untuk mabuk bersama teman sekerjanya. Dalam hal ini subyek takut berhadapan dengan keluarganya. Hal ini dapat ditunjukkan melalui pernyataan, …..aku langsung toying sama anak pasar..aku dah mentok bingungnya, mau ngapain sama diapain ni kepala sambil meremas rambut. Disamping aku ngerasa amit-amit sama nasibnya BU, aku takut ngadepin keluargaku nanti .W2.S1. 146 Pernyataan lainnya, Ada..minum ma anak-anak pasar…kalau enggak ya bareng temen LSM..si heri itu. Tapi ngga sampai mabuk banget koq.. .W2.S1. 80 Pernyataan subyek di atas juga dilihat istrinya saat subyek melakukan strategi coping untuk mengurangi tekanan yang diakibatkan oleh status ODHA yang disandangnya. Hal ini dapat ditunjukkan melalui pernyataan, Sekarang ngga pernah pulang rumah sini. Kalau kakaknya tak tanyain mesti jawabane bar mabuk ro Moko.gitu..ya udah to, dibiarkan saja, paling lagi ada masalahWS01. S1. 28 Subyek melakukan coping Seeking social for emotional reason dengan mengikuti kegiatan-kegiatan di LSM, yang dijadikan salah satu usahanya untuk merealisasikan kenyataan yang diterimanya sebagai ODHA. Hal itu dilakukan dengan berkumpul bersama dengan teman – teman di LSM. Upaya tersebut dilakukan untuk men-share-kan pengalaman mereka sebagai ODHA dan usaha mereka untuk menerima keadaan mereka sekarang ini. Hal ini dapat ditunjukkan melalui pernyataan, Ya kumpul-kumpul bareng, curhat ma anak-anak, ikut event ma penyuluhan di daerah-daerah pelosok..semuanya biar kita nggak stres aja koq..dan yang penting itu bagaimana kita belajar menerima kenyataan yang ada..itu aja.W2.S1.46 Pernyataan lainnya, Kalau enggak ya..kumpul aja ma temen-temen Kembang, kalau nggak curhat biasanya kan ada yang ceritanya lebih berat dari aku, dari situ aku bisa belajar nyantai.. .W2.S1. 82 Tindakan tersebut didukung oleh kegiatan subyek saat berkumpul dengan orang – orang LSM agar bisa membantunya untuk menambah semangat hidupnya. Hal ini dapat ditunjukkan melalui pernyataan, Untungnya ada temen-temen yang senasib denganku, kalau udah kumpul sama mereka kan rasanya enak..kalau enggak ya cukup lihat vinsa aja..cuma dia kog yang buat aku semangat pengen sembuh..sembuh dari hongkong?...yaa paling enggak aku punya semangat hiduplah. .W2.S1. 171 Pernyataan lainnya, o.. kalau itu ya wajar kan kalau kita pengen dukungan dari orang yang senasib kayak aku, kadang kalau aku lagi denger atau curhat sama temenku yang ceritanya lebih berat, bukannya tambah ngeri tapi aku jadi makin kuat aja, .W2.S1. 185 Untuk mengatasi permasalahan yang timbul, subyek sendiri memilih untuk melakukan coping Turning to Religion dengan pasrah kepada Tuhan atas apa yang telah dialami subyek. Upaya tersebut dilakukannya karena subyek merasa hidupnya tinggal sebentar lagi. Hal ini dapat ditunjukkan melalui pernyataan, Aku pasrah aja koq mbak..lha mau dibuat gimana lagi, semua orang pada dasarnya akan mati, cuma kapan ma caranya yang beda-beda kan?W1.S1. 247 Kalau sekarang aku lebih banyak berdoa..pasrah sama yang gawe urip . .W2.S1. 168 Pernyataan lainnya: Kenapa ya… tau-tau gitue mbak… biasanya kalau orang lagi susah baru inget sama Tuhan kan? Ya aku juga kay gitu..pas aku tahu kalau jatah hidupku nggak panjang otomatis aku pengen deket Tuhan aja, takut nggak masuk sorga..he..he.W2.S1. 179 Subyek juga melakukan coping mental Disengagement yang merupakan usaha subyek untuk mengalihkan perhatian dengan cara melakukan aktivitas seperti nonton TV. Hal ini dapat ditunjukkan melalui pernyataan, tapi kalau aku lagi pengen nggak diganggu ya paling cuma nonton TV tempat mamah..pokoknya asal ada TV ntar pasti ilang sendiri….W2.S1. 175 Pernyataan subyek di atas dapat dilihat istrinya saat subyek mengambil tindakan menyendiri ketika subyek ingin memiliki waktunya sendiri untuk menyelesaikan masalahnya. Hal ini dapat ditunjukkan melalui pernyataan, Dia kalau sudah gitu pasti lagi di rumah mamahe, main PS atau nonton apalah, aku yo masa harus nyusul tiap hari kan ngga pantesWSO1. S1. 40. Untuk mengatasi ketakutan tersebut, subyek melakukan Problem Focused Coping Seeking social support for instrumental reasons dengan mencari dukungan dan saran dari teman sekerjanya yang sekaligus menjadi koselor visited di LSM kembang. Dari temannya juga subyek mendapat informasi tentang LSM Kembang. Hal ini dapat ditunjukkan melalui pernyataan, Aku juga nelpon Heri buat minta solusinya, kebetulan dia saat itu nyambi juga di Kembang trus ngajak aku maen ke LSMnya sekalian dikasih buku pasien berdaya judulnya, ya itu.. aku cari saran dari anak- anak yang udah lama di sana trus baca-baca tentang AIDS. Sekarang lumayanlah.. .W2.S1. 149 Pernyataan lainnya Yang pasti aku jadi lebih ngerti apa itu AIDS yang pertama..lalu, lama- lama aku jadi lebih bisa nerima keadaanku sekarang ini, apalagi kalau lagi kumpul ma anak-anak Kembang LSM trus cerita tentang pengalaman mereka itu aku jadi lebih bisa bersyukur atas keadaanku ini. Ada juga yang kisahnya lebih ngenes dari aku lho…kalau udah gitu kita kan bisa mbantu yang lainnya juga..biasanya kalau yang pertama datang mukanya muka orang ngga ada harapan..haha..aku dulu mungkin kaya k gitu juga ya.. .W2.S1. 35 Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan strategi Coping yang dipakai subyek meliputi; yang pertama secara Emotion Focused Problem yang meliputi behavioral disengagemen t atau pelepasan secara perilaku yang dapat ditunjukkan adanya perilaku mabuk pada subyek saat mengetahui bahwa dirinya terinfeksi HIVAIDS. Subyek juga melakukan coping turning to Religion dengan bersikap pasrah kepada Tuhan atas apa yang telah menimpanya. Selain dua hal di atas, subyek juga melakukan coping seeking social support for emotional reaso n atau biasa diartikan sebagai sikap mencari dukungan sosial untuk alasan emosional dengan berkumpul dengan orang-orang yang mempunyai pengalaman sama denga n subyek, terutama orang yang terinfeksi HIV sebagai usaha subyek untuk mencari dukungan moral, simpati dan pemahaman dari orang lain, sehingga usaha ini dapat menjadi kekuatan bagi subyek. Subyek juga menggunakan coping mental disengagement saat subyek menemukan masalah, subyek tidak ingin diganggu oleh orang lain. Hal itu dapat ditunjukkan saat subyek hanya ingin menonton TV tanpa ada yang mengganggunya. Subyek juga memakai Problem Focused Coping yang dapat ditunjukkan saat subyek berusaha untuk mencari dukungan sosial untuk alasan instrumental seperti mencari informasi tentang HIVAIDS dari LSM agar dapat digunakannya untuk mengetahui HIVAIDS lebih dalam lagi. Subjek 2 TN Wawancara pokok terhadap sub yek dilakukan dua kali dan bertempat di rumah subyek. Wawancara dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 12 Juli 2007 pukul Pk 16.20 – 18. 45 WIB. Wawancara kedua dilaksanakan pada hari minggu, tanggal 15 Oktober 2007, hal itu dilakukan peneliti guna memperdalam lagi informasi yang diperoleh dari subyek 2. Selama proses wawancara berlangsung, peneliti juga melakukan obervasi terhadap subjek untuk melihat perilaku-perilaku subjek yang tidak teramati dalam wawancara dan mendengarkan cerita subjek yang berkaitan dengan hal akan diungkap. Berikut hasil wawancara berdasarkan pedoman wawancara umum :

a. Latar Belakang Subyek 2 TN

Subyek adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari keluarga yang harmonis. Saat ini subyek masih duduk di bangku perkuliahan di salah satu universitas swasta Yogyakarta. Sejarah subyek terinfeksi HIV bermula dari perkenalannya dengan pacar subyek BU. Subyek lebih banyak menghabiskan waktunya dengan pacarnya. Aktivitas yang dilakukan subyek bersama pacarnya antara lain, mengunjungi objek wisata, mengikuti acara keluarga, dan mengikuti pacar subyek bekerja sebagai supplier. Kedekatan yang terjalin membuat subyek dan pacarnya melakukan hubungan intim sebelum mereka mempunyai ikatan. Subyek merasa yakin dengan hubungannya karena selama menjalin hubungan, pacar subyek menunjukkan kebaikannya. Subyek juga mengakui bahwa bahwa masa lalu pacarnya sebagai resedivis dan mantan pemakai narkoba tidak membuat niatnya untuk berhubungan menjadi masalah. Saat pacar subyek mulai sakit, subyek tidak pernah menyangka kalau sebenarnya pacarnya menderita HIVAIDS. Sampai suatu kali pacarnya dilarikan ke rumah sakit terdekat karena kondisinya sudah parah, barulah subyek me ngetahui diagnosa dari dokter mengatakan bahwa pacar subyek terinfeksi HIV dari jarum suntik yang pernah dia pakai semasa pacar subyek manjadi bandar narkoba. Bersamaan saat pacar subyek menjalani rawat inap, subyek juga menjalani tes VCT atas permintaan dokter yang merawat pacar subyek untuk mengetahui apakah subyek mempunyai kemungkinan terinfeksi HIV, tes pertama dilakukan pada bulan juli, hasil yang didapat menunjukkan negatif. Selang dua bulan setelah pacar subyek meninggal, subyek memastikan lagi dan menjalani tes yang kedua dengan pertimbangan subyek masih dalam masa jendela. Hasil tes pada bulan oktober menunjukkan bahwa subyek juga terinfeksi HIV. Di dalam keluarga, subyek termasuk anak yang dibebaskan orangtuanya untuk melakukan apa yang dikehendakinya, namun hal itu harus disertai dengan tanggungjawab. Subyek paling dekat dengan ibunya karena dari kecil subyek merasa kebutuhannya selalu dipenuhi. Hal itu terlihat saat subyek selalu curhat pada ibunya. Berbeda dengan relasi subyek dengan ayahnya, subyek merasa tidak begitu akrab dengan ayahnya dan mengakui bahwa kedekatannya dengan ayahnya hanya sebatas saat subyek meminta uang saku saja. Subyek dapat dikatakan sebagai orang yang mau menjalin hubungan pertemanan dengan siapa saja. Subyek tidak membeda- bedakan dengan siapa dia akan berteman, tetapi subyek tetap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berhati- hati dengan lawan mainnya khususnya lelaki. Relasi subyek juga tampak dari kegemarannya melakukan aktifitas bersama teman kampusnya daripada teman di kampungnya. Saat subyek baru mengenal pacarnya, subyek lebih banyak menghabiskan waktu bersama pacarnya. Kedekatan subyek dengan keluarga pacarnya membuat keseharian subyek makin padat. Subyek sering mengikuti acara keluarga dan bersama pacar mengelola usaha supplier yang selama ini dijalankan pacar subyek. Selang berapa waktu rutinitas subyek dan pacarnya berubah setelah pacar subyek mulai bekerja di Surabaya, karena intensitas mereka bertemu menjadi jarang. Saat itu subyek melakukan rutinitas kuliah dan berkumpul dengan teman dan keluarga saja. Sampai saat pacar subyek mulai sakit dan memutuskan untuk kembali ke Yogyakarta, subyek menemani dan merawat pacarnya karena orangtua pacar subyek sibuk bekerja. Selain kuliah, subyek menghabiskan waktunya untuk memberi dukunga n pada pacarnya sampai pacar subyek meninggal. Setelah adanya status ODHA, subyek mengakui tidak adanya semangat untuk hidup, subyek menghabiskan waktunya hanya di rumah saja. Sampai suatu kali IN teman subyek mengajaknya ke salah satu LSM di dekat tempat tinggalnya, subyek diajak untuk mencari informasi dan brosur tentang HIVAIDS. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Stressor atau Dampak yang dialami subyek.

Subyek mengalami tekanan yang disebabkan oleh beberapa hal, dimana aspek-aspek kehidupannya banyak yang berubah akibat status yang disandang subyek sebagai ODHA. Pada subyek, perubahan yang terjadi meliputi penurunan kesehatan yang mana subyek tidak boleh terlalu dibebani oleh pikiran yang dapat menekan kekebalan tubuh. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya, Kalau dulu aku sering sakitnya nggak tahu gara-gara kepikiran mas BU atau gara-gara HIVnya aku nggak ngerti tapi sekarang nggak boleh stres soalnya kalau aku dah stres pasti gampang sakit. Apalagi kalau deketan sama orang sakit pasti ketularan. Sugesti kali ya…W1. S2.261 Pernyataan lainnya, Pernah dulu tapi nggak serius banget, demam berapa hari ya..2 minggu ada kok.. W1. S2.267 Pada awalnya subyek tidak merasa bahwa HIV merupakan ancaman bagi subyek, namun karena subyek merahasiakan kondisinya dari orangtuanya membuat subyek semakin terbebani. Dimana seorang ODHA sebaiknya mendapat dukungan dari orang terdekatnya untuk membangun kembali rasa percaya dirinya, Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya, ..pertamanya emang susah ri..aku bingung harus cerita sama siapa?coba mas BU masih ada kan jadi nggak susah gini, rasanya kayak gimana ya..nyimpen rahasia dewe’an tapi ga iso nyeritakke..aku kayak nyimpen aibku ri, jadi aku aja yang ngerti..W1.S2.344 Pernyataan lainnya, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kalau ibukku jadi sedih gara-gara mikir penyakitku, mendingan aku nggak ngasih tahu, aku lebih stres kalau ibukku ngerti trus dia jadi sedih.W1. S2.277 Keputusan subyek untuk menyimpan rahasianya terhadap orangtuanya didasari oleh keadaan ibunya yang rentan terhadap permasalahan yang muncul karena memenuhi kebutuhan keluarganya, selain itu subyek tidak ingin merubah imej subyek sebagai anak sesuai gambaran ibunya. Hal ini ditunjukkan dari ungkapkannya, Ya ibukku kan sudah banyak pikiran kan..sudah kerja sendiri..bapakku cuma bisa marah-marah..nggak cari duit gimana caranya kek..masih mikir adikku yang lagi masuk kuliah..aku nggak mau nambah pikiran lagi..W1. S2.341 Ungkapan lainnya, ibu tahunya kan aku ini anaknya yang paling nggak mau macem- macemW1.S2.253 Subyek semakin merasa tertekan karena terus menutupi kenyataan bahwa subyek terinfeksi HIV terhadap ibunya dan merasa takut terhadap ayahnya apabila ayahnya sampai mengetahuinya. Hal ini ditunjukkan dari ungkapkannya, tapi kalau bapakku kemaren sempat bilang kalau BU meninggalnya gara-gara narkobanya..soalnya bapakku kan orang rumah sakit jadi ngertilah orang pakai narkoba. Aku takut je ri…W1. S2.254 Subyek mengalami tekanan yang disebabkan oleh perubahan yang dilakukan perawat rumah sakit yang menangani subyek saat subyek melakukan tes VCT. Perlakuan perawat yang mendiskriminasikan subyek membuat subyek merasa hal tersebut adalah awal dari penolakan yang akan dilakukan orang lain. Hal itu dapat dilihat dari ungkapannya, ….malah suster yang nyuntik aku yang nggak biasa, lha dia pakaiannya ngeri dari masker sampai kaos tangannya tebel banget. Mana darahku langsung disendirikan gitu, udah gitu tesnya kan dua kali, konselingnya juga dua kali. Marai sebel, yang bikin nggak enaknya kan itu tahulah aku mau periksa HIV, tapi mbo ya nggak kayak gitu..ini lagi tesnya, lha kalau orang pada tahu ternyata aku HIV gimana? W1.S2.177 Tekanan yang dirasakan subyek menjadi bertambah saat subyek mencoba mengikuti kegiatan di salah satu LSM yang direkomendasikan teman subyek, namun subyek mengurungkan niatnya karena ketika subyek bertemu dengan orang yang positif HIV, subyek mempunyai pandangan yang mengerikan tentang HIV. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya, ..aku ngeri pas wingi ketemu sama sapa ya namanya..umurnya 15 lho..tapi katanya dah nunggu matinya gitu to..mendingan di Lentera..aku nggak kenal banyak di Lentera, trus nggak ikutan kumpul..W1. S2.310 Pengalaman subyek saat di rumah sakit membuat keputusannya untuk menyembunyikan kondisinya yang sebenarnya terhadap ibunya semakin kuat. Hal itu dilakukannya karena subyek tidak ingin dikucilkan oleh masyarakat. Seperti yang diungkapkannya, Aku nggak mau bilang sama ibukku soalnya aku nggak pengen semuanya berubah..aku nggak pengen ada yang takut dekat-dekat aku, apalagi kasihan..aku nggak mau, anggap aja aku nggak kena apa-apa.. W1. S2.455 Ungkapan lainnya, gini ya, aku itu kenapa aku milih diam soal penyakitku ini soalnya aku pengen semua yang liat aku biasa aja..nggak takutlah, nggak kasianlah.. aku cuma pengen hidup normal aja meskipun aslinya aku punya HIV. Tu lho sar.. W1. S2.384 Subyek juga pernah mendapat perlakuan kasar dari istri IN teman subyek karena seringnya intensitas mereka bertemu. Status orang sebagai ODHA seringkali disertai gunjingan dari orang yang menganggap HIV sebagai momok yang mengerikan Menghadang Mentari pun Tak Peduli, 1997. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya, ..mbok berukke IN pernah ngata-ngatain aku sama IN wong penyakiten tapi ngapain nggagas…dia nggka nyadar kalau sama penyakiten.. W1. S2.318 Dengan keadaan lingkungan yang kurang memberi dukungan tersebut, subyek lantas tidak merasa iri dengan orang disekitar subyek. Sekarang subyek justru merasa dikuatkan dengan adanya keyakinan bahwa subyek secepatnya akan bertemu lagi dengan pacar subyek. Dulu..tapi sekarang biasa aja..gimana ya..satu yang bikin aku kuat sampai sekarang ini ya mas BU itu..dulu aku mikir kenapa satu-satunya kebahagiaanku diambil Tuhan..jadi kalau sekarang aku harus iri dengan orang lain kenapa?Toh kalau aku besok matinya gara-gara penyakit ini, aku nanti bisa ketemu mas BU lagi kok.. W1. S2.396 Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan stressor dan dampak yang dialami subyek terkait dari perubahan status subyek menjadi ODHA dari hasil hubungan intim dengan pacar subyek. Selain ditinggal pacarnya meninggal, subyek juga mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi HIV. Subyek mengalami perubahan dalam aspek kesehatan maupun relasinya. Hal itu dapat ditunjukkan saat kesehatan subyek menjadi menurun ketika subyek banyak pikiran. Subyek juga mempunyai ketakutan bila orang tuanya mengetahui kondisi sebenarnya pada subyek, karena subyek merasa bersalah terhadap ibunya sehingga subyek bermaksud untuk merahasiakan kondisi subyek dengan pertimbangan tidak mau membuat ibunya stres memikirkan subyek. Subyek juga mendapat perlakuan yang mendiskriminasikan keadaannya dari perawat yang membantu subyek dalam melakukan tes VCT dan perlakuan kasar dari istri teman sesama ODHA sehingga membuat subyek merasa tidak nyaman dengan statusnya. Ketidaknyamanan subyek atas status sebagai ODHA sangat dirasakan karena subyek menyimpan bebannya sendiri selain itu dikarenakan subyek tidak ingin dikucilkan dan ditakuti oleh masyarakat dan keluarganya sendiri.

c. Reaksi Terhadap Sumber Stres

Hasil yang diterima subyek membuahkan berbagai reaksi. Dan reaksi yang tampak pada subyek salah satunya adalah menangis, hal itu dilakukannya karena subyek merasa takut untuk menghadapi penyakitnya sendirian dan perasaan bersalahnya kepada ibunya. Seperti yang diungkapkannya, Pas itu aku nangis tapi nangisnya bukan gara-gara aku kena juga…tapi aku kasian sama ibukku..W1. S1.200 Ungkapan lainnya; PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ..pengen nangis soalnya aku mikir kalau aku sakit parah nggak ada yang nemenin aku.. W1. S2.218 Saat menerima hasil dari dokter tentang hasil tes darahnya, subyek merasa marah kepada pacarnya, dan perasaan tersebut dijadikannya sebagai penerimaan atas konsekuensi dari perbuatan subyek dan pacarnya karena aktif melakukan hubungan intim saat pacar subyek sudah masuk tahap AIDS sekalipun. Hal ini ditunjukkan dari ungkapkannya, Mau marah tapi ngga bisa, stres juga engga masalahnya waktu itu aku pengen nyusul BU, jadinya aku mikir malah ngga papa kalau aku punya sakit yang sama, jadi bisa cepet sama-sama lagi subyek terdiam…W1. S2.153 Ungkapan lainnya; Piye ya, soalnya aku udah stres ditinggal mas BU, jadi pas aku ngerti kalau hasilnya ternyata positif, aku malah gak mikir soalnya aku bisa cepet nyusul dia aneh to? meski kemaren aku sempat lihat gimana susahnya ngambil napas, susah maem, batuk-batuk terus. Ngeri sih, tapi aku lebih seneng kalo bisa sama-sama dia lagi. W1. S2.190 Akibat dari berbagai perubahan yang diakibatkan oleh status subyek sebagai ODHA, subyek merasa tidak bergairah untuk hidup. Akibat perasaan tersebut, umumnya orang dengan HIVAIDS mempunyai resiko tinggi untuk bunuh diri. Keputusan yang diambil subyek untuk mengakhiri hidupnya didasarkan pada kebingungan terhadap kematian pacarnya dan penyakit yang ada di tubuh subyek. Seperti yang diungkapkannya, Ya sekarang bayangkan saja, kalau ditinggal mati pacarnya tuh rasanya kayak apa sih, belum aku kena HIV dari dia..mungkin kamu nggak ngerti ri..aku pengen nggak percaya sama semuanya pas itu, ya mas BU, ya penyakitku..rasanya cuma pengen mati. W1. S2.452 Ungkapan lainnya, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dulu aku setahun minum ekstra joss rutin 3 kali sehari..ngga tahu kenapa. Pertama minum biasa- biasa aja, trus ketagihan. tapi dulu kesannya aku pengen cari penyakit biar cepet mati..aku bingung kudu ngapa lagi. Kalau udah HIV kan mau nggak mau kan jadi ringkih,jadi cepet sakit to? Daripada nanti ngrepoti orang? Mendingan mati cepet- cepet.. W1. S2.440 Reaksi tersebut juga dilihat saudara subyek saat subyek mencoba untuk mengkomsumsi minuman suplemen secara berlebihan. Seperti yang diungkapkannya, Memang kemarin dia sempat minum ekstra jos tiga-empat kali sehari..malah sudah pernah kepergok sama bapak tapi tetep saja seperti itu. Awalnya nggak papa soalnya dia pernah ngeluh sering lemes katanya, tapi makin hari malah semakin menjadi..ibu juga sempat khawatir kan soalnya dia baru ditinggal pacarnyaWSO2.S4.57. Subyek juga merasakan bahwa relasinya terhadap orang lain menjadi terganggu, hal itu dapat dilihat saat subyek takut untuk menjalin relasi dengan orang lain karena subyek tidak ingin orang lain ikut tertular dan subyek mempunyai ketakutan untuk membangun sebuah keluarga. Hal itu dapat dilihat dari ungkapannya, Enggak..aku gimana ya, kalau temenan nggak papa ya, tapi nanti kalau udah jadi deket banget apalagi kalu dia sampai nembak aku langsung mundur teratur..kayak udah dipasang tombol otomatis buat gitu. Aku masih sayang mas BUe..trus nanti kalau aku misalnya ndilalah ada rasa juga, nanti ke depannya mikirnya panjaaaang banget. Aku kasian kalau nanti suamiku ikut kena juga..trus anakku gimana? Ya kalau ngga kena..kalo kena? Trus trus yang lain masih ada.. W1. S2.227 Pernyataan lainnya, tapi sekarang pas udah ada cowo yang deket malah jadi kepikiran..trus jadi nggak enak kalau deket ma orang lain..takut kalau mereka nanti ketularan. Pernah kemaren cowok yang deket tanya kan BU meninggalnya sakit apa sih? Aku njawabnya sakit kanker paru- paru…ya betul to? AIDS kan nyerang paru-paru?..aku nggak berani bilang kalau dia meninggal gara-gara AIDS, sama aja cari mati …W1. S2.207 Reaksi yang dialami subyek dapat dilihat dari perubahan perilaku subyek terhadap lawan jenis saat subyek memberi penolakan pada lawan jenis yang mencoba menjalin relasi dengan subyek. Hal tersebut diungkapkan oleh teman subyek yang juga sesama ODHA. Hal itu dapat dilihat dari ungkapannya, Aku ngga begitu ngerti ya, tapi kalau setelah BU nggak ada itu dia emang agak gimana ma cowok. Ada kok yang kemaren sempat deket tapi ya itu, dia mungkin ilfil aja atau ngga cocokWS02. S3. 21. Pengalaman subyek saat melihat secara langsung bagaimana virus HIV mulai menggerogoti pacar subyek hingga meninggal membuat subyek takut bayangan kematian sehingga subyek merasa adanya ketidakpastian tentang bagaimana masa depannya nanti. Hal itu dapat dilihat dari ungkapannya, Kepikiran mas BU..kepikiran kalau nanti akhirnya ibukku tahu jadinya gimana..aku kasihan juga sama ibukku, mungkin ibuk pikir aku ini anaknya yang nggak bisa macem-macem ya, tapi kalo ibu tahu aslinya aku gimana..Kalau dulu kan aku lebih sering kepikiran mas BU..tapi sekarang aku takut kedepanku nantinya..apa bisa aku nyenengin hati ibukku, apa bisa nanti aku ketemu sama orang yang tahu keadaanku..sekarang aku jadi ngeri sendiri kalau aku mbayangin besok aku bakalan sakit kayak BU…duh ibukku mesti gelo ri.. W1. S 1. 422 Dari uraian di atas dapat disimpulkan reaksi awal pada subyek yang ditunjukkan subyek saat subyek menerima hasil tes VCT ditandai dengan kemarahan dan kesedihan yang ditunjukkan dengan tindakan menangis karena subyek merasa takut dengan bayangan penyakit HIV sehingga subyek mendapat ketidak pastian terhadap masa depannya nanti dan disertai dengan perasaan bersalahnya terhadap ibunya. Subyek merasa marah terhadap pacarnya karena telah menulari HIV terhadap subyek dan mengalami penurunan gairah untuk hidup sehingga subyek memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Subyek juga merasa kehilangan kepercayaan diri dan merasa tidak pantas untuk menjalin hubungan apabila ada yang ingin melakukan pendekatan dengan subyek, khususnya lelaki.

d. Strategi Coping stres yang digunakan subyek

Pada subyek 2, upaya-upaya yang digunakan untuk mengatasi stres saat pertama kali subyek menerima hasil dari tes darahnya, yaitu dengan melakukan Emotion Focused Coping Focusing on and venting emotions dengan mengunjungi makam pacarnya yang sudah meninggal dan menyalurkan perasaan marahnya terhadap pacarnya. Seperti yang diungkapkannya, Aku pulang dari rumah sakit langsung ke makam..b ilang sama dia kalau aku kena juga..tapi aku marah sama dia soalnya sudah ngasih aku penyakit yang ngeri gini..W1. S2. 221 Ketika seseorang diberitahukan bahwa hasil tes HIVnya positif, mereka dikonfrontasikan pada kenyataan bahwa mereka berhadapan dengan suatu terminal. Kenyataan ini memunculkan perasaan kaget, penyangkalan, tidak percaya dan rasa tak berpengharapan Aishah,2002. Saat subyek mendapat vonis tentang penyakitnya, subyek ingin menyangkal tentang penyakit yang dideritanya. Sehingga subyek memakai coping stress denial. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya, ..aku pengen nggak percaya sama semuanya pas itu, ya mas BU, ya penyakitku.. W1. S2. 454 Subyek juga seringkali menangis sendiri di makam pacar subyek untuk melepaskan perasaan tertekan atas ketakutannya tentang bayangan kematian dan status yang disandang subyek sebagai ODHA. Hal itu dapat dilihat dari ungkapannya, kadang aku nangis sendiri..ceritanya protes kali ya sama Tuhan..atau kalau enggak aku ke makamnya mas BU curhat kayak orang gila..lha ngomong sendiri..tapi sekarang dah jarang.. W1. S2. 435 Ungkapan lainnya, ..kadang ri..kalau lagi sendirian, kadang nangis dewe..takut ngadepin sendirian..aku wedi je ri.. W1. S2. 517 Kalau boleh jujur, aku sekarang takut sendiri kalau mbayangin aku bakalan kayak mas BU..aku belum siap mati je..tiap aku mikir kalau umurku nggak panjang jadi ngeri, mbo’o akhirnya ketemu mas BU tapi sumpah aku nggak bisaW1. S2. 527 Meskipun subyek seringkali merasa marah terhadap Tuhan. Namun subyek dapat melakukan coping Acceptance untuk menyikapi keadaan itu sebagai suatu kenyataan yang harus dihadapinya. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya, aku nerima kok,toh ini juga yang terbaik buat aku. Tuhan juga pasti kasih jalan kok.. W1. S2.434 Subyek juga melakukan coping seeking social support for emotional reason dengan mencari dukungan dari orang lain yang mempunyai pengalaman sama dengan melakukan konseling di LSM. Hal itu didukung dengan adanya usaha subyek untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mengatasi permasalahan yang timbul akibat sikap subyek yang menutup diri tentang kondisinya terhadap ibunya. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya, Konseling kemaren cuma bantu aku dikit kok..awalnya aku cuma minta pendapatnya tentang gimana baiknya aku harus ngomong sama ibukku atau enggak..trus yang kedua aku aku curhat ya yang sekitar-sekitar itu aja..ya mbantu-mbantu dikit lah..kadang kalau aku mikir bikin stres juga kalo harus ngadepin sendirian, makanya cari temen yang bisa diajakin kompromi masalah ini. W 1. S2. 412 Pernyataan lainnya, Pas konseling pertama kali aku masih bingung mau ngasih tahu keluargaku apa engga..tapi ternyata yang kasih saran orangnya kena juga kan, dia bilang kalau pas dia ngasih tahu keluarganya, mereka jadi beda trus malah ada yang takut dekat-dekat, aku jadi mikir juga kan kalau keluargaku nanti kayak gitu juga gimana?. Jadi mikir juga kan.. W1. S2.301 Pemikiran subyek tentang jatah hidup yang tidak lama lagi membuat subyek mempunyai keinginan untuk mencoba segala sesuatu yang belum pernah dicobanya, namun subyek masih mempunyai rasionalisasi tentang persepsi yang kurang baik apabila subyek melakukan tindakan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya, .. aku kalau mau nakal bisa aja lho, pengen nyoba yang belum pernah tak coba, tapi kalo ujung-ujungnya dikirain anak nakal mendingan nggak usah aja..soalnya aku ngga ngerti umurku sampai kapan kan? Tapi kasihan ibukku nanti..mendingan jadi orang biasa aja..biar jadi pertimbangan masuk sorga atau neraka..hiihh..jadi ngeri sendiri.. W1. S2.492 Subyek mengatasi perasaan itu dengan melakukan coping Turning to Religion dengan cara mengembangkan religiusitas, dimana subjek mengatasi perasaan tertekannya dengan berdoa dan minta ampun kepada Tuhan. Hal itu dapat dilihat dari ungkapannya, Aku berdoa aja ri..Tuhan pasti ada maksud nempatin aku di posisi kayak gini, W1. S2.433 Pernyataan lainnya, Aku kalau dah mentok paling ke Ganjuran salah satu tempat ibadah..doa disana..biasanya gitu.. W1. S2.483 Tindakan subyek untuk pergi ke tempat ibadah adalah salah satu upaya subyek untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan mencari ketenangan. Hal itu dapat dilihat dari ungkapannya, Ya karena aku lebih tenang aja kalau dah doa disana.. W1. S2.492 Ungkapan lainnya, Apa ya..ya kalau sekarang aku lebih deket sama Tuhan, mungkin aku lebih tenang aja kalau lagi ngedepin masalah atau apalah..aku mikir semua orang udah ndukung aku kok..orang aku juga ngga suka macem- macem, jadi mereka percaya aku..palagi ibu..aku pengen jadi anaknya ibu yang baik.. W1. S2. 503 Subyek juga mencari alternatif lain seperti melakukan coping Seeking social for emotional reason untuk mengurangi tekanan yang muncul akibat status ODHA yang disandangnya. Subyek mencari dukungan dari orang – orang yang mengetahui status subyek dan mencoba untuk menyikapi permasalahan yang kerap muncul. Hal itu dapat dilihat dari ungkapannya, Ya itu..padahal kalau bisa jalan sama IN ya malah lebih baik..lha sama- sama punya kan? W1. S2. 489 Ungkapan lainnya, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kalau nggak ya cerita sama mbakku atau bapak.. Bapaknya mas BU.. W1.S2.484 . Untuk mengurangi kemungkinan subyek mengalami tekanan akibat status ODHA yang disandangnya, subyek 2 juga melakukan Problem Focused Coping dengan mencari informasi lebih lanjut tentang HIVAIDS lewat buku yang dimiliki ayah subyek saat masih bekerja di rumah sakit. Hal ini dapat ditunjukkan dari pernyataannya, Ya dari bapak..dari brosur-brosur juga..belum kemaren liat sendiri orang yang kena HIV secara langsung…W1. S2.326 Iya..siaran langsung pula.. W1. S2. 230 Subyek banyak mendapat pengetahuan lebih dalam tentang HIV dan pengalaman orang yang terkena HIV dari internet. Hal ini dapat ditunjukkan dari pernyataannya, ..tapi yang paling ngeri pas aku sering liat internet banyak kasus dikucilkan sama orang lain, malah ada yang diasingkan sama keluarganya.. W1. S2. 477 Pernyataan subyek juga didukung oleh saudara subyek. Strategi coping yang digunakan subyek untuk mengutangi dampak stres yang ditimbulkan oleh status ODHA salah satunya didapatkan dari buku panduan yang digunakan pacar subyek semasa masih hidup. Hal ini dapat ditunjukkan dari pernyataannya, Pasien berdaya kan? Iya..kalau nggak salah bukunya tempat BU ya?WSO2.S4.33 Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan strategi coping yang dipakai subyek meliputi: yang pertama secara Emotion Focused Problem yang ditandai dengan usaha subyek untuk meluapkan emosi dengan mendatangi makam pacarnya setelah menerima hasil tes VCT. Perasaan tersebut disertai dengan perilaku menangis yang dilakukan subyek karena ketakutannya tentang bayangan kematian. Coping yang dilakukan subyek adalah Focusing on and Venting Emotions. Selain itu subyek menyangkal dan tidak percaya atas apa yang telah menimpanya, coping yang digunakan adalah Denial. Subyek juga menggunakan Acceptance sebagai adanya sikap untuk menerima kondisi subyek sebagai kenyataan yang harus dihadapinya. Subyek juga menggunakan Seeking Social Support for Emotional Reason saat subyek mencari dukungan dari orang yang mempunyai pengalaman yang sama dengan subyek dan mencari simpati dari orang-orang yang mengetahui statusnya. Saat subyek merasa tekanan yang dirasa sangat membebaninya, subyek pernah memutuskan untuk mencoba hal yang belum pernah dicobanya, namun subyek dapat mengatasi hal tersebut dengan mendekatkan dirinya kepada Tuhan atau biasa disebut Turning to Religion. Subyek juga memakai Problem Focused Coping yang dapat ditunjukkan melalui usaha subyek saat berusaha mencari informasi labih dalam lewat buku pegangan tentang HIV yang didapat dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ayahnya dan kasus HIV yang didapatnya dari pengalaman orang yang berstatus ODHA lewat internet. Coping tersebut biasa disebut seeking social support for instrumental reason. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93 Tabel III RINGKASAN GAMBARAN COPING STRES TERHADAP PENDERITA HIV AIDS DI YOGYAKARTA Subjek 1 IN Subjek 2 TN Persamaan Stressor atau dampak yang dialami subyek Reaksi awal yang dialami Kondisi Kesehatan Biaya pengobatan Sikap lingkungan terhadap status subyek sebagai ODHA Terhadap vonis HIV • Kesehatan subyek mulai turun. • Kekebalan tubuh rendah, menjadi rentan terhadap stres. • Sering merepotkan ibunya karena keuangan menipis akibat biaya pengobatan saat sakit dan kebutuhan keluarga. • Mendapatkan perubahan sikap dari istrinya . • Merasa kaget dan takut terhadap bayangan kematian • Mempunyai perasaan bersalah terhadap ibu • Penurunan kesehatan sehingga mudah tertular oleh penyakit lain. • Kekebalan tubuh menurun, rentan terhadap tekanan. • Mendapat perlakuan kasar dari istri teman • Mendapat perlakuan buruk dari perawat rumah sakit. • Perasaan marah terhadap pacarnya karena menulari HIV. • Takut menghadapi penyakitnya sendirian. • Penurunan kesehatan, kekebalan tubuh menjadi rentan terhadap tekanan. • Merasa bersalah terhadap keluarga khusunya ibu. • Mempunyai perasaan takut terhadap bayangan kematian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94 Reaksi subyek yang diamati significant Other • Menaruh prasangka terhadap orang lain sehingga subyek minder bila bertemu dengan orang lain • Berpikir bahwa Tuhan tidak adil terhadap kondisinya • Merasa iri dengan orang lain yang terlihat sehat. • Tidak mendiskriminasikan lingkungan sesama ODHA. • Subyek terlihat aneh dan menjadi pendiam, sesaat subyek menjadi sering mabuk • Ketidakpastian pada hidupnya karena tidak mempunyai pegangan untuk mencurahkan isi hati. • Mempunyai pandangan yang mengerikan terhadap kematian yang disebabkan oleh HIV • Menangis karena perasaan bersalah terhadap ibunya. dan takut bayangan kematian, • Menjadi tidak bergairah untuk hidup dengan mencoba mengakhiri hidupnya. • Merasa tidak pantas untuk berhubungan lagi dengan orang lain. • Subyek meminum obat suplemen 3-4 kali sehari untuk mengatasi stres 95 Strategi coping stress Strategi coping yang diamati Significant Others Emotional Focused Coping: Problem Focused Coping • Mabuk bersama teman sekerja, • Mengikuti kegiatan di LSM dalam usahanya untuk menerima kenyataan, • Pasrah kepada Tuhan, • Berkumpul dengan sesama ODHA untuk mencari dukungan dan menambah semangat, • Menggunakan waktunya untuk menyendiri dan nonton TV bila sedang stres. • Mencari dukungan berupa saran dan informasi tentang HIVAIDS melalui konselor visited dan LSM • Subyek sering mabuk dan jarang pulang ke rumah • Subyek terlihat tidak mau diganggu bila sedang nonton TV • Mengunjungi makam pacarnya untuk menyalurkan emosinya. • Menyangkal atas apa yang sudah terjadi, • Mencari dukungan dari sesama ODHA dan orang yang mengetahui statusnya, • Mendekatkan dirinya kepada Tuhan dan menerima kenyataan. • Mencari dukungan berupa saran dan informasi tentang HIV melalui LSM dan buku pegangan dari rumah sakit tempat ayah bekerja. • Subyek memilih untuk menghindari relasi dengan lawan jenis • Mencari dukungan dari orang yang mempunyai pengalaman yang sama dengan subyek • Adanya usaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan mencoba untuk pasrah dengan kenyataan • Mencari saran dan informasi tentang HIVAIDS melalui LSM. 96 Alasan subyek melakukan coping: Kemudahan dan kesulitan penanganan masalah. . • Untuk menambah semangat hidupnya. • Agar merasa lebih bersyukur dan kuat untuk menjalani hidupnya • Kemudahan: Adanya dukungan dari orang- orang terdekat membuat subyek tambah semangat. • Kesulitan: waktu dan biaya kurang • Lebih mendekatkan diri pada Tuhan untuk mencari ketenangan • Agar dapat menyikapi permasalahan yang timbul • Kesulitan: merasa sungkan terhadap keluarga pacar subyek, subyek merasa tidak bisa bertahan untuk terus menutup diri terhadap ibunya

C. PEMBAHASAN