Hubungan Motivasi Intrinsik Prestasi terhadap Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Hubungan Motivasi Intrinsik Prestasi terhadap Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa perawat pelaksana dengan prestasi tinggi adalah 80,3 . Dari hasil uji statistik diketahui bahwa ada hubungan motivasi intrinsik prestasi terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana. Hal ini sesuai dengan penelitian Siregar 2011 yang menyatakan bahwa ada hubungan prestasi terhadap kepuasan kerja perawat. Penelitian Hartati 2011 menyatakan bahwa ada hubungan positif antara kepuasan kerja perawat dengan prestasi kerja perawat. Menurut Sulistiyani dan Rosidah 2009, kepuasan kerja akan mendorong karyawan untuk berprestasi lebih baik. Apabila imbalan tersebut dipandang pantas dan adil maka timbul kepuasan yang lebih besar karena karyawan merasa bahwa mereka menerima imbalan sesuai dengan prestasinya. Sebaliknya apabila imbalan dipandang tidak sesuai dengan tingkat prestasi maka cenderung timbul ketidakpastian. Menurut Phalestie 2011, menyatakan bahwa bagi karyawan, tingkat prestasi kerja yang tinggi dapat memberikan keuntungan tersendiri, seperti meningkatkan gaji, memperluas kesempatan untuk dipromosikan, menurunnya kemungkinan untuk didemosikan, serta membuat ia semakin ahli dan berpengalaman dalam bidang pekerjaannya. Sebaliknya, Universitas Sumatera Utara tingkat prestasi kerja karyawan yang rendah menunjukkan bahwa karyawan tersebut sebenarnya tidak kompeten dalam pekerjaannya, akibatnya ia sukar untuk dipromosikan ke jenjang pekerjaan yang tingkatannya lebih tinggi, memperbesar kemungkinan untuk didemosikan, dan pada akhirnya dapat juga menyebabkan karyawan tersebut mengalami pemutusan hubungan kerja. Menurut Luthans 2006 menyatakan bahwa, orang dengan tingkat prestasi tinggi akan menganggap penyelesaian tugas merupakan hal yang menyenangkan secara pribadi. Mereka tidak mengharapkan atau penghargaan secara material. Secara umum prestasi perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan berada pada kategori tinggi. Hal ini mencerminkan bahwa perawat pelaksana sudah berusaha untuk mencapai hasil yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, dan mereka merasa terdorong untuk memberikan praktik keperawatan yang lebih baik setelah yakin akan pentingnya peran perawat. Namun dari 71 responden, 22 responden diantaranya menyatakan merasa praktik keperawatan yang dilakukan dengan baik tidak memberi peluang untuk mendapat prestasi. Hal tersebut disebabkan karena para perawat merasa telah menerapkan praktik keperawatan sesuai prosedur namun mereka kurang mendapat perhatian dan penghargaan dari pimpinan. Sebanyak 60 responden menyatakan setuju berusaha mencapai hasil yang baik dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien karena citra Universitas Sumatera Utara rumah sakit salah satunya ditentukan oleh pelayanan yang diberikan oleh perawat kepada pasien. Sebanyak 25 responden menyatakan setuju bahwa praktik keperawatan yang dilakukan dengan baik akan memberikan peluang untuk mendapatkan prestasi dikarenakan mereka berharap dengan memberikan praktik keperwatan yang baik akan menambah keterampilan dan profesionalisme mereka dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Sebanyak 52 responden menyatakan setuju bahwa mereka merasa terdorong untuk memberikan praktik keperawatan yang lebih baik karena mereka merasa memiliki tanggungjawab moral terhadap pasien. Selain itu adanya budaya kerja perawat senior memberikan contoh, arahan dan bimbingan kepada perawat junior agar dapat bekerja lebih baik. Adanya komitmen kekeluargaan yang tinggi juga mendukung perawat pelaksana dalam melaksanakan tugas keperawatan yang lebih baik. Prestasi merupakan salah satu faktor yang mempunyai peranan yang dominan yang mempengaruhi kepuasan kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Pencapaian prestasi tinggi yang menganggap penyelesaian tugas merupakan hal yang menyenangkan secara pribadi perlu ditanamkan dalam diri perawat pelaksana sehingga diharapkan dapat menjadi budaya organisasi bagi rumah sakit dan pada akhirnya Rumah Sakit Islam Malahayati Medan tercermin sebagai salah satu rumah sakit yang memiliki keunggulan diantara rumah sakit lainnya. Universitas Sumatera Utara 5.2. Hubungan Motivasi Intrinsik Tanggungjawab terhadap Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa tanggungjawab perawat pelaksana yang tinggi mencapai 90,1 . Dari hasil uji statistik diketahui bahwa ada hubungan motivasi intrinsik tanggungjawab terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Hamsyah 2004 dan penelitian Siregar 2011, yang menyatakan bahwa ada hubungan tanggungjawab terhadap kepuasan kerja perawat. Menurut Robbins 2001, menyatakan bahwa tingkat otonomi yang tinggi akan membangkitkan rasa tanggungjawab yang lebih besar, dan apabila disediakan umpan balik yang memadai, karyawan akan mengembangkan suatu pemahaman yang berguna mengenai peranan dan fungsi mereka dengan lebih baik. selanjutnya, rasa keberartian, tanggungjawab dan pemahaman hasil pekerjaan akan mempengaruhi motivasi dan kepuasan kerja. Menurut Luthans 2006, nilai pemberdayaan karyawan dan penggunaan penghargaan terhadap kekuasaan membiarkan karyawan membuat pilihan, menetapkan tujuan dan meningkatkan tanggungjawab perlu dilakukan untuk memotivasi karyawan. Sebanyak 68 responden menyatakan merasa terdorong untuk melaksanakan asuhan keperawatan dengan tuntas tanpa adanya penundaan karena mereka merasa bertanggungjawab secara moral terhadap pasien. Universitas Sumatera Utara Sebanyak 61 responden menyatakan setuju untuk selalu siap membantu pasien yang membutuhkan bantuan karena naluri keperawatan dan mengganggap tugas sebagai bagian dari kewajiban mereka terhadap pasien. Selain itu perawat senior senantiasa memberikan arahan dan bimbingan kepada perawat junior agar bertanggungjawab terhadap tugas-tugas keperawatan yang diberikan. Secara umum tanggungjawab perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan berada pada kategori tinggi. Hal ini mencerminkan bahwa para perawat terdorong melaksanakan asuhan keperawatan dengan tuntas tanpa adanya penundaan, selalu siap membantu pasien yang membutuhkan bantuan, selalu siap membantu rekan kerja dan menyadari bahwa perawat adalah bagian dari rumah sakit yang harus bertanggungjawab untuk terciptanya pelayanan kesehatan yang baik.

5.3. Hubungan Motivasi Intrinsik Pengembangan Diri terhadap Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana