Hubungan Motivasi Intrinsik Pengembangan Diri terhadap Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana Hubungan Motivasi Ekstrinsik Penghasilan terhadap Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana

Sebanyak 61 responden menyatakan setuju untuk selalu siap membantu pasien yang membutuhkan bantuan karena naluri keperawatan dan mengganggap tugas sebagai bagian dari kewajiban mereka terhadap pasien. Selain itu perawat senior senantiasa memberikan arahan dan bimbingan kepada perawat junior agar bertanggungjawab terhadap tugas-tugas keperawatan yang diberikan. Secara umum tanggungjawab perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan berada pada kategori tinggi. Hal ini mencerminkan bahwa para perawat terdorong melaksanakan asuhan keperawatan dengan tuntas tanpa adanya penundaan, selalu siap membantu pasien yang membutuhkan bantuan, selalu siap membantu rekan kerja dan menyadari bahwa perawat adalah bagian dari rumah sakit yang harus bertanggungjawab untuk terciptanya pelayanan kesehatan yang baik.

5.3. Hubungan Motivasi Intrinsik Pengembangan Diri terhadap Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa perawat pelaksana yang menilai pengembangan diri baik adalah 87,3 . Dari hasil uji statistik diketahui bahwa tidak ada hubungan motivasi intrinsik pengembangan diri terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana. Hal tersebut berbeda dengan penelitian Sirait 2012, yang menyatakan bahwa ada hubungan pengembangan diri terhadap kepuasan kerja perawat di RSU HKBP Balige. Universitas Sumatera Utara Menurut Rivai 2008, pengembangan diri karyawan sangat diperlukan untuk mengantisipasi persaingan yang semakin ketat, perubahan teknologi yang semakin cepat sehingga memacu organisasi untuk selalu meningkatkan produktivitasnya. Secara umum pengembangan diri perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan berada pada kategori baik. Hal ini mencerminkan bahwa selama ini para perawat memiliki kesempatan untuk meningkatkan ketrampilan, pihak manajemen rumah sakit mendukung upaya pengembangan diri tenaga perawat. Kegiatan pengembangan diri yang dianggap tidak baik oleh karyawan sebagian besar disebabkan karena kegiatan pelatihan yang dilakukan tidak memberikan pengaruh terhadap jenjang karir dan penghasilan.

5.4. Hubungan Motivasi Ekstrinsik Penghasilan terhadap Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa perawat pelaksana yang menilai penghasilan tinggi adalah 62,0 . Dari hasil uji statistik diketahui bahwa ada hubungan motivasi ekstrinsik penghasilan terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana. Hal ini sesuai dengan penelitian Sirait 2012, yang menyatakan bahwa ada pengaruh upah terhadap kepuasan kerja perawat. Menurut Winardi 2001, imbalan berupa upah dapat membantu memberikan kepuasan serta memotivasi pekerja untuk bekerja keras dalam upaya meraih kinerja tinggi. Menurut Rivai 2008, jaminan finansial Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu faktor yang menimbulkan kepuasan kerja seseorang. Namun menurut Sunarto 2004, banyak orang bersedia menerima upah yang lebih kecil untuk bekerja pada lokasi yang lebih diinginkan tetapi memiliki keleluasan yang lebih besar dalam kerja yang mereka lakukan. Sebanyak 18 responden menyatakan tidak setuju terhadap kesesuaian penghasilan yang diterima dibandingkan dengan beban tanggung jawab, karena menurut mereka merasa resiko kerja dan beban kerja perawat lebih besar dari penghasilan yang diterima. Sebanyak 19 responden menyatakan tidak setuju terhadap kesesuaian penghasilan yang diterima dibandingkan dengan waktu kerja. Sebanyak 10 responden menyatakan tidak setuju terhadap penghasilan yang diterima dibandingkan dengan jenjang pendidikan yang mereka miliki, karena mereka merasa layak untuk mendapatkan penghasilan yang lebih sesuai dengan profesionalisme yang mereka miliki. Sebanyak 17 orang menyatakan tidak setuju terhadap kesesuaian penghasilan yang diterima dengan masa kerja, karena pihak rumah sakit tidak memberlakukan peraturan mengenai perubahan gaji berdasarkan masa kerja. Kenaikan penghasilan yang diberlakukan adalah berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pihak yayasan pengelola dan pimpinan rumah sakit. Pada dasarnya hal ini sudah mereka ketahui sebelum mereka menjadi karyawan rumah sakit. Namun karena adanya kebutuhan yang semakin meningkat membuat karyawan merasa perlu untuk ditinjau mengenai penghasilan yang mereka terima. Kondisi ini berbeda dengan peraturan yang Universitas Sumatera Utara berlaku di rumah sakit pemerintah yang memberlakukan adanya kenaikan gaji secara berkala bagi setiap pegawai. Secara umum penghasilan yang diterima perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan berada pada kategori tinggi. Hal ini mencerminkan bahwa kesesuaian penghasilan yang diterima sudah sesuai dengan beban tanggungjawab, waktu kerja, jenjang pendidikan dan masa kerja. Penghasilan merupakan faktor yang paling dominan yang mempengaruhi kepuasan kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Adanya ketidakpuasan terhadap penghasilan dapat berpengaruh terhadap motivasi kerja perawat, dan pada akhirnya mempengaruhi kepuasan kerja perawat. Rendahnya kepuasan kerja perawat akan berdampak pada pelayanan yang diberikan oleh perawat kepada pasien dan jika tidak diperhatikan dapat mempengaruhi citra rumah sakit. Untuk itu perlu dilakukan dievaluasi terhadap penghasilan yang diterima oleh para perawat pelaksana.

5.5. Hubungan Motivasi Ekstrinsik Supervisi terhadap Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana