1,069X ,
artinya, harga koefisien regresi b bernilai positif, hal tersebut berarti setiap pertambahan 1 satuan variabel lingkungan
belajar maka variabel minat siswa SMA dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi juga akan
mengalami pertambahan sebesar 1,069. .
C. Pembahasan
1. Hubungan Antara Persepsi Siswa tentang Profesi Guru Terhadap
Minat Siswa SMA Dalam Memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di
Perguruan Tinggi Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan positif antara
Persepsi Siswa tentang Profesi Guru Terhadap Minat Siswa SMA Dalam Memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi.
Hal ini didukung oleh perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa nilai
hitung
t = 5.561 lebih besar dari
tabel
t = 1,960.
Walgito 1981 menyatakan bahwa persepsi merupakan kesan yang pertama untuk mencapai suatu keberhasilan.
Menurut Winkel 1996:24, minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa
tertarik pada bidanghal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.
Pendapat atau tanggapan terhadap stimulus yang didapat dengan melalui proses belajar dan dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam
yang ada dalam diri seseorang yang dapat membentuk persepsi siswa
terhadap profesi guru yang menjadi pendorong penting dalam meningkatkan minat siswa melanjutkan ke perguruan tinggi. Siswa yang
mempunyai persepsi yang positif terhadap guru akan menjadi pendorong bagi siswa untuk memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di
Perguruan Tinggi. Namun, di lain pihak siswa yang mempunyai persepsi
positif terhadap guru belum tentu mempunyai cita-cita menjadi guru, hal tersebut dapat dikarenakan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara
lain: menyesuaikan bakat, cita-cita, harapan keluarga serta teman sebaya dan sebagainya. Sehingga, siswa yang mempunyai persepsi positif
terhadap profesi guru tidak menjamin siswa tersebut berminat memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi.
2. Hubungan Antara Prestasi Belajar Terhadap Minat Siswa SMA
Dalam Memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi
Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan positif
antara prestasi siswa terhadap minat siswa SMA dalam memilih Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi. Hal ini didukung oleh perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa nilai
hitung
t = 1,071
lebih kecil dari
tabel
t = 1,960.
Prestasi belajar merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang yang merupakan hasil dari proses yang telah dilakukan. Prestasi
belajar siswa tampak dalam hasil studi yang berupa nilai-nilai pelajaran
yang tercermin dalam rata-rata nilai rapornya. Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa berhubungan dengan kepercayaan diri, harapan, dan cita-
citanya. Hal ini berarti tinggi rendahnya minat siswa SMA dalam memilih
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi tidak dapat diprediksi dari prestasi belajar. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa siswa yang berprestasi belajar tinggi belum tentu memiliki minat memilih fakultas keguruan yang tinggi dan begitu juga siswa yang
berprestasi belajar rendah belum tentu memiliki minat yang tinggi untuk memilih fakultas keguruan dan ilmu pendidikan. Hasil penelitian ini
menunjukkan ketika siswa akan memilih fakultas, siswa mempertimbangkan banyak faktor. Faktor tersebut antara lain:
menyesuaikan bakat, cita-cita, harapan keluarga serta teman sebaya dan sebagainya, sehingga prestasi belajar tidak berpengaruh dalam
pembentukan minat siswa SMA dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi.
Selain itu, pada kenyataannya siswa-siswa pada banyak sekolah jarang yang sudi memilih karir sebagai guru, kecuali karena alasan
ekonomi. Banyak siswa-siswa kurang melihat adanya daya tarik dari profesi guru yang dipantulkan oleh penampilan guru itu sendiri, “Gurunya
cerdas tapi sayang kurang rapi, yang lain ada guru cerdas tapi hidupnya susah”, profesi guru sangat berat, gaji guru tidak akan mencukupi
kebutuhan hidup. Karena tanggapan itu banyak siswa yang kurang
berminat untuk melanjutkan studi ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Faktor lain yang membuat siswa enggan memilih Fakultas
Keguruan dan ilmu Pendidikan adalah karena faktor pribadi guru tersebut, seperti guru pemarah, pendendam,
killer dan dianggap kikir dalam memberi nilai atau terlalu memberatkan fikiran siswa.
3. Hubungan Antara Lingkungan Belajar Terhadap Minat Siswa SMA
Dalam Memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi
Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan positif antara
lingkungan belajar terhadap minat siswa SMA dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi. Hal ini didukung
oleh perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa nilai
hitung
t = 17.358
lebih besar dari
tabel
t = 1,960
Lingkungan belajar siswa adalah keseluruhan keadaan yang melingkupi siswa atau keadaan yang dengan kehadirannya memberi
pengaruh pada perkembangan siswa Winkel, 2004:108. Lingkungan belajar ini meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat, dimana ketiga lingkungan ini pengaruhnya sangat kuat terhadap prestasi belajar siswa.
Petterson dan Loeber 1984 seperti dikutip oleh Syah 1995:138 mengatakan bahwa lingkungan sosial yang dominan mempengaruhi
kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga itu sendiri. Lingkungan
keluarga yang baik akan membuat siswa dapat belajar dengan kondusif di rumah sehingga prestasi belajar yang dicapai akan lebih baik dibandingkan
dengan siswa yang berasal dari lingkungan keluarga yang kurang baik. Hal ini menjadi dasar bagi penulis untuk menyimpulkan bahwa lingkungan
keluarga yang memiliki pandangan yang positif terhadap fakultas keguruan, maka juga akan mendorong minat siswa untuk memilih fakultas
keguruan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan tidak hanya terdiri dari
gedung saja, melainkan sarana dan prasarana lain yang menunjang pendidikan. Lingkungan sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang
memadai akan mendukung siswa belajar secara optimal, sehingga dapat mencapai prestasi belajar Ewaldina, 2000:19. Penjelasan ini menjadi
dasar bagi penulis untuk menduga bahwa lingkungan sekolah yang menyediakan informasi mengenai fakultas keguruan, maka akan
menimbulkan minat siswa memilih fakultas keguruan. Lingkungan masyarakat adalah lingkungan di mana siswa menjalin
hubungan atau berinteraksi dengan anggota masyarakat lain. Dalam menjalin hubungan dengan anggota masyarakat tersebut perlu dijaga agar
tidak mendapatkan teman bergaul yang kurang baik. Jika tidak berhati-hati dalam bergaul, anak dapat melupakan tugasnya sebagai pelajar. Ini akan
berdampak pada prestasi belajar yang rendah. Sebaliknya, bagi siswa yang tinggal di lingkungan masyarakat yang anak-anaknya baik dan rajin dapat
memotivasi siswa untuk belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Syah
1997:137, bahwa kondisi masyarakat di sekitar tempat tinggal anak akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Terkait dengan minat dalam
memilih fakultas keguruan penulis menduga bahwa lingkungan masyarakat yang memiliki pandangan yang positif terhadap profesi guru,
maka akan menimbulkan minat siswa memilih fakultas keguruan. Hal ini berarti tinggi rendahnya minat siswa SMA dalam memilih
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan Tinggi dapat diprediksi dari lingkungan belajarnya. Dengan demikian, dapat
disimpulkan semakin mendukung faktor lingkungan belajar akan menjamin tingginya minat siswa SMA dalam memilih fakultas keguruan
dan semakin tidak mendukung faktor lingkungan belajar akan menjamin rendahnya minat siswa SMA dalam memilih fakultas keguruan. Hal ini
disebabkan siswa yang memiliki kondisi lingkungan belajar yang mendukung berupa dorongan keluarga, dorongan sekolah dan dorongan
masyarakat memberi dampak terhadap pembentukan minat siswa SMA dalam memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Perguruan
Tinggi. Dorongan lingkungan belajar yang dimaksud adalah fisik dan non fisik seperti: penyediaan buku yang diperlukan dalam memilih fakultas
keguruan, pemberian informasi tentang fakultas keguruan, dan penghargaan terhadap profesi guru dan lain-lain.
Dorongan lingkungan yang tidak mendukung siswa memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dapat disebabkan oleh faktor
lingkungan keluarga. Dorongan lingkungan keluarga seperti latar belakang
keluarga. Latar belakang keluarga tersebut cenderung mendorong siswa untuk mengikuti jejak keluarganya atau mempunyai cita-cita dan harapan
lebih tinggi dari keluarganya. Selain itu harapan orang tua juga mempengaruhi minat Perguruan Tinggi.
Selain faktor-faktor yang tersebut di atas, masih ada lagi faktor- faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anak didik, diantaranya
lingkungan masyarakat seperti faktor teman sebaya, keragaman budaya dan faktor media massa. Biasa siswa cenderung ikut-ikutan teman agar
ketika kuliah sudah memiliki teman yang telah dikenal, memilih jurusan sesuai dengan trend, atau juga karena mengikuti pacar.
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, SARAN