memiliki posisi terhormat dalam budaya masyarakat Minangkabau. Rendang memiliki filosofi tersendiri bagi masyarakat Minang Sumatra Barat yaitu
musyawarah Sudiharto, 2007.
2.3 Perilaku Kesehatan Suku Minangkabau
Menurut Sudiharto 2007 dalam Nainggolan 2011, Praktik kesehatan keluarga Minangkabau dipengaruhi oleh nilai-nilai ajaran agama Islam. Keluarga
Minangkabau pada kelas sosial yang rendah mempunyai pola perilaku mencari bantuan pertolongan kesehatan keluarga yang sederhana, yaitu dengan pergi ke
dukun. Sejalan dengan aktivitas ekonomi di pedesaan, banyak warung yang menjual obat sampai ke pelosok. Oleh karena itu bila mereka sakit, biasanya
mereka hanya berobat ke warung saja. Resiko yang dapat terjadi dengan pola mencari bantuan kesehatan seperti ini adalah terjadi komplikasi atau sakitnya
semakin parah. Dampak yang lebih luas adalah bila datang ke rumah sakit dan tidak tertolong, mereka menganggap tenaga kesehatan di rumah sakit tidak
cekatan sehingga jiwa anggota keluarga tidak tertolong. Dilain pihak bila dukun tidak berhasil menyembuhkan anggota keluarga mereka, keluarga akan
mengatakan mereka belum berjodoh dengan pengobatan alternative atau dukun Sudiharto, 2007.
2.4 Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Suku Minangkabau
Pengertian sehat-sakit menurut masyarakat suku Minangkabau tidak terlepas dari tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Pada
umumnya, masyarakat menganggap bahwa seseorang dikatakan sehat adalah seseorang yang memiliki jasmani dan rohani yang sehat, serta dapat melakukan
Universitas Sumatera Utara
aktivitasnya sehari-hari. Sedangkan untuk masalah sakit, sebagian masyarakat Minangkabau masih ada yang mempercayai bahwa selain disebabkan karena
penyebab fisik, juga disebabkan karena adanya gangguan roh-roh halus. Bagi masyarakat Minangkabau, dikatakan sakit jika seseorang tersebut tidak dapat
melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti berdagang, bekerja di kantor, berladang dan lain-lain. Walaupun seseorang tersebut sudah memiliki gejala sakit seperti
sakit kepala, flu ataupun masuk angin namun masih dapat beraktivitas belum diartikan sebagai sakit. Dan jikalau kepala keluarga sakit, maka secara tidak
langsung semua anggota keluarga yang ada di dalam keluarga tersebut akan sakit. Dalam hal pengambilan keputusan untuk menentukan tindakan yang akan
dilakukan jika salah seorang anggota keluarga sakit, biasanya diputuskan secara bersama oleh anggota keluarga tersebut. Namun adakalanya, jika keluarga tidak
mampu lagi dalam hal dana ataupun penyakitnya sudah terlalu berat maka keluarga tersebut meminta bantuan dari keluarga yang lain atau bahkan dari
organisasi yang diikuti oleh keluarga tersebut. Keputusan keluarga tergantung jenis penyakit yang terjadi pada orang tersebut. Sebelum pelayanan medis
berkembang dan bertambah banyak seperti sekarang ini, kebanyakan keluarga membawa yang sakit ke pengobatan alternatif dukun. Untuk saat ini keluarga
sudah terlebih dahulu membawa ke dokter ataupun pelayanan medis yang lain Piliang, 2009.
Ada beberapa jenis penyakit yang menurut masyarakat Minangkabau tidak dapat dibawa kepada pelayanan medis seperti penyakit busung, kusta atau pada
suku Minangkabau dikenal dengan ‘biriang’ dan patah tulang yang biasanya
Universitas Sumatera Utara
hanya dibawa kepada dukun patah. Menurut mereka, penyakit busung dan kusta tersebut disebabkan karena guna-guna ulah seseorang. Penyakit busung perut
membuncit, namun badan semakin kurus biasanya disebabkan karena seseorang tersebut terkena kutukan karena telah memakan ikan benda larangan, dan untuk
sembuh harus berobat kepada orang yang telah membuat larangan tersebut Caniago, 2009.
Dalam hal perawatan orang sakit, seiring dengan perkembangan teknologi dan tingginya tingkat pengetahuan, keluargamasyarakat Minangkabau lebih
memilih untuk meneruskan pengobatan yang didapat dari petugas kesehatan. Namun adakalanya, keluarga memberikan perawatan-perawatan sederhana seperti
jika seseorang demam hanya dikompres dengan daun-daun yang sifatnya dingin kembang semangkok, daun jarak, jika batuk diberikan air daun kacang tujuh
yang telah diremas. Keluarga Minangkabau memiliki waktu untuk berkumpul bersama keluarga pada saat makan malam yang digunakan untuk mendiskusikan
ataupun mengetahui perkembangan dari setiap anggota keluarga tersebut. Dalam hal pemanfaatan fasilitas kesehatan, hampir sebagian besar masyarakat
Minangkabau sudah lebih memilih untuk berobat kepada petugas kesehatan. Kepercayaan pada fasilitas kesehatan tergantung pada individu tersebut, lebih
percaya kepada petugas kesehatan atau pengobatan alternatif Caniago, 2009.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif melalui pendekatan fenomenologi. Eksplorasi pengalaman masa menopause ibu
suku Minang di Koto Nan Gadang Kota Payakumbuh menggunakan pendekatan kualitatif merupakan metode yang sesuai karena dapat mencermati lebih
mendalam pengalaman individu tersebut. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk mengumpulkan dan menganalisa data dalam bentuk naratif
tentang persepsi yang bersifat subjektif serta cenderung menggunakan pendekatan yang holistik untuk menguraikan pengalaman tersebut Polit Hungler, 2001
dalam Hamid, 2008. Pendekatan Fenomenologi adalah suatu ilmu yang memiliki tujuan untuk menjelaskan fenomena dalam bentuk pengalaman hidup.
Penggunaan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi bertujuan untuk memperoleh data yang lebih komprehensif, mendalam, kredibel,
dan bermakna Saryono Anggraeni, 2013. Peneliti dalam penelitian kualitatif bertindak sebagai instrument utama
dalam proses wawancara. Pada tahap ini peneliti mempelajari berbagai literatur secara seksama yaitu dengan memahami laporan-laporan yang berkaitan dengan
fenomena yang akan diteliti. Selain itu peneliti juga melakukan field study untuk mencari data-data awal yang menunjang fenomenologi diantaranya dengan
Universitas Sumatera Utara