tersisa. Selanjutnya ketika berumur 30 sampai 35 tahun jumlah dari sel telur semakin mengalami penurunan menjadi sekitar 100.000. Kebanyakan wanita
mengalami ovulasi sebanyak 400 kali diantara usia menarche sampai menopause dan selama waktu ini, hampir semua sel telur hilang akibat atresia dan ovulasi.
Hal ini mengakibatkan ovarium mengalami penurunan sensitivitasnya terhadap stimulasi gonadotropin sehingga ovarium berhenti menghasilkan estrogen dan
progesterone Hacker Gambone, 2010. Penurunan level estrogen mengakibatkan peningkatan kadar follicle
stimulating hormone FSH, sehingga endometrium semakin tidak berkembang dan mengalami atropi. Lapisan stroma pada ovarium menghasilkan
androstenedion yang mengubah lemak di perifer menjadi estron yang merupakan jenis estrogen yang lebih lemah dari estradiol. Akhir dari proses diatas adalah
berhentinya menstruasi pada wanita, padahal sebagian besar wanita mengandalkan hormon steroid untuk kehidupan reproduksi Hamilton-fairley, 2009.
1.4 Perubahan Fisik dan Psikologis yang Terjadi pada Masa Menopause
Pada saat menopause sekitar 60 wanita relatif tanpa gejala, 25 gejala ringan, dan 15 mengalami gejala sedang sampai berat Hamilton-fairley, 2009.
Sekitar 85 wanita mengalami hot flushes selama melewati masa klimakterium, tapi separuh wanita menganggap hot flushes tidak mengganggu. Gejala yang
muncul akibat kehilangan estrogen tubuh dapat dikelompokkan menjadi: 1 gejala awal yang terdiri atas hot flushes, insomnia, irritability dan gangguan mood; 2
Pada tahap intermediet terjadi perubahan fisik berupa atropi urogenital, inkontinensia stres dan perubahan pada kulit, kuku dan rambut; 3 Pada tahap
Universitas Sumatera Utara
akhir terjadilah penyakit seperti osteoporosis, demensia, penyakit kardiovaskuler dan kanker Hacker Gambone, 2010.
Sebagian besar wanita melaporkan hot flushes berkembang pada masa- masa transisi dan semakin berat pada periode menstruasi terakhir. Hot flushes
terjadi akibat putusnya estrogen yang dihasilkan oleh ovarium. Biasanya hot flushes dikaitkan dengan peningkatan denyut nadi, peningkatan suhu kulit,
vasodilatasi perifer, berkeringat dan penurunan suhu tubuh secara bertahap. Hot flushes berbeda pada setiap wanita, pada beberapa wanita hot flushes hanya
berupa sensasi hangat yang bersifat sementara dan hanya sesekali muncul. Namun pada sebagian wanita lainnya mengalami sensasi panas setiap jamnya, berkeringat
dan peningkatan denyut jantung. Beberapa melaporkan adanya menggigil, demam disertai dengan sensasi panas. Pada observational study menunjukkan bahwa 75
wanita akan mengalami hot flushes setelah menopause. kebanyakan wanita yang tidak melakukan pengobatan akan mengalami penghentian hot flushes dalam
waktu 5 tahun, meskipun ada beberapa wanita terus mengalami gejala ini selama 30 tahun atau lebih. Hot flushes adalah alasan utama sekitar 50 wanita
menopause mencari pengobatan medis Bieber, Sanfilippo Horowitz, 2006. Kegagalan fungsi ovarium telah mengakibatkan terjadinya penurunan
estradiol yang menyebakan suatu perubahan dalam siklus tidur seorang wanita, wanita akan mengalami kesulitan untuk istirahat dan tidur yang cukup. Terjadinya
perubahan pada fase laten dari tidur waktu yang dibutuhkan untuk tidur yang memanjang dan waktu tidur nyata yang memendek Beckman et al, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Gangguan tidur sangat sering dilaporkan pada masa menopause. Banyak wanita memandang bahwa gangguan tidur diakibatkan oleh gejala vasomotor
namun data dari hasil pemeriksaan pada saat tidur menegaskan bahwa tidak adanya hubungan antara gejala vasomotor dengan gangguan tidur yang tercatat.
Dampak nyata akibat sering terbangun dimalam hari adalah dapat menyebabkan kelelahan disiang hari, irritability, dan perubahan mood pada beberapa wanita
yang mengalami postmenopause Bieber, Sanfilippo Horowitz, 2006. Wanita juga melaporkan peningkatan kecemasan dan irritability selama
periode menopause. Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah
dikhawatirkan. Irritability mudah terlihat dibanding kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak
mengganggu. Hal ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses-proses mana yang sedang berlangsung
dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan perilaku orang-orang disekitarnya, terutama jika sikap dan perilaku tersebut
dipersepsikannya sebagai menyinggung penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya Berek, 1996.
Mukosa vagina, servik, endoservik, endometrium, miometrium dan uroepitelium adalah jaringan estrogen dependent. Akibat penurunan produksi
estrogen, jaringan ini menjadi atropi sehingga menimbulkan berbagai gejala. Selain itu, jaringan epitel pada vagina menjadi tipis dan sekresi dari serviks
menurun. Akibatnya, vagina menjadi kering wanita akan mengalami penurunan
Universitas Sumatera Utara
libido dan dispareunia. Atropi vagina juga bisa menimbulkan rasa gatal dan terbakar serta lebih rentan terinfeksi oleh flora normal Beckman et al, 2002.
Estrogen juga dapat mempengaruhi ketebalan kulit. Terjadinya penurunan produksi estrogen oleh ovarium dapat menyebabkan kulit menjadi tipis, kurang
elastis dan biasanya lebih rentan terkena luka abrasi dan trauma. Beberapa wanita juga menyatakan terjadinya perubahan pada rambut dan kuku akibat perubahan
hormonal pada masa menopause. Penurunan produksi estrogen menyebabkan peningkatan testosteron yang bebas yang mengakibatkan tumbuhnya rambut
diwajah. Perubahan jumlah produksi estrogen juga mempengaruhi kecepatan rambut rontok Berek, 1996.
Penurunan libido atau ketertarikan terhadap hubungan seksual bisa terjadi pada masa menopause. Atropi pada vagina adalah faktor yang berkaitan dengan
penurunan kepuasan seksual. Rasa tidak nyaman diakibatkan karena kurangnya lubrikasi dari vagina sehingga terjadilah penurunan kepuasan seksual. Namun
aktifitas seksual masih relatif stabil pada wanita sebelum dan setelah menopause. Astutik, 2013.
Hasil study observational juga menunjukkan bahwa kehilangan estrogen pada saat menopause adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan
kekeruhan pada lensa, hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan keluhan merasa kering dibagian mata Bieber, Sanfilippo Horowitz, 2006.
Akibat lanjut dari penurunan kadar estrogen adalah osteoporosis. Menurut Kanis 1994 dalam Schorge et al 2008 sekitar 1,5 juta orang Amerika
mengalami fraktur akibat osteoporosis setiap tahunnya. Bagian yang paling
Universitas Sumatera Utara
sering terkena fraktur adalah tulang belakang, pinggul dan pergelangan tangan. Fraktur pada osteoporosis berhubungan dengan peningkatan kecacatan dan
kematian. Resiko kematian setelah fraktur dilaporkan dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami fraktur. Persentasi kematian
yang disebabkan karena fraktur tulang pinggul adalah 30. Disisi lain 40 dari mereka mereka yang mengalami fraktur tulang pinggul mampu untuk mandiri
seperti keadaan sebelum fraktur. Kiezback 2003 dalam Schorge 2008 mendefinisikan osteoporosis
sebagai penyakit pada tulang dimana kekuatan tulang terganggu, mengakibatkan peningkatan resiko fraktur. Sebagian besar kekuatan tulang ditentukan oleh bone
mineral density BMD, sehingga BMD dijadikan sebagai alat pengukuran efektif untuk mendeteksi pasien dengan resiko tinggi fraktur. Tidak hanya BMD,
kekuatan tulang dan resiko fraktur juga dipengaruhi oleh kualitas tulang lainya seperti kecepatan pembentukan tulang, ukuran dan geometri, mikro arsitektur,
kandungan mineral, timbunan kerusakan dan kualitas matriks tulang. Menurut Beckmann, 2002 osteoporosis terjadi karena hilangnya
kekuatan tulang akibat tulang yang mengalami demineralisasi yang terjadi sekitar 15 sampai 20 tahun setelah berhentinya fungsi ovarium. Demineralisasi tulang
tidak hanya terjadi karena proses alami dari menopause tetapi juga karena penurunan produksi estrogen.
Penurunan produksi estrogen juga mempengaruhi kadar lemak dalam sirkulasi dan dapat mengakibatkan gangguan pada kardiovaskuler. Total
kolesterol sirkulasi meningkat akibat menurunnya high density lipoprotein
Universitas Sumatera Utara
HDL dan terjadinya peningkatan low density lipoprotein LDL sehingga kolesterol meningkat Manuaba, 2010.
1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Usia Menopause