1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tuntutan berbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar dihadapkan pada berbagai tantangan yang diakibatkan oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi komunikasi yang semakin pesat perkembangannya. Ilmu pengetahuan yang semakin berkembang terus-menerus menuntut
meningkatnya kualitas pendidikan. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan mutu pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Peningkatan mutu
kualitas pendidikan, seorang guru harus siap untuk menghadapi berbagai perubahan pendidikan. Persiapan profesionalisme atau persiapan dalam bidang
pendidikan, bertujuan untuk membekali diri dengan pengetahuan, keahlian dan kecakapan dalam bidang tertentu.
Guru memegang peranan penting dalam perbaikan sumber daya manusia. Dalam proses belajar mengajar seorang guru memiliki sikap yang berbeda-beda
dihadap peserta didik. Sikap guru yang diperhatikan tersebut merupakan pancaran kepribadian guru yang sebenarnya. Sikap yang dimiliki guru dalam
proses belajar-mengajar tersebut dipengaruhi oleh konsep diri yang dimilikinya. Sikap merupakan kecenderungan atau kesiapan seseorang untuk bereaksi
atau bertindak menurut cara sesuatu obyek baik manusia maupun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bukan manusia Sinurat, 2002 : 1. Demikian juga sikap seorang guru dalam proses belajar mengajar akan menunjukkan kesiapan untuk bertindak sesuatu
yang dianggapnya terbaik. Sikap guru terhadap dirinya sendiri sangat dipengaruhi oleh cara orang sekitarnya memberlakukannya terutama ketika masa
kanak-kanak, dimana ia belum mampu menyaring benar tidaknya perkataan orang lain tentang dirinya.
Guru profesional dalam bidangnya, harus banyak berlatih mengembangkan pengetahuan dan kecakapaannya tersebut. Kesiapan seorang guru sangat
mempengaruhi proses belajar peserta didik. Guru profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut disusun standar pendidikan nasional, terdiri atas: standar kompetensi lulusan, standar isi, standar
proses, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses disebutkan bahwa setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan perlu melakukan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran dengan strategi yang benar untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Kurikulum 2013 sangat menuntut kesiapan guru dan sekolah dalam
menghadapi kurikulum tersebut. Dalam hal ini sebaik apapun sebuah kurikulum, jika tidak didukung oleh kesiapan guru dan sekolah maka semua itu akan sia-sia.
Sosialisasi kurikulum baru atau kurikulum 2013 belum merata, sehingga banyak guru yang masih belum memahami dengan baik apa dan bagaimana cara
mengimplementasikan kurikulum 2013, sehingga hasilnya masih sangat diragukan. Berkaitan dengan kenyataan tersebut seharusnya sebelum kurikulum
2013 dilaksanakan, harus ditingkatkan dulu kesiapan guru dan sekolah dalam melaksanakan kurikulum baru. Perubahan kurikulum pendidikan untuk
penyempurnaan mutu pendidikan, merupakan topik yang menarik untuk didiskusikan. Keberhasilan penyelenggaraan kurikulum tentu tidak terlepas dari
tanggungjawab sumber daya manusia di bidang pendidikan guru serta tidak kalah pentingnya dukungan dari masyarakat sendiri. Pengembangan kurikulum
dilakukan untuk semakin menjamin kualitas pendidikan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional, yakni mengembangkan potensi perserta
didik. Mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh mutu dan kualitas para pengajarnya, maka sistem pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari sistem
kurikulum yang diterapkan. Dimana kurikulum tersebut menjadi pedoman bagi para pengajar. Guru IPA di SMP, sudah tidak asing jika menggunakan
pendekatan saintifik pada kurikulum 2013. Dengan demikian persoalan dalam membuat sebuah perencanaan proses pembelajaran juga tidak begitu terlalu sulit.
Kesiapan guru dalam menerapakan kurikulum 2013 dapat dilihat dari perencanaan proses pembelajaran yang dibuat oleh guru. Rencana pelaksanaan
pembelajaran sangat bermanfaat bagi guru sebagai arah pedoman pembelajaran. Kesiapan guru SMP dapat ditinjau dari pembuatan rencana pelaksanaan
pembelajaran. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: ”Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar
”. Sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan
bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Namun pedoman dan arah
RPP yang sudah diamanatkan seperti tersebut di atas mengalami interpretasi yang meluas dan melebar. Tidak hanya dilihat dari RPP saja tetapi juga dilihat
sikap dan keterampilan guru dalam proses belajar mengajar menggunakan pendekatan saintifik. Tak dapat dipungkiri, semakin lama bentuk dan ketebalan
RPP semakin meluas dan berlembar-lembar.
B. Perumusan Masalah