Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Jenis Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Namun pedoman dan arah RPP yang sudah diamanatkan seperti tersebut di atas mengalami interpretasi yang meluas dan melebar. Tidak hanya dilihat dari RPP saja tetapi juga dilihat sikap dan keterampilan guru dalam proses belajar mengajar menggunakan pendekatan saintifik. Tak dapat dipungkiri, semakin lama bentuk dan ketebalan RPP semakin meluas dan berlembar-lembar.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka penulis dapat merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana sikap guru terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik di SMP Kelas VIII di Kabupaten Klaten? 2. Bagaimana keterampilan guru dalam menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik di SMP Kelas VIII Di Kabupaten Klaten? 3. Bagaimana keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik di SMP Kabupaten Klaten?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis ini adalah: 1. Untuk mengetahui sikap guru dalam pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik di SMP Kelas VIII di Kabupaten Klaten. 2. Untuk mengetahui keterampilan guru dalam menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik di SMP Kelas VIII Di Kabupaten Klaten. 3. Untuk mengetahui keterampilan guru dalam melakukan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik di SMP Kabupaten Klaten.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Guru Sebagai sumber informasi dan sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan kurikulum 2013 kepada peserta didik. Dapat memudahkan guru dalam menyiapkan kurikulum baru dan diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru untuk melakukan penilaian sesuai dengan standar penilaian pendidikan. 2. Bagi Sekolah Sebagai sumbar informasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan membuka wawasan tentang pentingnya melakukan penilaian sesuai dengan kurikulum baru. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. Bagi peneliti Dapat menambah wawasan yang luas dan bisa mengetahui kesiapan guru dalam menerapkan kurikulum baru kepada peserta didik pada mata pelajaran fisika PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II DASAR TEORI A. PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK

1. Pengertian Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir filosofi pembelajaran kontekstual yaitu pengetahuan dibagun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba- tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna pengalaman nyata. Menurut Slavin seperti dikutip oleh Dibyo, Bambang 2013 teori konstruktivistik adalah teori yang menyatakan bahwa peserta didik secara individual harus menemukan dan mentransformasi informasi kompleks mengecek informasi yang baru terhadap aturan-aturan informasi yang lama, dan merevisi aturan- aturan yang lama bila sudah tidak sesuai lagi. Filsafat konstruktivisme adalah filsafat yang mempelajari hakikat pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu terjadi. Menurut Glasersfeld dalam Dibyo, Bambang 2013 konstruktivisme sebagai teori pengetahuan dengan akar dalam ”filosofi, psychology, dan cybemetics ”. Von Glasersfeld mendefinisikan konstruktivisme radikal selalu membentuk konsepsi pengetahuan, Ia melihat pengetahuan sebagai hal yang dengan aktif menerima apapun melalui PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pemikiran sehat atau melalui komunikasi. Apabila peserta didik yang menekuni pengetahuan itu, maka pengetahuan yang akan diperoleh adalah bentukan peserta didik sendiri. Dalam hal ini, pengetahuan bukanlah suatu bentukkan yang sudah jadi atau sudah ada sejak lahir namun sesuatu yang harus dibentuk sendiri dalam pemikiran sendiri. This, according to Piaget and Inhelder in Grennon Brooks, J dan G. Brooks.M, 1993:5, occurs because knowledge comes neither from the subyek nor the obyek, but from the unity of the two. Menurut Piaget dan Inhelder dalam Grennon Brooks, J dan G. Brookss. M, 1993, pengetahuan terjadi karena bukan datang dari satu subyek atau obyek, tetapi melainkan dari dua kesatuan tersebut. Teori konstruktivisme memiliki kelebihan dan kekurangan Dibyo,Bambang,2013: a. Kelebihan: 1 Pembelajaran konstruktivistik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa peserta didik sendiri. 2 Pembelajaran konstrukivistik memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki peserta didik sehingga peserta didik terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang peserta didik. 3 Pembelajaran konstruktivistik memberi peserta didik kesempatan untuk berfikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong speserta ddiik berfikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat 4 Pembelajaran konstruktivistik memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba gagasan baru agar peserta didik terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan bebrbagai konteks. 5 Pembelajaran konstruktivistik mendorong peserta didik untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan peserta didik untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka. 6 Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung peserta didik mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar. b. Kekurangan 1 Peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi peserta didik tidak cocok dengan hasil konstruksi para ahli sehingga menyebabkan miskonsepsi. 2 Konstruktivistik menanamkan agar peserta didik membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap peserta didik memerlukan penanganan yang berbeda-beda. 3 Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas peserta didik.

2. Pembelajaran Kontruktivistik

Gagne dalam Siregar, E dan Nara Hartini 2001, instruction as a set of external design to support the several processes of learning, which are internal pembelajaran adalah seperangkat peristiwa-peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang bersifat internal. Lebih lanjut Gagne dalam Siregar, E dan Nara Hartini 2001, mengemukakan suatu definisi pembelajaran yang lebih lengkap: instruction ia intended to promote learning, external situation need to be arranged to active, support and maintain the internal processing that constitutes each learning event. Pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar. Menurut Von Glaserfeld dalam Suparno 1997:21 konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan siswa adalah konstruksi bentukan peserta didik sendiri, ia menegaskan bahwa pengetahuan bukan suatu tiruan dari kenyataan. Von Glaserfeld dalam Suparno 1997 menyebutkan bahwa pengetahuan dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu dia berinteraksi dnegan lingkungan. Maka proses pembelajaran konstruktivistik merupakan suatu teori yang menganggap bahwa belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya peserta didik akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas yang ada di dalam masyarakat. Konsekuensinya pembelajaran harus mampu memberikan pengalaman nyata bagi peserta didik. Sedangkan dalam proses belajar mengajar yang harus aktif adalah peserta didik. Peserta didik sebisa mungkin harus menggali pengetahuan yang telah dimilikinya. Kreatifitas dan keaktifan peserta didik akan membantu mereka untuk menjadi orang yang kritis menganalisa suatu hal karena mereka diajak untuk berpikir bukan hanya meniru yang telah ada Suparno,1997:81. Sedangkan Jacqueline Grennon Brooks dan Martin G. Brooks 1993 menawarkan lima prinsip kunci konstruktivistik teori belajar. Menurutnya terdapat lima panduan prinsip konstruktivisme: Prinsip 1: Permasalahan yang muncul sebagai hal yang relevan dengan peserta didik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dalam banyak contoh, masalah style anda mengajar mungkin akan menjadi relevan dengan selera untuk peserta didik, dan mereka akan mendekatinya, merasakan keterkaitannya kepada kehidupan mereka. Prinsip 2: Struktur belajar di sekitar konsep-konsep utama Mendorong peserta didik untuk membuat makna dari bagian-bagian yang menyeluruhutuh ke dalam bagian-bagian yang terpisah-pisah. Hindari mulai dengan bagian-bagian dahulu untuk membangun kemudian sesuatu yang “menyeluruhutuh”. Prinsip 3: Carikan dan hargai poin-poin pandangan peserta didik sebagai jendela memberi alasan mereka. Tantangan gagasan dan pencarian elaborasi yang tepat ditangkap siswa, sering mengancam banyak peserta didik. Maksudnya adalah bahwa sering para siswa di dalam kelas yang secara tradisional mereka tidak bisa menduga serta menghubungkan apa yang guru maksudkan untuk jawaban yang benar dan cepat, agar ia tidak berada di luar topik dari diskusi kelas yang diadakan. Mereka harus betul- betul “masuk” dan “sibuk” ikut mengkaji tugas-tugas dalam belajar sebagai konstruktivis lingkungan melalui pertanyaan-pertanyaan, sanggahan, ataupun jawaban yang diajukan Prinsip 4: Sesuaikan pembelajaran dengan perkiraan menuju pengembangan peserta didik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Memperkenalkan topik kajian pengembangan dengan tepat atau sesuai, adalah suatu awal yang baik untuk dapat dipahami pengembangan konsep berikutnya Prinsip 5: Nilai hasil belajar peserta didik dalam konteks pembelajaran. Geser atau ubah penilaian itu harus benar-benar sedang menilai apa yang benar-benar sedang terjadi saat penilaian itu. Berlangsung, dan jangan sekali-kali menilai itu dalam kebiasaan skor yang diperoleh seseorang dari waktu ke waktu. Ekspresi anda bisa bervariasi, kadang-kadang optimis, periang, namun sesekali bisa pesimis, sedih, maupun marah. Namun perlu diingat marahnya seorang guru dalam kerangka sedang mendidik, dalam konteks pembelajaran, bukan marah mengekspresikan kekesalan. Dalam sistem belajar mengajar yang konstruktivis guru diberi kebebasan untuk mengajar dikelasnya sesuai dengan keadaan peserta didik. Guru perlu diberi kebebasan untuk menggunakan metode yang relevan yang menuntut keaktifan peserta didik. Guru sebaiknya menyediakan prasarana yang akan meningkatkan kreativitas peserta didik dalam membentuk pengetahuan Suparno, 1997:83. Maka proses belajar konstruktivistik adalah pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuaru pada pemutahiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas. B. KURIKULUM

1. Pengertian Kurikulum

Kurikulum dalam pandangan klasik, dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu sekolah atau madrasah. Pelajaran – pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah atau madrasah, itulah kurikulum. Kurikulum mempunyai berbagai macam arti, yaitu 1 sebagai rencana pembelajar, 2 sebagai rencana belajar peserta didik, 3 sebagai pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik dari sekolah atau madrasah Sholeh 2013 : 20. Pengertian kurikulum diatas dapat diartikan juga bahwa kurikulum merupakan “peta jalan” yang akan menjadi acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Dengan demikian, kurikulum mempunyai peranan sentral karena menjadi arah atau titik pusat dari proses pendidikan. Fungsi kurikulum bagi guru yaitu kurikulum sebagai alat pedoman bagi guru dalam melaksanakan program pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pendidikan atau sekolah dimana guru itu mengajar Sholeh 2013: 26. Sejalan dengan penerapan manajemen pendidikan berbasis sekolah, guru tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulm tetapi juga sebagai perancang dan penilai kurikulum itu sendiri. Dengan demikian, guru selalu dituntut untuk meningkatkan kemampuannya sesuai dengan perkembangan kurikulum bagi guru merupakan suatu hal yang mutlak dan menjadi kewajibannya.

2. Pengertian Kurikulum 2013

Menurut E.Mulyasa, kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi lahir sebagai jawaban terhadap berbagai kritikan terhadap kurikulum sebelumnya, serta sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan dunia kerja. Kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi seperti yang digariskan dalam negara

3. Tujuan Kurikulum 2013

Menurut E.Mulyasa, kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa panduan pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap konsep yang dipelajarinya secara konseptual. C. PENDEKATAN SAINTIFIK

1. Pengertian Pembelajaran Saintifik

Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry ” dan kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar, bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta didik Zamroni, 2000; Semiawan, 1998. Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu. Model ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Dalam model ini peserta didik diajak untuk melakukan proses PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan scientist dalam melakukan penyelidikan ilmiah Nur: 1998, dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya. Fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan peserta didik dalam memproseskan pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan. Model ini juga tercakup penemuan makna meanings, organisasi, dan struktur dari ide atau gagasan, sehingga secara bertahap peserta didik belajar bagaimana mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran berbasis keterampilan proses sains menekankan pada kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri discover pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dengan demikian peserta didik lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran. Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi membangun kompetensi dasar hidup peserta didik melalui pengembangan keterampilan proses sains, sikap ilmiah, dan proses konstruksi pengetahuan secara bertahap. Keterampilan proses sains pada hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk belajar basic learning tools yaitu kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap individu dalam mengembangkan diri Chain and Evans: 1990.Sesuai dengan karakteristik fisika sebagai bagian dari natural science, pembelajaran fisika harus merefleksikan kompetensi sikap ilmiah, berfikir ilmiah, dan keterampilan kerja ilmiah

2. Tujuan Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah: a. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik. b. Untuk membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik. c. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana peserta didik merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan. d. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi. e. Untuk melatih peserta didik dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah. f. Untuk mengembangkan karakter peserta didik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik

Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik b. Pembelajaran membentuk students’ self concept c. Pembelajaran terhindar dari verbalisme d. Pembelajaran memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip e. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir peserta didik f. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan motivasi mengajar guru g. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih kemampuan dalam komunikasi h. Adanya proses validasi terhadap konsep, hokum, dan prinsip yang dikonstruksi peserta didik dalam struktur kognitifnya

4. Langkah-Langkah Umum Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati, menanya, mencobamengumpulkan data, mengasosiasimenalar, dan mengkomunikasikan a. Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak. b. Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun pengetahuan peserta didik dalam bentuk konsep, prisnsip, prosedur, hukum dan teori, hingga berpikir metakognitif. Tujuannnya agar peserta didik memiliki kemapuan berpikir tingkat tinggi critical thingking skill secara kritis, logis, dan sistematis. Proses menanya dilakukan melalui kegiatan diskusi dan kerja kelompok serta diskusi kelas. Praktik diskusi kelompok memberi ruang kebebasan mengemukakan idegagasan dengan bahasa sendiri, termasuk dengan menggunakan bahasa daerah. c. Kegiatan mencobamengumpulkan data bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan peserta didik untuk memperkuat pemahaman konsep dan prinsipprosedur dengan mengumpulkan data, mengembangkan kreatifitas, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan ini mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan eksperimen, serta memperoleh, menyajikan, dan mengolah data. Pemanfaatan sumber belajar termasuk mesin komputasi dan otomasi sangat disarankan dalam kegiatan ini. d. Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah. Data yang diperoleh dibuat klasifikasi, diolah, dan ditemukan hubungan-hubungan yang spesifik. Kegiatan dapat dirancang oleh guru melalui situasi yang direkayasa dalam kegiatan tertentu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sehingga peserta didik melakukan aktifitas antara lain menganalisis data, mengelompokan, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksimengestimasi dengan memanfaatkan lembar kerja diskusi atau praktik. Hasil kegiatan mencoba dan mengasosiasi memungkinkan siswa berpikir kritis tingkat tinggi higher order thinking skills hingga berpikir metakognitif. e. Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambarsketsa, diagram, atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar peserta didik mampu mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi peserta didik melalui presentasi, membuat laporan, dan atau unjuk karya

5. Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa peserta didik dengan nada bersemangat dan gembira mengucapkan salam, mengecek kehadiran peserta didik dan menanyakan ketidakhadiran peserta didik apabila ada yang tidak hadir. Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan pemahaman peserta didik terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh peserta didik. Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan agar peserta didik yang belum paham suatu konsep dapat memahami konsep tersebut, sedangkan peserta didik yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat dihilangkan. Pada kegiatan pendahuluan, disarankan guru menunjukkan fenomena atau kejadian “aneh” atau “ganjil” discrepant event yang dapat menggugah timbulnya pertanyaan pada diri peserta didik. Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar learning experience peserta didik. Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan peserta didik secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau prinsip oleh peserta didik dengan bantuan dari guru melalaui langkah-langkah kegiatan yang diberikan di muka. Kegiatan penutup ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh peserta didik. Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai peserta didik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tantangan baru dinamika kehidupan yang makin kompleks menuntut aktivitas pembelajaran bukan sekedar mengulang fakta dan fenomena keseharian yang dapat diduga melainkan mampu menjangkau pada situasi baru yang tak terduga. Dengan dukungan kemajuan teknologi dan seni, pembelajaran diharapkan mendorong kemampuan berpikir pesertan didik hingga situasi baru yang tak terduga. Agar pembelajaran terus menerus membangkitkan kreativitas dan keingintahuan peserta didik, kegiatan pembelajaran kompetensi dilakukan dengan langkah sebagai berikut. Menyajikan atau mengajak peserta didik mengamati fakta atau fenomena baik secara langsung danatau rekonstruksi sehingga peserta didik mencari informasi, membaca, melihat, mendengar, atau menyimak faktafenomena tersebut a. Memfasilitasi diskusi dan tanya jawab dalam menemukan konsep, prinsip, hukum,dan teori b. Mendorong peserta didik aktif mencoba melaui kegiatan eksperimen c. Memaksimalkan pemanfaatan tekonologi dalam mengolah data, mengembangkan penalaran dan memprediksi fenomena d. Memberi kebebasan dan tantangan kreativitas dalam mengomunikasikan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki melalui presentasi danatau unjuk karya dengan aplikasi pada situasi baru yang terduga sampai tak terduga. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Rancangan Pelaksanaan PembelajaranRPP

1. Pengertian RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP menurut Kunandar 2007 : 262-263, rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan salam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. RPP merupakan persiapan yang harus dilakukan guru sebelum mengajar. Persiapan disini dapat diartikan persiapan tertulis maupun persiapan mental, situasi emosional yang ingin dibangun, lingkungan belajar yang produktif, termasuk meyakinkan pembelajar untuk mau terlibat secara penuh. Lingkup dari RPP paling luas mencakup 1 satu kompetensi dasar yang terdiri minimal atas 1 satu indikator untuk minimal 1 satu kali pertemuan. RPP ini sekurang- kurangnya memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Manfaat dari adanya RPP ini agar pembelajaran yang terjadi di dalam kelas dapat mencapai hasil maksimal, karena segala sesuatu yang telah direncanakan terlebih dahulu akan mendapatkan hasil terbaik

2. Landasan Pengembangan RPP

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pend idikan Pasal 20: “Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.

3. Komponen RPP

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007, komponen RPP adalah: Identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

4. Langkah-Langkah Menyusun RPP

a. Menuliskan identitas mata pelajaran yang meliputi: sekolah, mata pelajaran, temasubtema, kelassemester, alokasi waktu b. Menuliskan Standar Kompetensi Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas danatau semester pada suatu mata pelajaran. Pada bagian ini dituliskan standar kompetensi mata pelajaran, cukup dengan cara mengutip pada standar isi atau silabus pembelajaran c. Menuliskan Kompetensi Dasar Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi. Pada bagian ini dituliskan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik setelah proses pembelajaran berakhir, cukup dengan cara mengutip pada standar isi atau silabus pembelajaran. d. Menuliskan Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur danatau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Contoh kata kerja operasional antara lain mengidentifikasi, menghitung, membedakan, menyimpulkan, menceritakan kembali, mempraktekkan, mendemonstrasikan, dan mendeskripsikan. Indikator pencapaian hasil belajar dikembangkan oleh guru dengan memperhatikan perkembangan dan kemampuan setiap peserta didik. Setiap kompetensi dasar dapat dikembangkan menjadi dua atau lebih indikator pencapaian hasil belajar dan disesuaikan dengan keluasan dan kedalaman kompetensi dasar tersebut. Indikator dikembangkan oleh guru sekolah sesuai dengan kondisi daerah dan sekolah masing-masing. Dalam membuat indikator ini, guru juga perlu melihat KD yang sama di kelas sebelum dan sesudahnya agar lebih tepat dalam menentukan indikator sesuai dengan kelas di mana KD tersebut diajarkan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI e. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Tujuan pembelajaran dibuat berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah ditentukan. Tujuan ini difokuskan tergantung pada indikator yang dirumuskan dari SK dan KD pada Standar Isi mata pelajaran yang akan dipelajari peserta didik. f. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk peta konsep sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi g. Alokasi Waktu Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar. h. Menuliskan Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pada bagian ini dituliskan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI semua metode yang akan digunakan selama proses pembelajaran berlangsung i. Merumuskan Kegiatan Pembelajaran 1 Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Pada pendahuluan ini secara garis besar dapat memuat hal-hal sebagai berikut: a Deskripsi singkat; Deskripsi singkat adalah penjelasan singkat secara global tentang isi pelajaran yang berhubungan dengan kompetensi yang diharapkan. Hal ini dimaksudkan agar pada permulaan kegiatan belajarnya, peserta didik telah mendapat jawaban secara global tentang isi pelajaran yang akan dipelajari. b Relevansi;Relevansi adalah kaitan isi pelajaran yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik atau dengan pekerjaan yang dilakukannya sehari-hari. Dalam hal ini dapat juga dengan mengingatkan kembali materi prasyarat apersepsi. c Tujuankompetensi; Tujuan adalah kemampuan atau kompetensi yang akan dicapai peserta didik pada akhir proses belajarnya. 2 Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Menurut Nursyam 2009:1, eksplorasi adalah kegiatan pembelajaran yang didesain agar tercipta suasana kondusif yang memungkinkan peserta didik dapat melakukan aktivitas fisik yang memaksimalkan penggunaan panca indera dengan berbagai cara, media, dan pengalaman yang bermakna dalam menemukan ide, gagasan, konsep, danatau prinsip sesuai dengan kompetensi mata pelajaran. Elaborasi adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan peserta didik mengembangkan ide, gagasan, dan kreasi dalam mengekspresikan konsepsi kognitif melalui berbagai cara baik lisan maupun tulisan sehingga timbul kepercayaan diri yang tinggi tentang kemampuan dan eksistensi dirinya. Konfirmasi adalah kegiatan pembelajaran yang diperlukan agar konsepsi kognitif yang dikonstruksi dalam kegiatan eksplorasi dan elaborasi dapat diyakinkan dan diperkuat sehingga timbul motivasi yang tinggi untuk mengembangkan kegiatan eksplorasi dan elaborasi lebih lanjut. Pada kegiatan inti ini peserta didik mendapat fasilitas atau bantuan untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Pada kegiatan inti secara garis besar berlangsung hal - hal berikut: a Memulai pembelajaran dengan mengajukan masalah soal yang nyata riil bagi peserta didik sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga peserta didik segera terlibat dalam pelajaran secara bermakna; b Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran; c Peserta didik mengembangkan model-model simbolik secara informal terhadap persoalanmasalah yang diajukan; d Pembelajaran berlangsung secara interaktif, dimana peserta didik menjelaskan dan memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya peserta didik lain, menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya, dan mencari alternatif yang lain. 3 Penutup Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut, yaitu seperti berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI a Penarikan kesimpulan dari apa-apa yang telah dipelajari dalampembelajaran sesuai tujuan yang akan dicapai; b Melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pembelajaran; c Pemberian tugas atau latihan. j. Menuliskan Penilaian Hasil Belajar Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada standar penilaian. k. Menentukan MediaAlatBahanSumber Belajar Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Pada bagian ini dituliskan semua mediaalatbahansumber belajar yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rencana pelaksaaan pembelajaran yang berorientasi pembelajaran terpadu dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses yang menjadi pedoman bagi guru dalam proses belajar mengajar. Menurut Trianto 2011: 108, secara umum dalam mengembangkan RPP harus berpedoman pada prinsip pengembangan RPP, yaitu sebagai berikut: a. Kompetensi yang direncanakan dalam RPP harus jelas, konkret, danmudah dipahami. b. RPP harus sederhana dan fleksibel. c. RPP yang dikembangkan sifatnya menyeluruh, utuh, dan jelas pencapaiannya. d. Harus koordinasi dengan komponen pelaksana program sekolah, agar tidak mengganggu jam pelajaran yang lain.

E. Sikap Guru Dalam Proses Belajar Mengajar

1. Pengertian Sikap

Dalam arti sempit sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental. Menurut Brono dalam Muhibbin 1995:120, sikap attitude adalah kecenderungan yang relative menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang lain atau barang tertentu. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecenderungan peserta didik untuk bertindak dengan cara tertentu Muhibbin Syah, 1995 : 120. Sedangkan menurut M. Ngalim Purwanto 1990 : 136, sikap attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Suatu kecenderungan untuk beraksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Sebagai reaksinya maka sikap akan selalu berhubungan dengan dua alternative, yaitu senang atau tidak senang, menurut melaksanakannya atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menjauhi menghindari sesuatu. Bagaimana sikap kita terhadap berbagai hal dalam hidup kita adalah termasuk kedalam kepribadian kita. Komponen sikap yang diutarakan oleh David Krech, Richard S, Crutcfield dan Egerton L. Ballachey Assael, 1995 ; 267-269 dalam bukunya yang berjudul “Individual in Society” adalah meliputi: a. Komponen kognitif The Cognitive Component Komponen ini merupakan suatu sikap terdiri dari kepercayaan mengenai suatu obyek tertentu. Kognisi yang melekat pada system sikap itu merupakan kepercayaan evaluatif terhadap obyeknya yang meliputi penilaian menguntungkan atau tidak menguntungkan, dapat diterima atau tidak diterima, baik atau buruk, dan lain-lain. b. Komponen perasaan The Feeling Component Komponen ini merupakan komponen perasaan yang menunjukkan adanya emosi dalam hubungannya dengan obyek. Suatu obyek dapat dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan, disukai atau tidak disukai. Bobot emosional inilah yang membuat sikap mempunyai sifat mendesak atau bergerak dalam berhubungan dengan obyek. c. Komponen kecenderungan bertindak The Action Tendecy Component Komponen ini mencakup kesiapan-kesiapan bertingkah laku yang berkaitan dengan sikap. Jika seseorang bersikap positif terhadap suatu obyek, maka ia cenderung membantu atau mendukung obyek tersebut; sebaliknya apabila ia bersikap negative, ia cenderung untuk menghukum, merusak atau memusnahkan obyek tersebut. Komponen-komponen sikap tersebut berpengaruh terhadap kesiapan bertindak seseorang dalam menghadapi suatu obyek. Obyek yang dihadapi seseorang menentukan apakah sikap itu termasuk sikap individual atau sikap sosial. Sikap individual adalah sikap yang terdapat pada seseorang dalam hubunganya dengan kesukaannya atau ketidaksukaannya secara pribadi terhadap suatu obyek. Sedangkan sikap sosial adalah sikap yang terdapat pada sekelompok orang dan masyarakat atau seluruh masyarakat yang dimanifestasikan dalam bentuk kegiatan yang sama dan dilakukan berulang- ulang Onong Uchjana Effendy. 1983:90-91. Terbentuknya sikap atau berubahnya sikap dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut Suharsimi. 1990 : 259-268 : a. Hal-hal yang ada didalam diri guru 1 Keadaan dan kondisi tubuh, baik yang dilihat secara nyata dari luar maupun yang tidak seperti mengidap penyakit dalam, seseorang akan terpengaruh dari apa yang ada dalam dirinya tersebut. Bagaimana mereka bersikap dan berperilaku sangat dilandasi oleh bagaimana orang tersebut menyadari akan dirinya. Jika seorang guru merasa bahwa dirinya normal maka sikap dan perilakunya akan mantap. 2 Keadaan psikis guru yang kurang baik akan berpengaruh terhadap sikap dan perilakunya di dalam menghadapi siswa. Apabila dia penggugup, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kurang sabar, kurang teliti, pendendam dan sifat negative lainnya akan dapat mengganggu arus komunikasi belajar mengajar dengan peserta didik, akhirnya kualitas pembelajaran tidak seperti yang diharapkan b. Hal-hal yang ada diluar guru 1 Subyek didik merupakan satu diantara beberapa faktor di luar diri guru yang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku guru di kelas, di lingkungan sekolah, bahkan mungkin di rumahnya ketika didatangi oleh peserta didiknya 2 Pimpinan sekolah yang terdiri dari kepala sekolah dan wakil-wakilnya secara langsung maupun tidak, merupakan “motor pemggerak” bagi guru untuk bersikap dan berperilaku. Apabila pimpinan sekolah besikap baik kepada guru akan memberikan motivasi dan dorongan untuk hal- hal yang berkenaan dengan pelaksanaan tugas mengajar dan tugas-tugas lainya di sekolah, maka guru yang bersangkutan akan melaksanakan tugasnya dengan mantap dan bergairah. 3 Teman sejawat guru, merupakan lingkungan yang menyebabkan guru meras akan hidup dalam “satu korps” yang keberadaannya akan memantapkan hal-hal yang dilakukannya. Kesetiakawanan antar guru akan membentuk iklim oraganisai sekolah, selain memberikan peluang bagi para guru untuk bekerjasama juga mempunyai dampak positif yaitu memberikan dorongan dan motivasi kerja 4 Pegawai tata usaha Untuk memenuhi kebutuhan pengajaran guru mungkin berhubungan dengan pegawai tata usaha untuk meminta atau meminjam alat-alat pelajaran, buku pegangan atau media pendidikan. Untuk memenuhi kebutuhan pribadinya guru berhubungan dengan pegawai tata usaha untuk mengambil gaji, mengurus berbagai surat keterangan atau kenaikan pangkatnya. Apabila tidakkurang harmonis dalam hubungan tersebut, tidak mustahil bahwa guru menjadi kecewa, murung, atau diliputi perasaan negative lainnya. 5 Situasi lingkungan yang kurang mendukung seperti letak geografis, kebersihan, keamanan, keeratan dan keserasian dengan masyarakat sekitar, akan mempunyai pengaruh langsung bagi pandangan guru terhadap lingkungan tersebut. Akhirnya sikap dan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran 6 Orang tua peserta didik, merupakan sumber lain sebagai salah satu faktor yang ikut menentukan sikap dan perilaku guru khususnya dalam berhubungan dengan sikap di sekolah

2. Kategori Sikap Guru Terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan

Saintifik Guru merupakan garda terdepan di setiap perubahan orientasi pendidikan. Keberhasilan pendidikan secara umum tergantung pada kualitas guru termasuk pada implementasi kurikulum, guru menjadi kunci sukses dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tidaknya kurikulum yang ada guru selalu mempersiapkan diri dengan segala perubahan dan mengantisipasi dengan meningkatkan kompetensinya. Ada tiga kategori sikap guru tehadap pembelajaran dengan pendekatan saintifik, yaitu: a. Guru responsive, merupakan guru respon terhadap pengembangan kurikulum. Sikap guru responsive selalu melakukan uji coba atau semacam eksperimen dalam pembelajaran. Kelemahan sikap ini yaitu jika guru sering melakukan inovasi dan melaksanakan eksperimen dapat menimbulkan kebingungan. Ketika uji coba sedang dilaksanakan, ternyata kondisi telah berubah lagi secara berkelanjutan, sehingga tak mungkin kurikulum benar-benar relevan dengan kebutuhan masyarakat. b. Guru tradisional, merupakan para guru patuh pada kurikulum yang ada atau sedang dilaksanakan tanpa berusaha melakukan usaha perubahan dan perbaikkan. Sikap tradisional ini memiliki kelemahan karena kenyataan perubahan terus berlangsung. Jika tidak mengikuti perubahan, maka sekolah ketinggalan dalam mempersiapkan peserta didik dan tidak cocok dengan tuntutan masyarakat. c. Guru Self-Confidence, dimana para guru yang menentukan isi kurikulum bergantung selera atau minat dan kemampuan guru sendiri. Kelemahan sikap ini terlalu menekankan pada minat dan kemampuan guru secara individual akan menyebabkan kurikulum menjadi terlalu berat bagi peserta didik

3. Proses Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar meliputi dua hal yaitu belajar mengajar. Belajar mengajar adalah suatu proses dimana ada proses interaksi antara yang belajar dengan yang mengajar. a. Dalam pengertian yang umum, belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu yang dikenal dengan guru. Pengetahuan tersebut dikumpulkan dari sedikit demi sedikit hingga akhirnya menjadi banyak. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar, sementara orang yang sedikit belajar, dan orang yang tidak berpengetahuan dipandang sebagai orang yang tidak belajar Ali Imron, 1996:2-3. Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat kuat dan fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan tersebut tergantung pada proses beklajar yang dialami oleh peserta didik, baik ketika ia berada di seikolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri oleh karena itu, pemahaman yang benar mengenai arti belajar mutlak diperlukan oleh para pendidik Muhibbin, 1995:88 b. Menurut Muhamad 1983 : 3 mengajar adalah suatu upaya pendidikan dalam memberikan rangsangan, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada peserta didik agar terjadi proses belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Gagne dan Briggs Muhamad, 1983 : 3, yang menyatakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI “Instruction is a set such way that learning is facilitated” dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa yang penting dalam mengajar adalah upaya guru menyampaikan bahan, juga bagaimana siswa dalam mempelajari bahan sesuai dengan tujuan. Dalam hal ini seorang guru bertindak sebagai director dan facilitator of learning yaitu sebagai pengarah dan pemberi fasilitas untuk terjadinya proses belajar. Proses belajar mengajar yang dialami peserta didik akan menghasilkan perubahan baik dalam bidang pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Untuk memperbaiki dan mengoptimalkan proses belajar mengajar maka perlu diperhatikan beberapa aspek yang meliputi pengajaran, interaksi anatar subyek pendidikan dan perlengkapan alat dan sumber belajar. 1 Interaksi antara subyek pendidikan Interaksi peserta didik dan pendidik berkenaan dengan komunikasi atau hubungan timbal balik dua arah antara pendidik dan peserta didik. Hal ini dapat dilihat dalam Tanya jawab atau dialog, bantuan pendidik terhadap peserta didik yang membutuhkan bantuan dan diskusi antar peserta didik. 2 Perlengkapan alat dan sumber belajar Keberhasilan dalam proses belajar mengajar tidak terlepas dari kelengkapan yang dapat dipakai oleh peserta didik dalam belajar dan pendidik dalam mengajar. Perlengkapan yang berupa alat dan sumber belajar berfungsi sebagai penunjang dan daya dukung keberhasilan proses belajar mengajar sehingga dapat mempermudah peserta didik mengajar. 3 Efektivitas pengajaran Efektivitas pengajaran berkenaan dengan jalan upaya teknik atau strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan secara tepat dan cepat Nana Sudjana, 1990 : 35 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus. Pada penelitian ini kesimpulan yang dihasilkan hanya berlaku untuk subjek yang diteliti saja dan berlaku untuk jangka waktu tertentu. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakasanakan untuk memperoleh informasi tentang situasi gejala pada saat penelitian dilakukan Furchan, 2007. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk melukiskan kondisi “apa yang ada” dalam suatu situasi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai sikap, keterampilan menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran dan keterampilan melakukan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dari dua orang guru SMP kelas VIII di Kabupaten Klaten.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Negeri kelas VIII Kabupaten Klaten 1. Tempat Penelitian SMP Negeri X Klaten dan SMP Negeri Y Klaten 2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 29 Juli-29 September 2015 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Subyek dan Obyek Penelitian