Pembelajaran Kontruktivistik Manfaat Penelitian

2 Konstruktivistik menanamkan agar peserta didik membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap peserta didik memerlukan penanganan yang berbeda-beda. 3 Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas peserta didik.

2. Pembelajaran Kontruktivistik

Gagne dalam Siregar, E dan Nara Hartini 2001, instruction as a set of external design to support the several processes of learning, which are internal pembelajaran adalah seperangkat peristiwa-peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang bersifat internal. Lebih lanjut Gagne dalam Siregar, E dan Nara Hartini 2001, mengemukakan suatu definisi pembelajaran yang lebih lengkap: instruction ia intended to promote learning, external situation need to be arranged to active, support and maintain the internal processing that constitutes each learning event. Pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar. Menurut Von Glaserfeld dalam Suparno 1997:21 konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan siswa adalah konstruksi bentukan peserta didik sendiri, ia menegaskan bahwa pengetahuan bukan suatu tiruan dari kenyataan. Von Glaserfeld dalam Suparno 1997 menyebutkan bahwa pengetahuan dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu dia berinteraksi dnegan lingkungan. Maka proses pembelajaran konstruktivistik merupakan suatu teori yang menganggap bahwa belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya peserta didik akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas yang ada di dalam masyarakat. Konsekuensinya pembelajaran harus mampu memberikan pengalaman nyata bagi peserta didik. Sedangkan dalam proses belajar mengajar yang harus aktif adalah peserta didik. Peserta didik sebisa mungkin harus menggali pengetahuan yang telah dimilikinya. Kreatifitas dan keaktifan peserta didik akan membantu mereka untuk menjadi orang yang kritis menganalisa suatu hal karena mereka diajak untuk berpikir bukan hanya meniru yang telah ada Suparno,1997:81. Sedangkan Jacqueline Grennon Brooks dan Martin G. Brooks 1993 menawarkan lima prinsip kunci konstruktivistik teori belajar. Menurutnya terdapat lima panduan prinsip konstruktivisme: Prinsip 1: Permasalahan yang muncul sebagai hal yang relevan dengan peserta didik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dalam banyak contoh, masalah style anda mengajar mungkin akan menjadi relevan dengan selera untuk peserta didik, dan mereka akan mendekatinya, merasakan keterkaitannya kepada kehidupan mereka. Prinsip 2: Struktur belajar di sekitar konsep-konsep utama Mendorong peserta didik untuk membuat makna dari bagian-bagian yang menyeluruhutuh ke dalam bagian-bagian yang terpisah-pisah. Hindari mulai dengan bagian-bagian dahulu untuk membangun kemudian sesuatu yang “menyeluruhutuh”. Prinsip 3: Carikan dan hargai poin-poin pandangan peserta didik sebagai jendela memberi alasan mereka. Tantangan gagasan dan pencarian elaborasi yang tepat ditangkap siswa, sering mengancam banyak peserta didik. Maksudnya adalah bahwa sering para siswa di dalam kelas yang secara tradisional mereka tidak bisa menduga serta menghubungkan apa yang guru maksudkan untuk jawaban yang benar dan cepat, agar ia tidak berada di luar topik dari diskusi kelas yang diadakan. Mereka harus betul- betul “masuk” dan “sibuk” ikut mengkaji tugas-tugas dalam belajar sebagai konstruktivis lingkungan melalui pertanyaan-pertanyaan, sanggahan, ataupun jawaban yang diajukan Prinsip 4: Sesuaikan pembelajaran dengan perkiraan menuju pengembangan peserta didik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Memperkenalkan topik kajian pengembangan dengan tepat atau sesuai, adalah suatu awal yang baik untuk dapat dipahami pengembangan konsep berikutnya Prinsip 5: Nilai hasil belajar peserta didik dalam konteks pembelajaran. Geser atau ubah penilaian itu harus benar-benar sedang menilai apa yang benar-benar sedang terjadi saat penilaian itu. Berlangsung, dan jangan sekali-kali menilai itu dalam kebiasaan skor yang diperoleh seseorang dari waktu ke waktu. Ekspresi anda bisa bervariasi, kadang-kadang optimis, periang, namun sesekali bisa pesimis, sedih, maupun marah. Namun perlu diingat marahnya seorang guru dalam kerangka sedang mendidik, dalam konteks pembelajaran, bukan marah mengekspresikan kekesalan. Dalam sistem belajar mengajar yang konstruktivis guru diberi kebebasan untuk mengajar dikelasnya sesuai dengan keadaan peserta didik. Guru perlu diberi kebebasan untuk menggunakan metode yang relevan yang menuntut keaktifan peserta didik. Guru sebaiknya menyediakan prasarana yang akan meningkatkan kreativitas peserta didik dalam membentuk pengetahuan Suparno, 1997:83. Maka proses belajar konstruktivistik adalah pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuaru pada pemutahiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas. B. KURIKULUM

1. Pengertian Kurikulum