Sikap, keterampilan menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran dan keterampilan melakukan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dari dua orang guru SMP Kelas VIII di Kabupaten Klaten.

(1)

vii ABSTRAK

Margareta Hesti Kurniasari. 2016. SIKAP, KETERAMPILAN MENYUSUN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DAN KETERAMPILAN MELAKUKAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINSTIFIK DARI DUA ORANG GURU SMP KELAS VIII DI KABUPATEN KLATEN. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sikap, keterampilan menyusun rancangan pembelajaran dan keterampilan melakukan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dari dua orang guru SMP kelas VIII di Kabupaten Klaten. Subjek penelitian ini adalah guru kelas VIII SMP di Kabupaten Klaten.

Objek dalam penelitian ini adalah sikap, keterampilan menyusun rancangan pembelajaran dan keterampilan melakukan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti menggunakan alat bantu dengan lembar kuesioner sikap guru, lembar penilaian RPP dan lembar observasi. Data dianalisis dengan menggunakan skala Likert.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua orang guru tersebut menunjukkan sikap positif terhadap pendekatan saintifik. Dalam keterampilan menyusun RPP yang dilakukan guru adalah menyusun RPP yang menjabarkan langkah Pendekatan Saintifik. Guru sudah melaksanakan pembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifk meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi/menalar, dan mengkomunikasikan. Namun pelaksanaan pembelajran tersebut belum maksimal.


(2)

viii ABSTRACT

Margareta Hesti Kurniasari. 2016. Attitude, Arrange Skills Design Implementation of Learning and Doing the Learning Skill Using a Scientific Approach of Two Teachers VIIIth Grade Junior High School in the District Klaten. Thesis. Physics Education Study Program. Department of Mathematics and Natural Sciences. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University Yogyakarta.

This study aimed to describe the attitude, skill learning and skills is drafting perform learning to use the scientific approach of two junior high school teacher in class VIII in Klaten District. This research subject is class VIII junior high school teachers in the district of Klaten.

The object of this research is the attitude, skill learning and skills is drafting perform learning using a scientific approach. Instruments in this study were researchers used a questionnaire tools with teacher attitudes, assessment sheets RPP and observation sheet. Data were analyzed by using Likert scale.

The results showed that two teachers showed a positive attitude towards scientific approach. In preparing RPP skills that teachers are preparing lesson plans that outline measures Scientific Approach. Teachers are already implementing learning using Saintifk approach includes activities to observe, ask, gather information / try, associate / reasoning, and communicate. However pembelajran implementation is not maximized.


(3)

SIKAP, KETERAMPILAN MENYUSUN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DAN KETERAMPILAN MELAKUKAN

PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DARI DUA ORANG GURU SMP KELAS VIII DI KABUPATEN KLATEN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Margareta Hesti Kurniasari NIM: 091424020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Rasa syukur yang mendalam kupanjatkan kehadirat-Mu ya Allah. Dengan rahmat-Mu kupersembahkan karya ini kepada:

Ayah Paulus Agus Sunaryanto dan Ibu CA. Dwi Purnami yang tak pernah lelah mendoakan serta mendukungku.

Almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Agamaku, Nusa dan Bangsa


(7)

(8)

(9)

vii ABSTRAK

Margareta Hesti Kurniasari. 2016. SIKAP, KETERAMPILAN MENYUSUN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DAN KETERAMPILAN MELAKUKAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINSTIFIK DARI DUA ORANG GURU SMP KELAS VIII DI KABUPATEN KLATEN. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sikap, keterampilan menyusun rancangan pembelajaran dan keterampilan melakukan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dari dua orang guru SMP kelas VIII di Kabupaten Klaten. Subjek penelitian ini adalah guru kelas VIII SMP di Kabupaten Klaten.

Objek dalam penelitian ini adalah sikap, keterampilan menyusun rancangan pembelajaran dan keterampilan melakukan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti menggunakan alat bantu dengan lembar kuesioner sikap guru, lembar penilaian RPP dan lembar observasi. Data dianalisis dengan menggunakan skala Likert.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua orang guru tersebut menunjukkan sikap positif terhadap pendekatan saintifik. Dalam keterampilan menyusun RPP yang dilakukan guru adalah menyusun RPP yang menjabarkan langkah Pendekatan Saintifik. Guru sudah melaksanakan pembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifk meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi/menalar, dan mengkomunikasikan. Namun pelaksanaan pembelajran tersebut belum maksimal.


(10)

viii ABSTRACT

Margareta Hesti Kurniasari. 2016. Attitude, Arrange Skills Design Implementation of Learning and Doing the Learning Skill Using a Scientific Approach of Two Teachers VIIIth Grade Junior High School in the District Klaten. Thesis. Physics Education Study Program. Department of Mathematics and Natural Sciences. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University Yogyakarta.

This study aimed to describe the attitude, skill learning and skills is drafting perform learning to use the scientific approach of two junior high school teacher in class VIII in Klaten District. This research subject is class VIII junior high school teachers in the district of Klaten.

The object of this research is the attitude, skill learning and skills is drafting perform learning using a scientific approach. Instruments in this study were researchers used a questionnaire tools with teacher attitudes, assessment sheets RPP and observation sheet. Data were analyzed by using Likert scale.

The results showed that two teachers showed a positive attitude towards scientific approach. In preparing RPP skills that teachers are preparing lesson plans that outline measures Scientific Approach. Teachers are already implementing learning using Saintifk approach includes activities to observe, ask, gather information / try, associate / reasoning, and communicate. However pembelajran implementation is not maximized.


(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, rahmat, bimbingan dan kesempatan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Sikap, Keterampilan Menyusun Rancangan Pembelajaran dan Keterampilan Melakukan Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik dari Dua Orang Guru SMP Kelas VIII di Kabupaten Klaten”. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat dukungan doa, semangat dan bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itun penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Johannes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Edi Santosa, M.s., selaku ketua Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

4. Bapak Drs. Domi Severinus,M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar, tekun, tulus dan iklhas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, dan masukan yang membangun dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.


(12)

x

5. Ibu Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberi semangat dan motivasi

6. Segenap Dosen Universitas Sanata Dharma yang telah membantu memberikan bekal pengetahauan kepada penulis

7. Segenap karyawan sekretariat JPMIPA yang telah memberikan bantuan dalam melancarkan perijinan surat ke sekolah

8. Dra. Woro Subaningsih selaku Kepala Sekolah SMP Negeri Y Klaten dan Marjadi, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMP negeri X Klaten beserta guru-guru yang telah mengizinkan dan membantu penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan penulisan skripsi

9. Bapak Muhammad Arifin Gunawan selaku guru fisika SMP Negeri Y Klaten dan Ibu Indah Parwati selaku guru fisika SMP Negeri X Klaten yang telah memberikan dukungan, bantuan dan masukan dalam penelitian

10.Siswa SMP Negeri X Klaten dan SMP Negeri Y Klaten yang menjadi partisipan dan mendukung dalam penelitian.

11.Kedua Orang Tua saya tercinta Bapak Paulus Agus Sunaryanto dan Ibu Cordola Agata Dwi Purnami yang telah memberikan dukungan materi maupun moril serta doa, kasih sayang sehingga saya termotivasi untuk tetap berjuang

12.Suami tercinta Yohanes Ady Pratama yang telah memberi dukungan doa, kasih sayang sehingga saya termotivasi untuk tetap berjuang


(13)

xi

13.Ananda tercinta Gregorius Denias Asa Pradipta yang telah memberi dukungan, motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

14.Kakak tercinta Stevanus Agus Kurniawan yang telah memberikan doa dan dukungan

15.Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika umumnya dan Program Studi Fisika 2009 Khususnya

16.Semua pihak yang tidak penulis sebut satu persatu yang telah membantu dalam menyelasaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Penulis mengharpkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta, 14 Oktober 2016 Penulis


(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……….…ii

HALAMAN PENGESAHAN ………...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………...…….iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….…v

HALAMAN PENYATAAN PERSTUJUAN PUBLIKASI …….……… vi

ABSTRAK ………...…………...…..vii

ABSTRACT ………...……...viii

KATA PENGANTAR ………...………ix

DAFTAR ISI ….………...…....xii

DAFTAR TABEL …….………..………xvi

DAFTAR LAMPIRAN ……….……... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………...……….……. 1

B. Perumusan Masalah ……….………...……....5

C. Tujuan Penelitian ………..………...……….……..…… 6

D. Manfaat Penelitian ……….……….… 6

BAB II DASAR TEORI A. Pendekatan Konstruktivistik ……….……….….…… 8


(15)

xiii

1. Pengertian Konstruktivisme ………...….….…….. 8

2. Pembelajaran Konstruktivisme ……….…...… 11

B. Kurikulum ………..……….….. 15

1. Pengertian Kurikulum ………... 15

2. Pengertian Kurikulum 2013 ………...….. 16

3. Tujuan Kurikulum 2013 ………...…… 16

C. Pendekatan Saintifik ………. 17

1. Pengertian Pembelajaran Saintifik ………...…… 17

2. Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ………. 19

3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ………...……. 20

4. Langkah-Langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik…….20

5. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran ………. 22

D. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ……….…... 25

1. Pengertian RPP ………...…… 25

2. Landasan RPP ……….…. 25

3. Kompponen RPP ………...…… 26

4. Langkah-Langkah Menyusun RPP ………... 26

E. Sikap Guru dalam Proses Belajar Mengajar …...……….. 33

1. Pengertian Sikap ………...…… 33

2. Kategori Sikap Guru Terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ………...……...…. 37


(16)

xiv BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian …………...……….………. 42

B. Tempat dan Waktu Penelitian ………...…….…………...… 42

1. Tempat Penelitian ………..………...……… 42

2. Waktu Penelitian ………...……... 42

C. Subyek dan Obyek Penelitian ……….….. 43

1. Subyek Penelitian ………...………..…… 43

2. Obyek Penelitian ………...………..……. 43

D. Prosedur Penelitian ………...……… 43

1. Orientasi Sekolah ………...………...…...… 44

2. Membuat Instrumen Penelitian ………...….. 44

3. Mengumpulkan Data ………..………….. 44

4. Menganalisis Data ……….……..…………. 45

5. Membuat Kesimpulan ………..… 45

E. Teknik Pengumpulan Data ……….……... 46

1. Metode Angket ……….……….... 46

2. Metode Dokumentasi ……….………..… 46

3. Metode Observasi ………..………...… 46 F. Instrumen Penelitian ……….….…………..…. 47

1. Lembar Sikap Guru ……….……….…… 47

2. Lembar Penilaian ………...…...……… 47


(17)

xv

G. Metode Analisis Data ……….……….………..……….... 52

1. Analisis Data Lembar Sikap Guru ………...………... 52

2. Analisis Data Lembar Keterampilan Menyusun RPP ………...……... 54

3. Analisi Data Lembar Keterampilan Melakukan Pembelajaran…………..…55

BAB IV DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Umum Sekolah dan Guru ……….………... 57

1. SMP Negeri X Klaten ………...……… 57

2. SMP Negeri Y Klaten ………...…...………… 58

B. Perencanaan Penelitian ………...……….. 59

C. Pelaksanaan Penelitian ………..……… 60

1. SMP Negeri X Klaten ………...…………...………. 61

2. SMP Negeri Y Klaten ………...………...………. 62

D. Analisis dan Pembahasan ………..……….……….. 64 1. Analisis dan Pembahasan Lembar Sikap Guru ………..…….……. 64

2. Analisis dan Pembahasan Lembar Keterampilan Menyusun RPP …...…… 67

3. Analisis dan Pembahasan Lembar Keterampilan Melakukan Pembelajaran………. 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ………... 94 B. SARAN………...…...….. 95


(18)

xvi DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Prosedur Penelitian ………... 43

Tabel 3.2. Komponen RPP yang Dinilai ……….. 47

Tabel 3.3. Pedoman Observasi Pelaksanaan Pembelajaran ………. 50

Tabel 3.4. Skala Likert Sikap Guru ………...….. 52

Tabel 3.5. Skor Lembar Sikap Guru ……… 53

Tabel 3.6. Skala Likert Keterampilan Menyusun RPP ……… 54

Tabel 3.7. Skor Lembar Keterampilan Menyusun RPP ……….. 55

Tabel 3.8. Skala Likert Keterampilan Melakukan Pembelajaran ……… 55

Tabel 3.9. Skor Lembar Keterampilan Melakukan Pembelajaran ……….….. 56

Tabel 4.1. Hasil Skor Lembar Sikap Guru ………... 65

Tabel 4.2. Hasil Skor Keterampilan Menyusun RPP ………...… 67


(19)

xvii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A.1. Surat Permohonan Ijin Penelitian ………..….. 99

Lampiran A.2. Surat Permohonan Ijin Penelitian dari BAPPEDA Kabupaten Klaten ………... 101

Lampiran A.3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SMP Negeri X Klaten ………... 102

Lampiran A.4. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SMP Negeri Y Klaten ………..…….. 103

Lampiran A.5. Jadwal Pelajaran SMP Negeri X KLaten………..…. 104

Lampiran A.6. Jadwal Pelajaran SMP Negeri Y Klaten ……… 105

Lampiran A.7. Lembar sikap Guru………... 106

Lampiran A.8. Lembar Keterampilan Menyusun RPP ……….. 110

Lampiran A.9. Lembar Keterampilan Melakukan Pembelajaran ……….. 112

Lampiran B.1. Data Lembar Sikap Guru SMP Negeri X Klaten …………..…… 116

Lampiran B.2. Data Lembar Sikap Guru SMP Negeri Y Klaten ……….. 120

Lampiran B.3. Data Lembar Keterampilan Menyusun RPP SMP Negeri X Klaten ……….... 124

Lampiran B.4. Data Lembar Keterampilan Menyusun RPP SMP Negeri Y Klaten ………...….. 129

Lampiran B.5. Data Lembar Keterampilan Melakukan Pembelajaran SMP Negeri X Klaten ………...………. 134 Lampiran B.6. Data Lembar Keterampilan Melakukan Pembelajaran SMP Negeri Y


(20)

xviii

Klaten ………. 138

Lampiran C.1 RPP SMP Negeri X Klaten ………. 143

Lampiran C.2. RPP SMP Negeri Y Klaten ……… 161


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tuntutan berbagai perubahan pendidikan yang bersifat mendasar dihadapkan pada berbagai tantangan yang diakibatkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi yang semakin pesat perkembangannya. Ilmu pengetahuan yang semakin berkembang terus-menerus menuntut meningkatnya kualitas pendidikan. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk meningkatkan mutu pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Peningkatan mutu kualitas pendidikan, seorang guru harus siap untuk menghadapi berbagai perubahan pendidikan. Persiapan profesionalisme atau persiapan dalam bidang pendidikan, bertujuan untuk membekali diri dengan pengetahuan, keahlian dan kecakapan dalam bidang tertentu.

Guru memegang peranan penting dalam perbaikan sumber daya manusia. Dalam proses belajar mengajar seorang guru memiliki sikap yang berbeda-beda dihadap peserta didik. Sikap guru yang diperhatikan tersebut merupakan pancaran kepribadian guru yang sebenarnya. Sikap yang dimiliki guru dalam proses belajar-mengajar tersebut dipengaruhi oleh konsep diri yang dimilikinya.

Sikap merupakan kecenderungan atau kesiapan seseorang untuk bereaksi atau bertindak menurut cara sesuatu obyek baik manusia maupun


(22)

bukan manusia (Sinurat, 2002 : 1). Demikian juga sikap seorang guru dalam proses belajar mengajar akan menunjukkan kesiapan untuk bertindak sesuatu yang dianggapnya terbaik. Sikap guru terhadap dirinya sendiri sangat dipengaruhi oleh cara orang sekitarnya memberlakukannya terutama ketika masa kanak-kanak, dimana ia belum mampu menyaring benar tidaknya perkataan orang lain tentang dirinya.

Guru profesional dalam bidangnya, harus banyak berlatih mengembangkan pengetahuan dan kecakapaannya tersebut. Kesiapan seorang guru sangat mempengaruhi proses belajar peserta didik. Guru profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut disusun standar pendidikan nasional, terdiri atas: standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses disebutkan bahwa setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban


(23)

menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan perlu melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran dengan strategi yang benar untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Kurikulum 2013 sangat menuntut kesiapan guru dan sekolah dalam menghadapi kurikulum tersebut. Dalam hal ini sebaik apapun sebuah kurikulum, jika tidak didukung oleh kesiapan guru dan sekolah maka semua itu akan sia-sia. Sosialisasi kurikulum baru atau kurikulum 2013 belum merata, sehingga banyak guru yang masih belum memahami dengan baik apa dan bagaimana cara mengimplementasikan kurikulum 2013, sehingga hasilnya masih sangat diragukan. Berkaitan dengan kenyataan tersebut seharusnya sebelum kurikulum 2013 dilaksanakan, harus ditingkatkan dulu kesiapan guru dan sekolah dalam melaksanakan kurikulum baru. Perubahan kurikulum pendidikan untuk penyempurnaan mutu pendidikan, merupakan topik yang menarik untuk didiskusikan. Keberhasilan penyelenggaraan kurikulum tentu tidak terlepas dari tanggungjawab sumber daya manusia di bidang pendidikan (guru) serta tidak kalah pentingnya dukungan dari masyarakat sendiri. Pengembangan kurikulum


(24)

dilakukan untuk semakin menjamin kualitas pendidikan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional, yakni mengembangkan potensi perserta didik. Mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh mutu dan kualitas para pengajarnya, maka sistem pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari sistem kurikulum yang diterapkan. Dimana kurikulum tersebut menjadi pedoman bagi para pengajar. Guru IPA di SMP, sudah tidak asing jika menggunakan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013. Dengan demikian persoalan dalam membuat sebuah perencanaan proses pembelajaran juga tidak begitu terlalu sulit.

Kesiapan guru dalam menerapakan kurikulum 2013 dapat dilihat dari perencanaan proses pembelajaran yang dibuat oleh guru. Rencana pelaksanaan pembelajaran sangat bermanfaat bagi guru sebagai arah pedoman pembelajaran. Kesiapan guru SMP dapat ditinjau dari pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”. Sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi


(25)

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Namun pedoman dan arah RPP yang sudah diamanatkan seperti tersebut di atas mengalami interpretasi yang meluas dan melebar. Tidak hanya dilihat dari RPP saja tetapi juga dilihat sikap dan keterampilan guru dalam proses belajar mengajar menggunakan pendekatan saintifik. Tak dapat dipungkiri, semakin lama bentuk dan ketebalan RPP semakin meluas dan berlembar-lembar.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka penulis dapat merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana sikap guru terhadap pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik di SMP Kelas VIII di Kabupaten Klaten?

2. Bagaimana keterampilan guru dalam menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik di SMP Kelas VIII Di Kabupaten Klaten?

3. Bagaimana keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik di SMP Kabupaten Klaten?


(26)

C. Tujuan Penelitian Tujuan penulis ini adalah:

1. Untuk mengetahui sikap guru dalam pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik di SMP Kelas VIII di Kabupaten Klaten.

2. Untuk mengetahui keterampilan guru dalam menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik di SMP Kelas VIII Di Kabupaten Klaten.

3. Untuk mengetahui keterampilan guru dalam melakukan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik di SMP Kabupaten Klaten.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Guru

Sebagai sumber informasi dan sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan kurikulum 2013 kepada peserta didik. Dapat memudahkan guru dalam menyiapkan kurikulum baru dan diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru untuk melakukan penilaian sesuai dengan standar penilaian pendidikan.

2. Bagi Sekolah

Sebagai sumbar informasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan membuka wawasan tentang pentingnya melakukan penilaian sesuai dengan kurikulum baru.


(27)

3. Bagi peneliti

Dapat menambah wawasan yang luas dan bisa mengetahui kesiapan guru dalam menerapkan kurikulum baru kepada peserta didik pada mata pelajaran fisika


(28)

BAB II DASAR TEORI

A. PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK 1. Pengertian Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran kontekstual yaitu pengetahuan dibagun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna pengalaman nyata. Menurut Slavin seperti dikutip oleh Dibyo, Bambang (2013) teori konstruktivistik adalah teori yang menyatakan bahwa peserta didik secara individual harus menemukan dan mentransformasi informasi kompleks mengecek informasi yang baru terhadap aturan informasi yang lama, dan merevisi aturan-aturan yang lama bila sudah tidak sesuai lagi. Filsafat konstruktivisme adalah filsafat yang mempelajari hakikat pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu terjadi. Menurut Glasersfeld dalam Dibyo, Bambang (2013) konstruktivisme sebagai teori pengetahuan dengan akar dalam ”filosofi, psychology, dan cybemetics”. Von Glasersfeld mendefinisikan konstruktivisme radikal selalu membentuk konsepsi pengetahuan, Ia melihat pengetahuan sebagai hal yang dengan aktif menerima apapun melalui


(29)

pemikiran sehat atau melalui komunikasi. Apabila peserta didik yang menekuni pengetahuan itu, maka pengetahuan yang akan diperoleh adalah bentukan peserta didik sendiri. Dalam hal ini, pengetahuan bukanlah suatu bentukkan yang sudah jadi atau sudah ada sejak lahir namun sesuatu yang harus dibentuk sendiri dalam pemikiran sendiri. This, according to Piaget and Inhelder in Grennon Brooks, J dan G. Brooks.M, (1993:5), occurs because knowledge comes neither from the subyek nor the obyek, but from the unity of the two. Menurut Piaget dan Inhelder dalam Grennon Brooks, J dan G. Brookss. M, (1993), pengetahuan terjadi karena bukan datang dari satu subyek atau obyek, tetapi melainkan dari dua kesatuan tersebut.

Teori konstruktivisme memiliki kelebihan dan kekurangan (Dibyo,Bambang,2013):

a. Kelebihan:

1) Pembelajaran konstruktivistik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa peserta didik sendiri.

2) Pembelajaran konstrukivistik memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki peserta didik sehingga peserta didik terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang peserta didik.


(30)

3) Pembelajaran konstruktivistik memberi peserta didik kesempatan untuk berfikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong speserta ddiik berfikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat

4) Pembelajaran konstruktivistik memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba gagasan baru agar peserta didik terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan bebrbagai konteks.

5) Pembelajaran konstruktivistik mendorong peserta didik untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan peserta didik untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.

6) Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung peserta didik mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.

b. Kekurangan

1) Peserta didik mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi peserta didik tidak cocok dengan hasil konstruksi para ahli sehingga menyebabkan miskonsepsi.


(31)

2) Konstruktivistik menanamkan agar peserta didik membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap peserta didik memerlukan penanganan yang berbeda-beda. 3) Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua

sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas peserta didik.

2. Pembelajaran Kontruktivistik

Gagne dalam Siregar, E dan Nara Hartini (2001), instruction as a set of external design to support the several processes of learning, which are internal (pembelajaran adalah seperangkat peristiwa-peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang bersifat internal). Lebih lanjut Gagne dalam Siregar, E dan Nara Hartini (2001), mengemukakan suatu definisi pembelajaran yang lebih lengkap: instruction ia intended to promote learning, external situation need to be arranged to active, support and maintain the internal processing that constitutes each learning event. Pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar.

Menurut Von Glaserfeld dalam Suparno (1997:21) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan


(32)

siswa adalah konstruksi (bentukan) peserta didik sendiri, ia menegaskan bahwa pengetahuan bukan suatu tiruan dari kenyataan.

Von Glaserfeld dalam Suparno (1997) menyebutkan bahwa pengetahuan dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu dia berinteraksi dnegan lingkungan.

Maka proses pembelajaran konstruktivistik merupakan suatu teori yang menganggap bahwa belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya peserta didik akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas yang ada di dalam masyarakat. Konsekuensinya pembelajaran harus mampu memberikan pengalaman nyata bagi peserta didik.

Sedangkan dalam proses belajar mengajar yang harus aktif adalah peserta didik. Peserta didik sebisa mungkin harus menggali pengetahuan yang telah dimilikinya. Kreatifitas dan keaktifan peserta didik akan membantu mereka untuk menjadi orang yang kritis menganalisa suatu hal karena mereka diajak untuk berpikir bukan hanya meniru yang telah ada (Suparno,1997:81).

Sedangkan Jacqueline Grennon Brooks dan Martin G. Brooks (1993) menawarkan lima prinsip kunci konstruktivistik teori belajar. Menurutnya terdapat lima panduan prinsip konstruktivisme:

Prinsip 1: Permasalahan yang muncul sebagai hal yang relevan dengan peserta didik.


(33)

Dalam banyak contoh, masalah style anda mengajar mungkin akan menjadi relevan dengan selera untuk peserta didik, dan mereka akan mendekatinya, merasakan keterkaitannya kepada kehidupan mereka.

Prinsip 2: Struktur belajar di sekitar konsep-konsep utama

Mendorong peserta didik untuk membuat makna dari bagian-bagian yang menyeluruh/utuh ke dalam bagian-bagian yang terpisah-pisah. Hindari mulai dengan bagian-bagian dahulu untuk membangun kemudian sesuatu yang “menyeluruh/utuh”.

Prinsip 3: Carikan dan hargai poin-poin pandangan peserta didik sebagai jendela memberi alasan mereka.

Tantangan gagasan dan pencarian elaborasi yang tepat ditangkap siswa, sering mengancam banyak peserta didik. Maksudnya adalah bahwa sering para siswa di dalam kelas yang secara tradisional mereka tidak bisa menduga serta menghubungkan apa yang guru maksudkan untuk jawaban yang benar dan cepat, agar ia tidak berada di luar topik dari diskusi kelas yang diadakan. Mereka harus betul-betul “masuk” dan “sibuk” ikut mengkaji tugas-tugas dalam belajar sebagai konstruktivis lingkungan melalui pertanyaan-pertanyaan, sanggahan, ataupun jawaban yang diajukan

Prinsip 4: Sesuaikan pembelajaran dengan perkiraan menuju pengembangan peserta didik.


(34)

Memperkenalkan topik kajian pengembangan dengan tepat atau sesuai, adalah suatu awal yang baik untuk dapat dipahami pengembangan konsep berikutnya

Prinsip 5: Nilai hasil belajar peserta didik dalam konteks pembelajaran. Geser atau ubah penilaian itu harus benar-benar sedang menilai apa yang benar-benar sedang terjadi saat penilaian itu. Berlangsung, dan jangan sekali-kali menilai itu dalam kebiasaan skor yang diperoleh seseorang dari waktu ke waktu. Ekspresi anda bisa bervariasi, kadang-kadang optimis, periang, namun sesekali bisa pesimis, sedih, maupun marah. Namun perlu diingat marahnya seorang guru dalam kerangka sedang mendidik, dalam konteks pembelajaran, bukan marah mengekspresikan kekesalan.

Dalam sistem belajar mengajar yang konstruktivis guru diberi kebebasan untuk mengajar dikelasnya sesuai dengan keadaan peserta didik. Guru perlu diberi kebebasan untuk menggunakan metode yang relevan yang menuntut keaktifan peserta didik. Guru sebaiknya menyediakan prasarana yang akan meningkatkan kreativitas peserta didik dalam membentuk pengetahuan (Suparno, 1997:83).

Maka proses belajar konstruktivistik adalah pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuaru pada pemutahiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas.


(35)

B. KURIKULUM

1. Pengertian Kurikulum

Kurikulum dalam pandangan klasik, dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu sekolah atau madrasah. Pelajaran – pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah atau madrasah, itulah kurikulum. Kurikulum mempunyai berbagai macam arti, yaitu 1) sebagai rencana pembelajar, 2) sebagai rencana belajar peserta didik, 3) sebagai pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik dari sekolah atau madrasah (Sholeh 2013 : 20).

Pengertian kurikulum diatas dapat diartikan juga bahwa kurikulum merupakan “peta jalan” yang akan menjadi acuan oleh setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara, khususnya oleh guru dan kepala sekolah. Dengan demikian, kurikulum mempunyai peranan sentral karena menjadi arah atau titik pusat dari proses pendidikan. Fungsi kurikulum bagi guru yaitu kurikulum sebagai alat pedoman bagi guru dalam melaksanakan program pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pendidikan atau sekolah dimana guru itu mengajar (Sholeh 2013: 26).

Sejalan dengan penerapan manajemen pendidikan berbasis sekolah, guru tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana kurikulm tetapi juga sebagai perancang dan penilai kurikulum itu sendiri. Dengan demikian, guru selalu dituntut untuk meningkatkan kemampuannya sesuai dengan perkembangan


(36)

kurikulum bagi guru merupakan suatu hal yang mutlak dan menjadi kewajibannya.

2. Pengertian Kurikulum 2013

Menurut E.Mulyasa, kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi lahir sebagai jawaban terhadap berbagai kritikan terhadap kurikulum sebelumnya, serta sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan dunia kerja. Kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi seperti yang digariskan dalam negara

3. Tujuan Kurikulum 2013

Menurut E.Mulyasa, kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum difokuskan pada pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa panduan pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap konsep yang dipelajarinya secara konseptual.


(37)

C. PENDEKATAN SAINTIFIK

1. Pengertian Pembelajaran Saintifik

Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan kemampuan untuk belajar, bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta didik (Zamroni, 2000; &Semiawan, 1998). Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis peningkatan keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu.

Model ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Dalam model ini peserta didik diajak untuk melakukan proses


(38)

pencarian pengetahuan berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana dilakukan oleh para ilmuwan (scientist) dalam melakukan penyelidikan ilmiah (Nur: 1998), dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya. Fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan peserta didik dalam memproseskan pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang diperlukan.

Model ini juga tercakup penemuan makna (meanings), organisasi, dan struktur dari ide atau gagasan, sehingga secara bertahap peserta didik belajar bagaimana mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran berbasis keterampilan proses sains menekankan pada kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri (discover) pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum, prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dengan demikian peserta didik lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran.

Model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains berpotensi membangun kompetensi dasar hidup peserta didik melalui pengembangan keterampilan proses sains, sikap ilmiah, dan proses konstruksi pengetahuan


(39)

secara bertahap. Keterampilan proses sains pada hakikatnya adalah kemampuan dasar untuk belajar (basic learning tools) yaitu kemampuan yang berfungsi untuk membentuk landasan pada setiap individu dalam mengembangkan diri (Chain and Evans: 1990).Sesuai dengan karakteristik fisika sebagai bagian dari natural science, pembelajaran fisika harus merefleksikan kompetensi sikap ilmiah, berfikir ilmiah, dan keterampilan kerja ilmiah

2. Tujuan Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah:

a. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik.

b. Untuk membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.

c. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana peserta didik merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

d. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

e. Untuk melatih peserta didik dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.


(40)

3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik

Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik b. Pembelajaran membentuk students’ self concept c. Pembelajaran terhindar dari verbalisme

d. Pembelajaran memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip

e. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir peserta didik

f. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar peserta didik dan motivasi mengajar guru

g. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih kemampuan dalam komunikasi

h. Adanya proses validasi terhadap konsep, hokum, dan prinsip yang dikonstruksi peserta didik dalam struktur kognitifnya

4. Langkah-Langkah Umum Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik Kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan mengkomunikasikan

a. Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses


(41)

mengamati fakta atau fenomena mencakup mencari informasi, melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak.

b. Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun pengetahuan peserta didik dalam bentuk konsep, prisnsip, prosedur, hukum dan teori, hingga berpikir metakognitif. Tujuannnya agar peserta didik memiliki kemapuan berpikir tingkat tinggi (critical thingking skill) secara kritis, logis, dan sistematis. Proses menanya dilakukan melalui kegiatan diskusi dan kerja kelompok serta diskusi kelas. Praktik diskusi kelompok memberi ruang kebebasan mengemukakan ide/gagasan dengan bahasa sendiri, termasuk dengan menggunakan bahasa daerah.

c. Kegiatan mencoba/mengumpulkan data bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan peserta didik untuk memperkuat pemahaman konsep dan prinsip/prosedur dengan mengumpulkan data, mengembangkan kreatifitas, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan ini mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan eksperimen, serta memperoleh, menyajikan, dan mengolah data. Pemanfaatan sumber belajar termasuk mesin komputasi dan otomasi sangat disarankan dalam kegiatan ini.

d. Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan bersikap ilmiah. Data yang diperoleh dibuat klasifikasi, diolah, dan ditemukan hubungan-hubungan yang spesifik. Kegiatan dapat dirancang oleh guru melalui situasi yang direkayasa dalam kegiatan tertentu


(42)

sehingga peserta didik melakukan aktifitas antara lain menganalisis data, mengelompokan, membuat kategori, menyimpulkan, dan memprediksi/mengestimasi dengan memanfaatkan lembar kerja diskusi atau praktik. Hasil kegiatan mencoba dan mengasosiasi memungkinkan siswa berpikir kritis tingkat tinggi (higher order thinking skills) hingga berpikir metakognitif.

e. Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau grafik. Kegiatan ini dilakukan agar peserta didik mampu mengomunikasikan pengetahuan, keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi peserta didik melalui presentasi, membuat laporan, dan/ atau unjuk karya

5. Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa peserta didik dengan nada bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran peserta didik dan menanyakan ketidakhadiran peserta didik apabila ada yang tidak hadir.


(43)

Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan pemahaman peserta didik terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh peserta didik. Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan agar peserta didik yang belum paham suatu konsep dapat memahami konsep tersebut, sedangkan peserta didik yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat dihilangkan. Pada kegiatan pendahuluan, disarankan guru menunjukkan fenomena atau kejadian “aneh” atau “ganjil” (discrepant event) yang dapat menggugah timbulnya pertanyaan pada diri peserta didik.

Kegiatan inti merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience) peserta didik. Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan peserta didik secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau prinsip oleh peserta didik dengan bantuan dari guru melalaui langkah-langkah kegiatan yang diberikan di muka. Kegiatan penutup ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh peserta didik. Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai peserta didik.


(44)

Tantangan baru dinamika kehidupan yang makin kompleks menuntut aktivitas pembelajaran bukan sekedar mengulang fakta dan fenomena keseharian yang dapat diduga melainkan mampu menjangkau pada situasi baru yang tak terduga. Dengan dukungan kemajuan teknologi dan seni, pembelajaran diharapkan mendorong kemampuan berpikir pesertan didik hingga situasi baru yang tak terduga. Agar pembelajaran terus menerus membangkitkan kreativitas dan keingintahuan peserta didik, kegiatan pembelajaran kompetensi dilakukan dengan langkah sebagai berikut. Menyajikan atau mengajak peserta didik mengamati fakta atau fenomena baik secara langsung dan/atau rekonstruksi sehingga peserta didik mencari informasi, membaca, melihat, mendengar, atau menyimak fakta/fenomena tersebut

a. Memfasilitasi diskusi dan tanya jawab dalam menemukan konsep, prinsip, hukum,dan teori

b. Mendorong peserta didik aktif mencoba melaui kegiatan eksperimen c. Memaksimalkan pemanfaatan tekonologi dalam mengolah data,

mengembangkan penalaran dan memprediksi fenomena

d. Memberi kebebasan dan tantangan kreativitas dalam mengomunikasikan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki melalui presentasi dan/atau unjuk karya dengan aplikasi pada situasi baru yang terduga sampai tak terduga.


(45)

D. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) 1. Pengertian RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menurut Kunandar (2007 : 262-263), rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan salam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. RPP merupakan persiapan yang harus dilakukan guru sebelum mengajar. Persiapan disini dapat diartikan persiapan tertulis maupun persiapan mental, situasi emosional yang ingin dibangun, lingkungan belajar yang produktif, termasuk meyakinkan pembelajar untuk mau terlibat secara penuh. Lingkup dari RPP paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri minimal atas 1 (satu) indikator untuk minimal 1 (satu) kali pertemuan. RPP ini sekurang-kurangnya memuat tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Manfaat dari adanya RPP ini agar pembelajaran yang terjadi di dalam kelas dapat mencapai hasil maksimal, karena segala sesuatu yang telah direncanakan terlebih dahulu akan mendapatkan hasil terbaik

2. Landasan Pengembangan RPP

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 20: “Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat


(46)

sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.

3. Komponen RPP

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007, komponen RPP adalah: Identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

4. Langkah-Langkah Menyusun RPP

a. Menuliskan identitas mata pelajaran yang meliputi: sekolah, mata pelajaran, tema/subtema, kelas/semester, alokasi waktu

b. Menuliskan Standar Kompetensi

Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. Pada bagian ini dituliskan standar kompetensi mata pelajaran, cukup dengan cara mengutip pada standar isi atau silabus pembelajaran

c. Menuliskan Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi. Pada bagian ini dituliskan kompetensi dasar yang


(47)

harus dimiliki peserta didik setelah proses pembelajaran berakhir, cukup dengan cara mengutip pada standar isi atau silabus pembelajaran.

d. Menuliskan Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Contoh kata kerja operasional antara lain mengidentifikasi, menghitung, membedakan, menyimpulkan, menceritakan kembali, mempraktekkan, mendemonstrasikan, dan mendeskripsikan. Indikator pencapaian hasil belajar dikembangkan oleh guru dengan memperhatikan perkembangan dan kemampuan setiap peserta didik. Setiap kompetensi dasar dapat dikembangkan menjadi dua atau lebih indikator pencapaian hasil belajar dan disesuaikan dengan keluasan dan kedalaman kompetensi dasar tersebut. Indikator dikembangkan oleh guru sekolah sesuai dengan kondisi daerah dan sekolah masing-masing. Dalam membuat indikator ini, guru juga perlu melihat KD yang sama di kelas sebelum dan sesudahnya agar lebih tepat dalam menentukan indikator sesuai dengan kelas di mana KD tersebut diajarkan.


(48)

e. Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. Tujuan pembelajaran dibuat berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah ditentukan. Tujuan ini difokuskan tergantung pada indikator yang dirumuskan dari SK dan KD pada Standar Isi mata pelajaran yang akan dipelajari peserta didik.

f. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk peta konsep sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi

g. Alokasi Waktu

Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.

h. Menuliskan Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pada bagian ini dituliskan


(49)

semua metode yang akan digunakan selama proses pembelajaran berlangsung

i. Merumuskan Kegiatan Pembelajaran 1) Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Pada pendahuluan ini secara garis besar dapat memuat hal-hal sebagai berikut:

a) Deskripsi singkat; Deskripsi singkat adalah penjelasan singkat (secara global) tentang isi pelajaran yang berhubungan dengan kompetensi yang diharapkan. Hal ini dimaksudkan agar pada permulaan kegiatan belajarnya, peserta didik telah mendapat jawaban secara global tentang isi pelajaran yang akan dipelajari. b) Relevansi;Relevansi adalah kaitan isi pelajaran yang sedang

dipelajari dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik atau dengan pekerjaan yang dilakukannya sehari-hari. Dalam hal ini dapat juga dengan mengingatkan kembali materi prasyarat (apersepsi).

c) Tujuan/kompetensi; Tujuan adalah kemampuan atau kompetensi yang akan dicapai peserta didik pada akhir proses belajarnya.


(50)

2) Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Menurut Nursyam (2009:1), eksplorasi adalah kegiatan pembelajaran yang didesain agar tercipta suasana kondusif yang memungkinkan peserta didik dapat melakukan aktivitas fisik yang memaksimalkan penggunaan panca indera dengan berbagai cara, media, dan pengalaman yang bermakna dalam menemukan ide, gagasan, konsep, dan/atau prinsip sesuai dengan kompetensi mata pelajaran. Elaborasi adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan peserta didik mengembangkan ide, gagasan, dan kreasi dalam mengekspresikan konsepsi kognitif melalui berbagai cara baik lisan maupun tulisan sehingga timbul kepercayaan diri yang tinggi tentang kemampuan dan eksistensi dirinya. Konfirmasi adalah kegiatan pembelajaran yang diperlukan agar konsepsi kognitif yang dikonstruksi dalam kegiatan eksplorasi dan elaborasi dapat diyakinkan dan diperkuat sehingga timbul motivasi yang tinggi untuk


(51)

mengembangkan kegiatan eksplorasi dan elaborasi lebih lanjut. Pada kegiatan inti ini peserta didik mendapat fasilitas atau bantuan untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Pada kegiatan inti secara garis besar berlangsung hal - hal berikut:

a) Memulai pembelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang nyata (riil) bagi peserta didik sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga peserta didik segera terlibat dalam pelajaran secara bermakna;

b) Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran;

c) Peserta didik mengembangkan model-model simbolik secara informal terhadap persoalan/masalah yang diajukan;

d) Pembelajaran berlangsung secara interaktif, dimana peserta didik menjelaskan dan memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya (peserta didik lain), menyatakan setuju atau ketidaksetujuannya, dan mencari alternatif yang lain.

3) Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut, yaitu seperti berikut:


(52)

a) Penarikan kesimpulan dari apa-apa yang telah dipelajari dalampembelajaran sesuai tujuan yang akan dicapai;

b) Melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pembelajaran;

c) Pemberian tugas atau latihan. j. Menuliskan Penilaian Hasil Belajar

Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada standar penilaian.

k. Menentukan Media/Alat/Bahan/Sumber Belajar

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Pada bagian ini dituliskan semua media/alat/bahan/sumber belajar yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rencana pelaksaaan pembelajaran yang berorientasi pembelajaran terpadu dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses yang menjadi pedoman bagi guru dalam proses belajar mengajar. Menurut Trianto (2011: 108), secara umum dalam mengembangkan RPP harus berpedoman pada prinsip pengembangan RPP, yaitu sebagai berikut:


(53)

a. Kompetensi yang direncanakan dalam RPP harus jelas, konkret, danmudah dipahami.

b. RPP harus sederhana dan fleksibel.

c. RPP yang dikembangkan sifatnya menyeluruh, utuh, dan jelas pencapaiannya.

d. Harus koordinasi dengan komponen pelaksana program sekolah, agar tidak mengganggu jam pelajaran yang lain.

E. Sikap Guru Dalam Proses Belajar Mengajar 1. Pengertian Sikap

Dalam arti sempit sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental. Menurut Brono dalam Muhibbin (1995:120), sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relative menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang lain atau barang tertentu. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecenderungan peserta didik untuk bertindak dengan cara tertentu (Muhibbin Syah, 1995 : 120). Sedangkan menurut M. Ngalim Purwanto (1990 : 136), sikap (attitude) adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Suatu kecenderungan untuk beraksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Sebagai reaksinya maka sikap akan selalu berhubungan dengan dua alternative, yaitu senang atau tidak senang, menurut / melaksanakannya atau


(54)

menjauhi / menghindari sesuatu. Bagaimana sikap kita terhadap berbagai hal dalam hidup kita adalah termasuk kedalam kepribadian kita.

Komponen sikap yang diutarakan oleh David Krech, Richard S, Crutcfield dan Egerton L. Ballachey (Assael, 1995 ; 267-269) dalam bukunya yang berjudul “Individual in Society” adalah meliputi:

a. Komponen kognitif (The Cognitive Component)

Komponen ini merupakan suatu sikap terdiri dari kepercayaan mengenai suatu obyek tertentu. Kognisi yang melekat pada system sikap itu merupakan kepercayaan evaluatif terhadap obyeknya yang meliputi penilaian menguntungkan atau tidak menguntungkan, dapat diterima atau tidak diterima, baik atau buruk, dan lain-lain.

b. Komponen perasaan (The Feeling Component)

Komponen ini merupakan komponen perasaan yang menunjukkan adanya emosi dalam hubungannya dengan obyek. Suatu obyek dapat dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan, disukai atau tidak disukai. Bobot emosional inilah yang membuat sikap mempunyai sifat mendesak atau bergerak dalam berhubungan dengan obyek.

c. Komponen kecenderungan bertindak (The Action Tendecy Component) Komponen ini mencakup kesiapan-kesiapan bertingkah laku yang berkaitan dengan sikap. Jika seseorang bersikap positif terhadap suatu obyek, maka ia cenderung membantu atau mendukung obyek tersebut;


(55)

sebaliknya apabila ia bersikap negative, ia cenderung untuk menghukum, merusak atau memusnahkan obyek tersebut.

Komponen-komponen sikap tersebut berpengaruh terhadap kesiapan bertindak seseorang dalam menghadapi suatu obyek. Obyek yang dihadapi seseorang menentukan apakah sikap itu termasuk sikap individual atau sikap sosial. Sikap individual adalah sikap yang terdapat pada seseorang dalam hubunganya dengan kesukaannya atau ketidaksukaannya secara pribadi terhadap suatu obyek. Sedangkan sikap sosial adalah sikap yang terdapat pada sekelompok orang dan masyarakat atau seluruh masyarakat yang dimanifestasikan dalam bentuk kegiatan yang sama dan dilakukan berulang-ulang (Onong Uchjana Effendy. 1983:90-91). Terbentuknya sikap atau berubahnya sikap dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut (Suharsimi. 1990 : 259-268) :

a. Hal-hal yang ada didalam diri guru

1) Keadaan dan kondisi tubuh, baik yang dilihat secara nyata dari luar maupun yang tidak (seperti mengidap penyakit dalam), seseorang akan terpengaruh dari apa yang ada dalam dirinya tersebut. Bagaimana mereka bersikap dan berperilaku sangat dilandasi oleh bagaimana orang tersebut menyadari akan dirinya. Jika seorang guru merasa bahwa dirinya normal maka sikap dan perilakunya akan mantap.

2) Keadaan psikis guru yang kurang baik akan berpengaruh terhadap sikap dan perilakunya di dalam menghadapi siswa. Apabila dia penggugup,


(56)

kurang sabar, kurang teliti, pendendam dan sifat negative lainnya akan dapat mengganggu arus komunikasi belajar mengajar dengan peserta didik, akhirnya kualitas pembelajaran tidak seperti yang diharapkan b. Hal-hal yang ada diluar guru

1) Subyek didik merupakan satu diantara beberapa faktor di luar diri guru yang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku guru di kelas, di lingkungan sekolah, bahkan mungkin di rumahnya ketika didatangi oleh peserta didiknya

2) Pimpinan sekolah yang terdiri dari kepala sekolah dan wakil-wakilnya secara langsung maupun tidak, merupakan “motor pemggerak” bagi guru untuk bersikap dan berperilaku. Apabila pimpinan sekolah besikap baik kepada guru akan memberikan motivasi dan dorongan untuk hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan tugas mengajar dan tugas-tugas lainya di sekolah, maka guru yang bersangkutan akan melaksanakan tugasnya dengan mantap dan bergairah.

3) Teman sejawat guru, merupakan lingkungan yang menyebabkan guru merasakan hidup dalam “satu korps” yang keberadaannya akan memantapkan hal-hal yang dilakukannya. Kesetiakawanan antar guru akan membentuk iklim oraganisai sekolah, selain memberikan peluang bagi para guru untuk bekerjasama juga mempunyai dampak positif yaitu memberikan dorongan dan motivasi kerja


(57)

4) Pegawai tata usaha

Untuk memenuhi kebutuhan pengajaran guru mungkin berhubungan dengan pegawai tata usaha untuk meminta atau meminjam alat-alat pelajaran, buku pegangan atau media pendidikan. Untuk memenuhi kebutuhan pribadinya guru berhubungan dengan pegawai tata usaha untuk mengambil gaji, mengurus berbagai surat keterangan atau kenaikan pangkatnya. Apabila tidak/kurang harmonis dalam hubungan tersebut, tidak mustahil bahwa guru menjadi kecewa, murung, atau diliputi perasaan negative lainnya.

5) Situasi lingkungan yang kurang mendukung seperti letak geografis, kebersihan, keamanan, keeratan dan keserasian dengan masyarakat sekitar, akan mempunyai pengaruh langsung bagi pandangan guru terhadap lingkungan tersebut. Akhirnya sikap dan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran

6) Orang tua peserta didik, merupakan sumber lain sebagai salah satu faktor yang ikut menentukan sikap dan perilaku guru khususnya dalam berhubungan dengan sikap di sekolah

2. Kategori Sikap Guru Terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Guru merupakan garda terdepan di setiap perubahan orientasi pendidikan. Keberhasilan pendidikan secara umum tergantung pada kualitas guru termasuk pada implementasi kurikulum, guru menjadi kunci sukses dan


(58)

tidaknya kurikulum yang ada guru selalu mempersiapkan diri dengan segala perubahan dan mengantisipasi dengan meningkatkan kompetensinya. Ada tiga kategori sikap guru tehadap pembelajaran dengan pendekatan saintifik, yaitu: a. Guru responsive, merupakan guru respon terhadap pengembangan

kurikulum. Sikap guru responsive selalu melakukan uji coba atau semacam eksperimen dalam pembelajaran. Kelemahan sikap ini yaitu jika guru sering melakukan inovasi dan melaksanakan eksperimen dapat menimbulkan kebingungan. Ketika uji coba sedang dilaksanakan, ternyata kondisi telah berubah lagi secara berkelanjutan, sehingga tak mungkin kurikulum benar-benar relevan dengan kebutuhan masyarakat.

b. Guru tradisional, merupakan para guru patuh pada kurikulum yang ada atau sedang dilaksanakan tanpa berusaha melakukan usaha perubahan dan perbaikkan. Sikap tradisional ini memiliki kelemahan karena kenyataan perubahan terus berlangsung. Jika tidak mengikuti perubahan, maka sekolah ketinggalan dalam mempersiapkan peserta didik dan tidak cocok dengan tuntutan masyarakat.

c. Guru Self-Confidence, dimana para guru yang menentukan isi kurikulum bergantung selera atau minat dan kemampuan guru sendiri. Kelemahan sikap ini terlalu menekankan pada minat dan kemampuan guru secara individual akan menyebabkan kurikulum menjadi terlalu berat bagi peserta didik


(59)

3. Proses Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar meliputi dua hal yaitu belajar mengajar. Belajar mengajar adalah suatu proses dimana ada proses interaksi antara yang belajar dengan yang mengajar.

a. Dalam pengertian yang umum, belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu yang dikenal dengan guru. Pengetahuan tersebut dikumpulkan dari sedikit demi sedikit hingga akhirnya menjadi banyak. Orang yang banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar, sementara orang yang sedikit belajar, dan orang yang tidak berpengetahuan dipandang sebagai orang yang tidak belajar (Ali Imron, 1996:2-3).

Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat kuat dan fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan tersebut tergantung pada proses beklajar yang dialami oleh peserta didik, baik ketika ia berada di seikolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga sendiri oleh karena itu, pemahaman yang benar mengenai arti belajar mutlak diperlukan oleh para pendidik (Muhibbin, 1995:88)

b. Menurut Muhamad (1983 : 3) mengajar adalah suatu upaya pendidikan dalam memberikan rangsangan, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada peserta didik agar terjadi proses belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Gagne dan Briggs (Muhamad, 1983 : 3), yang menyatakan


(60)

Instruction is a set such way that learning is facilitated” dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa yang penting dalam mengajar adalah upaya guru menyampaikan bahan, juga bagaimana siswa dalam mempelajari bahan sesuai dengan tujuan. Dalam hal ini seorang guru bertindak sebagai director dan facilitator of learning yaitu sebagai pengarah dan pemberi fasilitas untuk terjadinya proses belajar.

Proses belajar mengajar yang dialami peserta didik akan menghasilkan perubahan baik dalam bidang pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Untuk memperbaiki dan mengoptimalkan proses belajar mengajar maka perlu diperhatikan beberapa aspek yang meliputi pengajaran, interaksi anatar subyek pendidikan dan perlengkapan (alat dan sumber belajar). 1) Interaksi antara subyek pendidikan

Interaksi peserta didik dan pendidik berkenaan dengan komunikasi atau hubungan timbal balik dua arah antara pendidik dan peserta didik. Hal ini dapat dilihat dalam Tanya jawab atau dialog, bantuan pendidik terhadap peserta didik yang membutuhkan bantuan dan diskusi antar peserta didik.

2) Perlengkapan (alat dan sumber belajar)

Keberhasilan dalam proses belajar mengajar tidak terlepas dari kelengkapan yang dapat dipakai oleh peserta didik dalam belajar dan pendidik dalam mengajar. Perlengkapan yang berupa alat dan sumber belajar berfungsi sebagai penunjang dan daya dukung keberhasilan


(61)

proses belajar mengajar sehingga dapat mempermudah peserta didik mengajar.

3) Efektivitas pengajaran

Efektivitas pengajaran berkenaan dengan jalan upaya teknik atau strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan secara tepat dan cepat (Nana Sudjana, 1990 : 35)


(62)

42 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus. Pada penelitian ini kesimpulan yang dihasilkan hanya berlaku untuk subjek yang diteliti saja dan berlaku untuk jangka waktu tertentu. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakasanakan untuk memperoleh informasi tentang situasi gejala pada saat penelitian dilakukan (Furchan, 2007). Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk melukiskan kondisi “apa yang ada” dalam suatu situasi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai sikap, keterampilan menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran dan keterampilan melakukan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dari dua orang guru SMP kelas VIII di Kabupaten Klaten.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Negeri kelas VIII Kabupaten Klaten 1. Tempat Penelitian

SMP Negeri X Klaten dan SMP Negeri Y Klaten 2. Waktu Penelitian


(63)

C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah Bapak/Ibu guru kelas VIII SMP Negeri X dan SMP Negeri Y di Kabupaten Klaten

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah sikap, keterampilan menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran dan keterampilan melakukan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dari dua orang guru SMP kelas VIII di Kabupaten Klaten.

D. Prosedur Penelitian

Tabel 3.1. : Prosedur Penelitian Orientasi Sekolah

Membuat Instrumen Penelitian

Mengumpulkan Data

Menganalisis Data


(64)

Penjelasan untuk masing-masing prosedur di atas yaitu: 1. Orientasi Sekolah

Orientasi sekolah bertujuan agar peneliti mengetahui situasi sekolah dan kondisi guru yang akan dilakukan penelitian. Kemudian bertemu dengan guru mata pelajaran IPA untuk mengkonsultasikan penelitian serta memohon ijin penelitian.

2. Membuat Instrumen Penelitian

Setelah melakukan orientasi sekolah dan mendapat ijin penelitian dari sekolah dan guru mata pelajaran IPA, kemudian membuat instrumen penelitian, seperti angket, lembar penilaian RPP, lembar observasi guru dalam proses belajar mengajar.

3. Mengumpulkan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan tiga metode pengumpulan data yaitu :

a. Metode Angket atau kuesioner

Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi dengan jawaban yang sesuai dengan responden yang sebenarnya. Data yang ingin dicari dengan menggunakan kuesioner adalah data variabel sikap guru dalam proses belajar mengajar


(65)

b. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan mengutip dari catatan-catatan yang berhubungan dengan menganalisis RPP dari dua orang guru IPA SMP kelas VIII, meminta ijin kepada guru untuk meminjam RPP yang dibuat dalam proses belajar mengajar.

c. Metode Observasi

Observasi adalah mengamati secara langsung saat guru melakukan proses belajar mengajar di kelas. Dilakukan dengan lembar observasi untuk mengetahui sikap dan keterampilan dalam belajar mengajar dengan pendekatan saintifik.

4. Menganalisis Data

Setelah melakukan metode dokumentasi, wawancara dan observasi, kemudian menganalisis data yang diperoleh sehingga diketahui Bagaimana sikap, keterampilan menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran dan keterampilan melakukan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dari dua orang guru SMP kelas VIII di Kabupaten Klaten.

5. Membuat Kesimpulan

Membuat kesimpulan akhir setelah mengetahui sikap, keterampilan menyusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran dan keterampilan melakukan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dari dua orang guru SMP kelas VIII di Kabupaten Klaten, apakah sudah tercapai.


(66)

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan tiga metode pengumpulan data yaitu :

1. Metode Angket atau Kuesioner

Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi dengan jawaban yang sesuai dengan responden yang sebenarnya. Data yang ingin dicari dengan menggunakan kuesioner adalah data variabel sikap guru dalam proses belajar mengajar menggunakan Pendekatan Saintifik dari Dua Orang Guru SMP Kelas VIII di Kabupaten Klaten.

2. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan mengutip dari catatan-catatan yang berhubungan dengan guru mengenai Keterampilan Menyusun Rancangan Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik dari Dua Orang Guru SMP Kelas VIII di Kabupaten Klaten.

3. Metode Observasi

Observasi adalah mengamati secara langsung keadaan sekolah dengan permasalahannya dan kegiatan yang dilakukan. Kegiatan ini dilakukan untuk melihat secara langsung Sikap, Keterampilan Melakukan Pembelajaran Menggunakan Pendekatan Saintifik dari Dua Orang Guru SMP Kelas VIII di Kabupaten Klaten.


(67)

F. Instrumen Penelitian 1. Lembar Sikap Guru

Kuesioner ini diberikan kepada guru hanya sekali dalam satu kelas selama peneliti melakukan penelitian yaitu sesudah pelajaran fisika dilaksanakan, dengan tujuan mengetahui sejauh mana sikap guru mengenai proses belajar mengajar dengan pendekatan saintifik.

2. Lembar Keterampilan Menyusu RPP

Lembar penilaian RPP dilakukan untuk mengetahui kesiapan, keterampilan guru dalam menyusun RPP dengan pendekatan saintifik. Peneliti meminjam RPP guru untuk dilihat sudah sesuai atau tidak dengan pendekatan saintifik. Tabel 3.2. : Komponen RPP yang dinilai

No Komponen RPP Isi

1. Identitas Sekolah Nama Satuan pendidikan 2. Kelas/Semester Keterangan kelas/semester 3. Identitas Topik Keterangan topik

4. Identitas Subtopik Keterangan subtopic

5. Alokasi Waktu Keterangan waktu sesuai dengan keperluan untuk mencapai KD

6. Kompetensi Inti Gambaran katagorial kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan 7. Kompetensi Dasar Kemampuan spesifik yang mencakup sikap,


(68)

pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan pelajaran

8. Indikator Pembelajaran

Penanda pencapaian kompetensi yang dapat diukur

9. Tujuan Pembelajaran

Dirumuskan berdasarkan KD dengan menggunakan kata kerja operasional

10. Materi Pembelajaran

Rincian materi pokok yan g ditulis dlam bentuk butir-butir sesuai rumusan indikator ketercapaian kompetensi

11. Metode pembelajaran

Metode yang digunakan

12. Media,Alat,dan Sumber Pembelajaran a. Media pembelajaran b. Alat Pembelajaran

c. Sumber Belajar

Alat bantu proses pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan materi Alat bantu yang digunakan untuk memudahkan memberikan pegertian kepada peserta didik

Sumber yang digunakan untuk memudahkan memberikan pegertian kepada peserta didik


(69)

13. Langkah-langkah Kegiatan

Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanankan meliputi:

a. Kegiatan Pendahuluan

b. Kegiatan Inti (melaksanakan lima keterampilan ilmiah yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan) c. Kegiatan Penutup

14. Penilaian a. Jenis/teknik

Penilaian b. Bentuk

Instrumen c. Pedoman

Penskoran

Jenis/teknik yang digunakan

Instrumen yang digunakan

Pedoman penskoran yang digunakan

3. Lembar Observasi Kelas dan Video

Observasi dilakukan oleh peneliti untuk melihat kelas, bagaimana keterampilan guru dalam proses belajar mengajar menggunakan Pendekatan Saintifik melalui pelajaran IPA kelas VIII. Peneliti menggunakan video untuk


(70)

merekam kegiatan pembelajaran di kelas. Peneliti membuat lembar observasi untuk mellihat keterampilan guru dalam kegiatan pembelajran dengan pendekatan saintifik pengambilan video dilakukan pada kelas VIII SMP Negeri X dan VIII SMP Negeri Y Klaten.

Tabel 3.3. : Pedoman Observasi Pelaksanaan Pembelajaran No Pembelajaran

berbasis Pendekatan Saintifik

Komponen yang akan diteliti

1. Kegiatan pendahuluan

Mengamati kegiatan apa yang dilakukan oleh guru dan peserta didik pada kegiatan pendahuluan

2. Kegiatan inti Mengamati

pelaksanaan keterampilan ilmiah yang dilakukkan guru dan peserta diddik. Kegiatan ilmiah yang harus dilakukan dijabarkan sebagai berikut:

a. Keterampilan mengamati meliputi:

1) Kegiatan melihat dengan atau tanpa alat 2) Kegiatan menyimak

3) Kegiatan mendengar 4) Kegiatan membaca


(71)

b. Keterampilan menanya meliputi kegiatan sebagai berikut:

1) Kegiatan bertanya dari guru ke peserta didik

2) Kegiatan bertanya dari peserta didik ke guru (merumuskan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipaahami dari apa yang diamati dan merumuskan pertanyaan untuk menambah informasi tentang apa yang diamati)

3) Kegiatan bertanya antara peserta didik dengan peserta didik lain

c. Keterampilan mengumpulkan informasi/mencoba meliputi kegiatan:

1) Melakukan eksperimen sederhana 2) Mengamati objek/kejadian/aktifitas 3) Membaca sumber lain selain buku teks d. Keterampilan menalar meliputi kegiatan

1) Mengolah/membahas informasi yang bersifat menambah keleluasaan dan kedalaman


(72)

2) Mengolah/membahas informasi yang bersifat mencari solusi

3) Menarik suatu kesimpulan

e. Keterampilan mengkomunikasikan secara: 1) Lisan

2) Tulisan 3) Media lain

3. Kegiatan Penutup Mengamati kegiatan apa yang dilakukan oleh guru dan peserta didik pada kegiatan penutup

G. Metode Analisis Data

1. Analisis Data Lembar Sikap Guru

Untuk mengetahui sikap guru terhadap pembelajaran IPA dengan pendekatan saintifik, peneliti menggunakan kuesioner nilai sikap. Jawaban guru mengunakan skala Likert, yaitu dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.4.: Skala Likert Sikap Guru

Pertanyaan Positif Skor Pertanyaan Negatif

Sangat Setuju (SS) 4 Sangat Tidak Setuju (STS) Setuju (S) 3 Tidak Setuju (TS)

Tidak Setuju (TS) 2 Setuju (S)


(73)

Kuesioner terdiri dari 15 pernyataan dengan 4 (empat) pilihan jawaban untuk mengukur sikap siswa. Hasil pengukuran berupa skor atau angka. Skor butir pernyataan bersifat positif maupun negatif

a. Skor untuk sikap Guru Skor minimal = 1 x 15 = 15 Skor maksimal = 4 x 15 = 60 Range = 60 – 15 = 45

b. Pembagian interval

Range dibagi dalam 5 interval, maka lebar interval 45 : 5 = 9

Skor ini diklasifikasikan menjadi 5 kategori yaitu sangat tinggi (Sangat Baik), Tinggi (Baik), cukup, rendah (Sangat Kurang). Berdasarkan kategori ini Dapat ditentukan nilai-nilai sikap guru. Penentuan kategori hasil pengukuran dapat dilihat pada

Tabel 3.5. : Skor Kuesioner Sikap Guru No Skor Sikap Guru Kategori 1 51 – 60 Sangat tinggi 2 42 – 50 Tinggi 3 33 – 41 Cukup 4 24 – 32 Rendah 5 15 – 23 Sangat rendah


(74)

2. Analisis Data Keterampilan Menyusun RPP

Untuk mengetahui instrumen RPP, peneliti menggunakan kuesioner nilai penilaian RPP. Jawaban mengunakan skala Likert, yaitu dengan kriteria sebagai berikut:

Table 3.6. : Skala Likert RPP

Kuesioner terdiri dari 20 pernyataan dengan 3 (tiga) pilihan jawaban untuk mengukur sikap siswa. Hasil pengukuran berupa skor atau angka. Skor butir pernyataan bersifat positif maupun negatif

a. Skor untuk RPP

Skor minimal = 1 x 20 = 20 Skor maksimal = 3 x 20 = 60 Range = 60 – 20 = 40

b. Pembagian interval

Range dibagi dalam 5 interval, maka lebar interval 40 : 5 = 8

Skor ini diklasifikasikan menjadi 5 kategori yaitu sangat tinggi (Sangat Lengkap), Tinggi (Lengkap), cukup, rendah (Sangat Tidak Lengkap). Berdasarkan kategori ini Dapat ditentukan nilai-nilai sikap guru. Penentuan kategori hasil pengukuran dapat dilihat pada

Sudah Lengkap Kurang Lengkap Tidak Ada


(75)

Tabel 3.7. : Skor Kuesioner RPP No Skor RPP Kategori 1 52 – 60 Sangat tinggi 2 44 – 51 Tinggi 3 36 – 43 Cukup 4 28 – 35 Rendah 5 20 – 27 Sangat rendah

3. Analisis Observasi Keterampilan Melakukan Pembelajaran

Untuk mengetahui sikap guru terhadap pembelajaran IPA dengan pendekatan saintifik, peneliti menggunakan kuesioner nilai sikap. Jawaban guru mengunakan skala Likert, yaitu dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.8. : Skala Likert Observasi

Sangat Baik Baik Cukup Kurang Baik

(3) (2) (1) (0)

Kuesioner terdiri dari 28 pernyataan dengan 4 (empat) pilihan jawaban untuk mengukur sikap siswa. Hasil pengukuran berupa skor atau angka. Skor butir pernyataan bersifat positif maupun negative

1) Skor untuk observasi Skor minimal = 0 x 28 = 0


(76)

Skor maksimal = 3 x 28 = 84 Range = 84 – 0 = 84

2) Pembagian interval

Range dibagi dalam 5 interval, maka lebar interval 84 : 5 = 16,8 dibulatkan menjadi 17

Skor ini diklasifikasikan menjadi 5 kategori yaitu sangat tinggi (Sangat Baik), Tinggi (Baik), cukup, rendah (Sangat Kurang Baik). Berdasarkan kategori ini Dapat ditentukan nilai-nilai sikap guru. Penentuan kategori hasil pengukuran dapat dilihat pada

Tabel 3.9.: Skor Kuesioner Observasi No Skor Observasi Kategori 1 68 – 84 Sangat tinggi 2 51 - 67 Tinggi 3 34 – 50 Cukup 4 17 – 33 Rendah 5 0 – 16 Sangat rendah


(77)

BAB IV

DATA DAN ANALISIS

A. Gambaran Umum Sekolah dan Guru 1. SMP Negeri X Klaten

a. Lokasi Sekolah

Jalan DR. Wahidin Sudiro Husodo no.26 Klaten. b. Visi dan Misi

1) Visi

“ Meningkatkan Prestasi dengan Taqwa dan Santun” 2) Misi

a) Untuk melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara intensifuntuk mencapai tingkat ketuntasandan daya serap yang tinggi

b) Menumbuhkan semangat berprestasi secara intensif kepada seluruh warga sekolah

c) Mengembangkan dukungan orangtua dan masyarakat secara optimal

d) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan agama serta budi pekerti yang luhur untuk hidup arif dan santun

e) Mengembangkan sikap rumongso handarbeni wajib melu hangrungkebi


(1)

180 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

(3)

182

Lampiran C.3. Foto-Foto Kegiatan Saat Pembelajaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

(5)

184 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)