Kebutuhan Manusia Terhadap Spiritualitas

58 membaca situasi, kebiasaan berpikir kritis dan mengevaluasi diri dan semua yang dilakukannya. e Vision Principle prinsip masa depan; selalu berorientasi pada tujuan akhir dalam setiap langkah yang ditempuh, memiliki pengendalian diri dan sosial, memiliki kepastian akan masa depan dan punya ketenangan batin yang tinggi. f Well Organized Principle prinsip keteraturan; selalu berorientasi pada manajemen yang teratur, disiplin, sistematis, dan integratif. 3 Ketangguhan pribadi Personal Strength; merupakan langkah pengasahan hati yang telah terbentuk, yang dilakukan secara berurutan dan sistematis berdasarkan nilai-nilai hidup yang dianutnya umumnya sumbangan dari nilai-nilai iman, yang terdiri atas: a Mission Statement; penetapan misi kehidupan, membulatkan tekad, membangun visi, menciptakan wawasan, transformasi visi, dan komitmen total. b Character Building; pembangunan karakter melalui ketaatan menjalankan panggilan imannya dan nilai-nilai kemanusiaan universal. c Self Controlling; pengendalian diri, melalui ketaatan terhadap keyakinanimannya, guna meraih kemerdekaan sejati, memelihara martabat kemanusiaan. d Social Strength; ketangguhan sosial, merupakan pembentukan dan pelatihan untuk melakukan aliansi atau sinergi dengan orang lain serta lingkungan sosialnya.

2.4.3 Kebutuhan Manusia Terhadap Spiritualitas

46 59 Menurut Zohar dan Marshall 2000:95, God Spot memainkan peranan penting terhadap pengalaman mistis dan religius seseorang, bahwa “mungkin” ada mesin saraf di dalam lobus temporal yang memang dirancang untuk berhubungan dengan agama. Jadi keyakinan agama sudah “terpatri” di dalam otak manusia. Kecenderungan manusia untuk bertuhan inilah yang menjadikan manusia mahluk spiritual yang tidak bisa terlepas dari kebutuhan bertuhan. Ini sejalan dengan pandangan para mistikus kuno yang menyatakan bahwa manusia dan kemanusian yang paling primordial adalah manusia sebagai mahluk spiritual-puncak dari ciptaan Tuhan. Maka, pada dasarnya sifat manusia adalah baik, selalu merindukan kebahagian, kedamian, cinta kasih dan senantiasa ingin merasa dekat dengan sesama, lingkungannya, dan dengan Tuhannya Rahmat 1997:43. God Spot adalah kejernihan hati dan pikiran serta sumber suara hati, yang selalu memberikan bimbingan dan informasi yang penting untuk keberhasilan dan kemajuan manusia. God Spot yang tertutup oleh nafsu fisik dan batin akan mengakibatkan manusia menjadi “buta emosi”. Inilah kebodohan spiritual yang dapat memadamkan citra kemanusian manusia sebagai pendengar, penutur dan pelaku kebenaran Pasiak, 2003:46. Otak adalah sumber kecerdasan yang mempunyai peran sangat penting bagi kehidupan manusia. Hal ini didukung oleh penemuan dari neurosains yang mengatakan bahwa proses yang berlangsung pada otaklah yang membentuk kesadaran sejati manusia. Jadi otak spiritual juga mempunyai fungsi sebagai alat rohani untuk menuju Tuhan. Keterberian manusia adalah mempunyai kecenderungan kepada kebaikan dan kebenaran. Keterberian ini menujukan adanya kehadiran atau jejak Tuhan dalam diri manusia. Dryarkara kemudian mengatakan hal ini sebagai 47 60 suara hati, yaitu suara Tuhan yang terrekam dalam jiwa manusia. Suara hati inilah yang dalam konsep kecerdasan spiritual Zohar dan Marshall disebut sebagai God Spot Pasiak, 2003:250. 48 61

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Karena merupakan penelitian kualitatif, maka penelitipenulis berusaha mengumpulkan data melalui dua pendekatan, sebagai berikut : 1. Pendekatan kepustakaan library research dalam rangka memperoleh deskripsi teoritis mengenai hal-hal yang berhubungan dengan tulisan ini. 2. Pendekatan lapangan field research dalam rangka memperoleh data dan informasi mengenai obyek yang diteliti, melalui observasi dan wawancara: a. Observasi. Peneliti mengadakan pengamatan pada kegiatan pembelajaran di kelas, tujuannya adalah untuk mengetahui dan memastikan bahwa apa yang telah dirancang oleh guru dalam RPP terlaksana dalam kegiatan pembelajaran, terutama untuk melihat bagaimana guru secara sadar dan sistematis melalui pembelajaran yang ditampilkan itu, menanamkan nilai-nilai karkater pada diri peserta didik. b. Wawancara terhadap guru matematika yang kelasnya diamati, karena menurut penulis, dalam rangka membentuk karakter pada peserta didik melalui pembelajaran matematika, peran guru sangat strategis dan menentukan. Seorang guru diharapkan mempunyai gambaran yang utuh tentang merancang, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran yang berhubungan dengan pembentukan karakter, agar tujuan tersebut dapat tercapai secara efektif dan 49