46
2.3.2 Perbedaan Karakter dan Kepribadian
Orang sering mencampur-adukkan penggunaan kata karakter dan kepribadian secara tidak tepat, padahal keduanya berbeda. Sumadi Suryabrata 2000 dalam
bukunya berjudul Psikologi Kepribadian mengutip Allport yang berkata, “Character
is personality evaluated, and personality is character devaluated”. Ketika kepribadian seseorang diletakkan pada norma moral, maka kita sedang membahas
tentang karakter. Sedangkan kepribadian adalah sejumlah karakteristik sifat yang muncul dalam perilaku tanpa adanya penilaian moral. Jadi sekedar deskripsi saja
tentang seseorang, misalnya pemarah, penyabar, tahan uji, mudah iba, mudah tersinggung, dan sebagainya.
Kepribadian dan karakter seseorang adalah hasil interaksi antara diri orang itu, pengalaman hidup dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, kepribadian
seseorang bisa berubah, sedangkan karakter individu bisa dibentuk.
2.3.3 Pribadi Berkarakter
Berbicara tentang karakter tidak bisa terlepas dari masalah kepribadian seseorang, meskipun keduanya tidak sama. Karakter tidak dapat diwariskan, karena
itu harus dibangun dan dikembangkan setiap insan secara terus menerus melalui proses pendidikan yang berkualitas. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, adab, atau
ciri kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai nilai kebajikan virtues yang diyakini dan digunakan sebagai landasan berpikir, bersikap,
dan bertindak. Oleh karena itu, pendidikan karakter memiliki peran penting dalam membangun dan mengembangkan kepribadian peserta didik untuk menjadi lebih
baik, dewasa dan bermartabat.
34
47
Allport 1937:48 mendefinisikan kepribadian sebagai organisasi dinamis dari keseluruhan sistem psiko-fisik dalam diri individu yang menentukan adaptasi
dirinya yang unik terhadap lingkungannya. Kepribadian manusia tampil dalam perilaku yang melibatkan aspek psikis dan aspek fisik. Maka untuk memahami
kepribadian seseorang perlu diketahui sejarah hidupnya, latar belakang budaya, ambisi, cita-cita, karakter, motif, dan sifatnya serta keterkaitan semua itu yang
akhirnya membentuk kepribadiannya. Untuk membentuk karakter yang kuat, orang perlu menjalani serangkaian
proses pembelajaran, pelatihan dan peneladanan. Adapun kriteria karakter yang kuat adalah: a. Memberikan sumbangan terhadap pembentukan kehidupan yang baik
untuk diri sendiri sekaligus untuk orang lain dan lingkungannya, b. Kekuatan dari ciri-ciri yang dikandungnya secara moral bernilai sebagai sesuatu yang baik bagi diri
sendiri dan orang lain, c. Penampilan ciri-ciri itu tidak mengganggu, tidak membatasi atau menghambat orang-orang di sekitarnya, d. Kekuatan karakter tampil dalam
tingkah laku individu yang mencakup pikiran, perasaan, dan tindakan, serta dapat
dikenali, dievaluasi dan diperbandingkan derajat kuat-lemahnya, e. Karakter yang kuat dapat dibedakan dari ciri-ciri yang berlawanan dengannya, f. Kekuatan karakter
diwadahi oleh model atau kerangka pikir ideal, g. Boleh jadi tidak semua ciri karakter yang kuat muncul pada seseorang, tetapi kebanyakan dari ciri-ciri karakter
yang kuat tampil pada orang itu, dan h. Kekuatan karakter memiliki akar psiko- sosial; potensinya ada dalam diri sendiri, aktualitanya dipengaruhi oleh lingkungan
sosial. Para ahli umumnya mengatakan bahwa keutamaan karakter bersumber dari
dua kekuatan, yaitu: kekuatan kognitif; keutamaan karakter yang diharapkan muncul
35
48
adalah kebijaksanaan dan pengetahuan, kreativitas, rasa ingin tahu, keterbukaan pikiran, mencintai kegiatan belajar, perspektif yang utuh mengenai kehidupan, dan
kekuatan interpersonal; dari kekuatan ini diharapkan tampil keutamaan-keutamaan karakter yaitu kemanusiaan, cinta kasih, kebaikan hati murah hati, dermawan,
peduli, sabar, penyayang, menyenangkan dan cinta altruistik. Karakter selalu didasari oleh spirtualitas. Daya-daya spiritual menjadi
kekuatan bagi manusia untuk bertahan dan setia menuju tujuan serta menghindarkan manusia dari godaan dan menguatkannya saat berada dalam situasi yang sulit.
Dengan daya-daya spiritual, manusia dapat mengatasi keadaan dirinya, berkembang terus sebagai makhluk yang self-trancendence selalu mampu berkembang
melampaui dirinya. Pembentukan karakter erat sekali hubungannya dengan pencapaian
kebahagiaan. Pada akhirnya, orang dengan karakter yang kuat adalah orang yang berbahagia, mandiri, dan memberi sumbangan positif kepada masyarakatnya.
Seligman 2004 menyebutkan tiga kebahagiaan, yaitu memiliki makna dari semua tindakan yang dilakukan, mengetahui kekuatan tertinggi, dan menggunakan
kekuatan tertinggi untuk melayani sesuatu yang dipercayai sebagai hal yang lebih besar dari diri sendiri.
Perpaduan dari tiga kebahagiaan dan keutamaan-keutamaan karakter, merupakan bahan dari pendidikan karakter. Materi-materi itu yang diajarkan kepada
peserta didik dengan berbagai cara yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan dan keterampilan, bahkan, lebih jauh lagi, sampai terbentuknya sifat-sifat yang
merupakan keutamaan.
36
49
2.3.4 Pendidikan Karakter