21
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sedemikian rupa supaya peserta didik dapat mengembangkan seluruh potensi dirinya secara aktif, supaya
memiliki pengendalian diri, kecerdasan, ketrampilan dalam masyarakat, kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, serta akhlak mulia.
Beberapa tokoh pendidikan juga telah berusaha memberi batasan tentang pendidikan, seperti Ki Hajar Dewantara -Bapa Pendidikan Nasional-, yang
merumuskan pendidikan sebagai upaya menuntun segala kekuatan kodrati yang ada pada anak-anak yaitu: budi pekerti kekuatan batin, karakter, pikiran intelek dan
tubuh anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya Ki Hajar Dewantara,
1977:14 Tokoh pendidikan dunia juga telah memberi defenisi tentang pendidikan,
misalnya John Dewey yang mengartikan pendidikan sebagai proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam
dan sesama manusia. John Dewey: 1944. Sementara itu, Paulo Freire melihat pendidikan sebagai jalan menuju pembebasan yang permanen bagi manusia melalui
dua tahap. Tahap pertama adalah masa dimana manusia menjadi sadar akan mutlak perlunya pembebasan mereka. Tahap kedua sebagai kelanjutan tahap pertama
berupa tindakan kultural yang membebaskan. Agung Prihantoro, 2007:83.
2.1.3 Manfaat Pendidikan
Secara umum dapat dikatakan bahwa manfaat dari pendidikan adalah untuk: 1. Membentuk kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha
Esa.
9
22
2. Mendapatkan ilmu dan ketrampilan yang akan dibutuhkan untuk masa mendatang. 3. Dengan bekal ilmu dan wawasan yang luas, cita-cita yang diimpikan dapat diraih
4. Memperluas wawasan dan memperkaya pengetahuan. 5. Mengembangkan nilai-nilai baru sehingga dapat memperkaya dan melestarikan
nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat dan Negara. Menurut Horton dan Hunt, Ary H. Gunawan, 2010 : 84-86 lembaga pendidikan
berkaitan dengan fungsi yang nyata sebagai berikut: 1. Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah dan memperluas
wawasan. 2. Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan
masyarakat yang lebih luas. 3. Melestarikan dan memperkaya kebudayaan.
4. Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi. 5. Mengurangi pengendalian orang tua, artinya melalui mekanisme pendidikan di
sekolah, orang tua melimpahkan sebagian wewenang dan tugas dalam mendidik anak kepada pihak sekolah atau lembaga pendidikan tertentu.
6. Pendidikan sekolah juga dianggap memperpanjang masa remaja seseorang sebab peserta didik dianggap masih tergantung secara psikologis dan ekonomis pada
orang tuanya.
2.1.4 Tujuan Pendidikan
Undang- Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
10
23
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.” Penulis menambahkan juga tujuan pendidikan menurut UNESCO, karena
dunia kini telah menjadi satu komunitas manusia yang besar, yang diharapkan akan bergerak maju dalam derap langkah dan semangat yang sama. Suatu kesadaran
global yang sangat kuat bahwa untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa adalah melalui peningkatan kualitas pendidikannya. Berdasarkan pemikiran tersebut,
UNESCO mencanangkan empat pilar pendidikan yakni: 1 learning to know, 2 learning to do, 3 learning to be, dan 4 learning to live together. Ke-empat hal
tersebut sesungguhnya telah merangkum tujuan-tujuan dari kecerdasan intelektuak, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual, yang diharapkan dimiliki oleh semua
warga dunia ini melalui pendidikan yang berkualitas. 1
Learning To Know belajar untuk mengetahuimenguasai. Learning to know memungkinkan peserta didik untuk juga menguasai teknik memperoleh
pengetahuan learning to how, belajar sepanjang hayat long life education dan belajar bagaimana caranya belajar learning how to learn.
Asas belajar sepanjang hayat mengandaikan tanggung jawab subjek untuk mendidik dan
mengembangkan diri sendiri secara terus-menerus yang disadari sebagai kewajiban kodratinya.
2 Learning To Do. Belajar untuk mengaplikasi ilmu, bekerja sama dalam tim dan
belajar memecahkan masalah dalam berbagai situasi. Prinsip aktivitas ini
11
24
mencakup hard skills dan soft skills sehingga pro ses belajar diharapkan
menghasilkan perubahan dalam ranah kognitif, peningkatan kompetensi, serta pemilihan dan penerimaan secara sadar terhadap nilai, sikap, dan perasaan, serta
kemauan yang kuat untuk berbuat atau merespon. Sekolah harus memfasilitasi peserta didiknya untuk mengaktualisasikan keterampilan, bakat dan minatnya,
serta menyadarkan mereka bahwa berbuat sesuatu adalah hal yang penting. Dengannya peserta didik akan terlibat aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas
sekolah, sehingga mereka terbiasa untuk bertanggung jawab. 3 Learning To Be. Belajar untuk dapat mandiri dan menjadi orang yang
bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan bersama. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri. Belajar
berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, juga merupakan proses untuk mencapai aktualisasi diri. Pendidikan harus bermuara
pada bagaimana peserta didik menjadi lebih manusiawi, menjadi manusia yang berperi kemanusiaan, menjadi manusia yang berkarakter.
4 Learning To Live Together. Berbagai konflik yang timbul dewasa ini, didasari
oleh ketidakmampuan individu atau kelompok untuk menerima perbedaan. Learning to live together
menjadi pilar belajar untuk menanamkan jiwa perdamaian, belajar memahami dan menghargai orang lain dengan berbagai latar
belakang yang berbeda, mampu berperan secara maksimal dan menempatkan diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain
dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi dalam masyarakat. Kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan
menerima, perlu dikembangkan di sekolah karena memungkinkan tumbuhnya
12
25
sikap saling pengertian, saling menghargai dan membangun dialog yang menjembatani berbagai perbedaan.
Menyikapi hal di atas, UNESCO, melalui badannya ICETw-fC The International Commission on Education for the Twenty-first Century
memandang penting untuk merubah paradigma pendidikan yang dianutnya selama ini yang
melihat pendidikan semata sebagai instrument, menjadi paradigma yang memandang pendidikan sebagai pengembangan manusia seutuhnya all-rounded human beings.
2.2 Matematika