51
dimana penalaran sangat diandaikan, yang secara tidak langsung, karakter anak turut dibentuk.
2.4 Spiritualitas
Kemajuan peradaban kini patut disyukuri dan mestinya sebading dengan semakin meningkatnya harkat dan martabat manusia. Kenyataannya, jiwa dan pikiran
manusia justru semakin menderita. Orang hidup dalam kelimpahan harta namun hatinya sepi, penuh penderitaan, rasa takut dan benci. Tidak mengherankan bila
tingkat bunuh diri, stress, dan berragam penderitaan batin lainnya terus bertambah. Pengguna narkoba terus meningkat dan usianya pun semakin muda, persis untuk
mengalihkan manusia dari penderitaan batin yang dirasakannya. Agama yang dilihat sebagai dasar dari spiritualitas menuju hidup yang bermakna, pun kini tidak sedikit
yang terjebak pada fundamentalisme dan radikalisme, yang berujung pada fanatisme sempit. Mereka mendewakan tradisi, ritual dan aturan, dan yang lebih memalukan
adalah bahwa atas nama agama, kemanusiaan sering dikorbankan. Dunia
butuh suatu “spiritualitas” baru, spiritualitas yang membantu upaya pemaknaan hidup manusia secara lebih jernih dan mendalam, spiritualitas yang dapat
mengurangi dan mengobati penderitaan batin manusia, spiritualitas yang memberi peneguhan kepada manusia menghadapi berbagai tantangan kehidupan yang semakin
berat dan kompleks ini. Kekeringan spiritualitas sekarang ini, hanya bisa dilampaui jika orang menafsirkan dan memahami ulang arti yang sejati dari spiritualitas itu,
membuka dan memperkaya diri dengan tawaran spiritualitas baru.
2.4.1 Pemahaman Tentang Spiritualitas
39
52
Spiritualitas berasal dari kata dasar spirit, dari bahasa Latin spiritus, yang berarti roh, jiwa, sukma, kesadaran diri, wujud tak berbadan, nafas hidup, nyawa
hidup Poerwadarminta:1986:963 . Istilah “sipiritual” didefinisikan sebagai
pengalaman manusia secara umum dari suatu pengertian akan makna, tujuan dan moralitas Zastrow 1999:317.
Pada umumnya spiritualitas dikaitkan dengan ketuhanan dan keberagamaan maka yang paling sering dikenal adalah spiritualitas
religius, yang dimaknai sebagai cara bagaimana pengalaman manusia akan Allah membentuk cara mereka memandang dan berinteraksi dengan sesama dan dunia.
2.4.2 Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual telah memberikan kesegaran baru di tengah-tengah pendekatan sains yang selama ini cenderung memisahkan diri dari perspektif iman
dan agama. Bukti saintifik dan kajian-kajian kemanusian versi agama-agama timur menjadikan konsep kecerdasan spiritual ini dapat mengharmoniskan perseteruan
agama versus sains, yang hingga saat ini masih berlangsung di dunia barat. Kecerdasan spiritual merupakan sumber dari kebijaksanaan dan kesadaran
akan nilai dan makna hidup serta yang memungkinkan manusia secara kreatif menemukan dan mengembangkan nilai-nilai dan makna baru dalam kehidupannya.
Kecerdasan spiritual juga mampu menumbuhkan kesadaran bahwa manusia memiliki kebebasan untuk mengembangkan diri secara bertanggung jawab dan mampu
memiliki wawasan mengenai kehidupan serta memungkinkan diciptakannya secara kreatif karya-karya baru.
40
53
Dalam keceredasan spiritual, makna meaning adalah unsur terpenting, karena kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk memecahkan masalah yang
berkaitan dengan makna dan nilai, kecerdasan yang akan membantu manusia meraih makna hidup dan menjadikan hidupnya lebih bermakna Zohar dan Marshall,
2000:4. Kebutuhan manusia terhadap makna hidup adalah kebutuhan yang sangat
mendasar dan penting. Manusia merasa dirinya bermakna ketika dia memiliki kejujuran, merasa hidupnya dibutuhkan, bermanfaat dan mampu melakukan sesuatu
yang bermakna bagi dirinya dan sesama. Pencarian akan makna adalah sumber motivasi. Memberi makna hidup merupakan proses pembentukan kualitas hidup.
Keinginan untuk menjadikan hidup lebih bermakna adalah hal yang mengarahkan dan mewarnai sikap dan tindakan manusia.
Zohar dan Marshall melihat spiritualitas sebagai sesuatu yang menghidupkan organisme yang tidak harus selalu dikaitkan dengan dimensi ketuhanan dan
keagamaan. Pemikiran kecerdasan spiritual mereka lebih menekankan pada wilayah proses pemaknaan hidup. Karena itu, konsep kecerdasan spiritual mereka dapat
dipandang sebatas upaya terapis terhadap kompleksitas permasalahan eksistensial manusia. Mereka tidak menafikkan bahwa kecerdasan spiritual dapat digunakan
untuk meningkatkan religiositas seseorang dan bahwa kecerdasan spiritual dapat diperoleh dengan dan melalui keberagamaan. Mereka juga mengakui adannya “Titik
Tuhan” God Spot dalam diri manusia, bahkan mereka menganggap Titik Tuhan tersebut sebagai unsur terpenting dan landasan keberadaan kecerdasan spiritual. God
Spot sebagai bagian dari lobus temporal berkaitan erat dengan pengalaman religius
41
54
atau pengalaman spiritual seseorang, sehingga tidak dapat dipisahkan dari dimensi keagamaan Pasiak, 2003:127.
Otak spiritual menempati bagian yang sentral dalam diri manusia. Ada beberapa bukti yang memperkuat pendirian ini: 1. Isolasi 40 Hz yang ditemukan oleh
Denis Pare dan Rudholpo Llinas yang kemudian dikembangkan menjadi Spiritual Intelligence
oleh Danah Zohar dan Ian Marshall; 2. Alam bawah sadar kognitif yang ditemukan oleh Joseph de Laux yang dikembangkan menjadi Emotional Intelligence
oleh Daniel Golemen dan Robert Cooper dengan suara hati; 3. God Spot pada daerah temporal yang ditemukan oleh Micheal Pasinger dan V.S Ramanchandran Pasiak,
2003:27. Bukti-bukti itu memberikan informasi tentang adanya hati nurani atau intuisi dalam otak manusia yang memperkuat dugaan bahwa dalam diri manusia
tersimpan otak spiritual atau kecerdasan spiritual. Stephen R. Covey 2005:79 mengungkapkan bahwa kecerdasan spiritual
adalah pusat paling mendasar dan menjadi sumber bimbingan bagi kecerdasan lainnya. Kecerdasan spiritual mewakili kerinduan akan makna terdalam dan
hubungan dengan yang tak terbatas. Kecerdasan spiritual adalah fasilitas yang berkembang sedemikian sehingga memungkinkan otak untuk menemukan dan
menggunakan makna dalam memecahkan persoalan, terutama yang menyangkut masalah eksistensial. Dengan dimilikinya SQ, seseorang mampu mengatasi masalah
hidupnya dan berdamai dengan masalah tersebut. SQ memberi sesuatu “rasa yang
dalam pada diri seseorang menyangkut keberadaannya.
Ciri –Ciri Orang Yang Memiliki Kecerdasan Spiritual Tinggi
Ari Ginanjar Agustian 2010 menyebut beberapa ciri orang yang memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi, antara lain :
42
55
1 Memiliki prinsip hidup dan visi yang kuat. Semakin banyak pengetahuan
mengenai prinsip yang benar semakin besar kebebasan pribadi untuk bertindak dengan bijaksana.
2 Kesatuan dalam keragaman. Kita berbeda karena memang kita diciptakan
demikian, namun sebagai manusia kita sama dan bersaudara, saling mengisi dan memperkaya, bukan untuk membedakan dan saling menghancurkan.
3 Mampu menemukan makna terdalam dari setiap sisi kehidupan dan
pengalamannya, dengan selalu bertanya kepada diri sendiri: apa yang dituntut situasi hidup saya saat ini dan langkah bijaksana apa yang harus saya lakukan
dalam tanggung jawab saya saat ini? Pribadi yang memiliki SQ tinggi akan mendengarkan dan mentaati hati nuraninya yang berbisik mengenai jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut. 4
Memiliki kekuatan untuk bertahan dalam kesulitan dan penderitaan bahkan mampu menjadikan kesulitan dan tantangan tersebut menjadi peluang untuk
semakin maju.
Faktor – Faktor Yang Menpengaruhi Kecerdasan Spiritual
Zohar dan Marshall 2000:41-50 mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan spiritual, yaitu :
=Faktor Internal :
a Pembawaan. Setiap manusia yang lahir dari latar belakang apa saja, mempunyai
potensi untuk percaya akan adanya kekuatan di luar dirinya yang mengontrol
hidupnya dan alam semesta.
43
56
b Sel saraf otak. Otak menjadi jembatan antara kehidupan batin dan lahiriah kita.
Penelitian yang dlakukan pada era 1990-an membuktikan bahwa osilasi sel saraf
otak pada rentang 40 Hz merupakan basis bagi kecerdasan spiritual.
c Titik Tuhan. Penelitian Rama Chandran menemukan adanya bagian dalam otak,
yaitu lobus temporal, yang meningkat ketika pengalaman religius atau spiritual
berlangsung.
=Faktor Eksternal :
a Lingkungan keluarga. Keluarga adalah sekolah kehidupan dan dapur suara hati
pertama dan utama bagi anak. Segala kecerdasan bermula dan kuat dipengaruhi
oleh keluarga.
b Lingkungan sekolah. Di sekolah anak banyak memperoleh pengetahuan dan nilai.
Jika guru memberi nilai kehiduan yang baik, akan membuat kecerdasan spiritual anak akan baik, yang pada gilirannya anak mampu memaknai hidupnya dengan
baik pula.
c Lingkungan masyarakat. Lingkungan masayarakat yang mempunyai budaya atau
kebiasaan yang baik maka anak akan terbiasa juga melakukan hal-hal yang baik, sehingga secara tak langsung kecerdasan spiritual anak juga tumbuh dan
berkembang. Cara Mengembangkan Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual bukan sesuatu yang diberi begitu saja tetapi yang harus selalu disadari dan dikembangkan. Kecerdasan spiritual berlandaskan kesadaran
transenden, bukan hanya pada tataran biologis-psikologis. Dalam rangka
44
57
mengembangkan kecerdasan spiritual, Ary Ginanjar Agustian 2010 menganjurkan perlunya diupayakan empat langkah pokok yaitu :
1 Penjernihan emosi; merupakan titik tolak dari kecerdasan emosi, yaitu kembali
pada hati dan pikiran yang bersifat merdeka serta bebas dari segala tekanan. 2
Pembangunan mental; yaitu pembentukan alam berpikir dan emosi secara sistematis berdasarkan norma moral dan ajaran iman yang dianut, sehingga
diharapkan akan tercipta format berpikir dan emosi berdasarkan kesadaran diri serta sesuai dengan hati nurani. Maka akan terbentuk karakter manusia yang
memiliki tingkat kecerdasan emosi-spiritual sesuai dengan citra manusia, yang mencakup enam prinsip:
a Star Principle prinsip bintang; terkait dengan rasa aman, kepercayaan diri,
intuisi, integritas, kebijaksanaan dan motivasi yang tinggi, yang berlandaskan nilai iman.
b Angel Principle prinsip malaikat; yang mencakup loyalitas, integritas,
komitmen, kebiasaan memberi dan mengawali, suka menolong dan saling percaya.
c Leadership Principle prinsip kepemimpinan; pemimpin sejati adalah seorang
yang selalu mencintai dan memberi perhatian kepada orang lain, memiliki integritas yang kuat sehingga dapat dipercaya, selalu membimbing dan
mengajarkan pengikutnya, dan yang terpenting adalah memimpin berlandaskan suara hati yang benar.
d Learning Principle prinsip pembelajaran; mencakup kebiasaan untuk terus
belajar dan menggali informasi yang penting untuk kehidupan, kejernihan
45
58
membaca situasi, kebiasaan berpikir kritis dan mengevaluasi diri dan semua yang dilakukannya.
e Vision Principle prinsip masa depan; selalu berorientasi pada tujuan akhir
dalam setiap langkah yang ditempuh, memiliki pengendalian diri dan sosial, memiliki kepastian akan masa depan dan punya ketenangan batin yang tinggi.
f Well Organized Principle prinsip keteraturan; selalu berorientasi pada
manajemen yang teratur, disiplin, sistematis, dan integratif. 3
Ketangguhan pribadi Personal Strength; merupakan langkah pengasahan hati yang telah terbentuk, yang dilakukan secara berurutan dan sistematis berdasarkan
nilai-nilai hidup yang dianutnya umumnya sumbangan dari nilai-nilai iman, yang terdiri atas:
a Mission Statement; penetapan misi kehidupan, membulatkan tekad,
membangun visi, menciptakan wawasan, transformasi visi, dan komitmen total. b
Character Building; pembangunan karakter melalui ketaatan menjalankan panggilan imannya dan nilai-nilai kemanusiaan universal.
c Self Controlling; pengendalian diri, melalui ketaatan terhadap
keyakinanimannya, guna meraih kemerdekaan sejati, memelihara martabat kemanusiaan.
d Social Strength; ketangguhan sosial, merupakan pembentukan dan pelatihan
untuk melakukan aliansi atau sinergi dengan orang lain serta lingkungan sosialnya.
2.4.3 Kebutuhan Manusia Terhadap Spiritualitas