Hakikat Pembelajaran Matematika Matematika

28 berikut: 2a + b = 1.400, dan 3a + 2b = 2.575. Ada dua persamaan linear dengan dua variabel. Maka salah satu cara untuk menyelesaikan persoalan di atas adalah dengan menggunakan metode substitusi dan eliminasi serta campuran keduanya, sebagai berikut: Nilai a ini bila disubstitusikan ke persamaan pertama, maka akan didapat nilai b, yaitu b = 950. Demikianlah, matematika dapat dipandang sebagai produk maupun sebagai proses berpikir, tergantung segi mana yang kita tekankan.

2.2.2 Hakikat Pembelajaran Matematika

Dalam proses pembelajaran matematika perlu diciptakan situasi di mana peserta didik dapat aktif, kreatif dan responsif secara fisik pada dunia sekitarnya, karena peserta didik harus membangun pemahaman untuk diri mereka sendiri yang hanya dapat dilakukan dengan eksplorasi, membenarkan, menggambarkan, mendiskusikan, menguraikan, menyelidiki, dan pemecahan masalah. Pembelajaran matematika menjadi lebih efektif jika guru memfasilitasinya dan menerapkan pembelajaran bermakna. Dalam pembelajaran matematika, konsep yang akan dikonstruksi peserta didik sebaiknya dikaitkan dengan konteks nyata yang dikenal peserta didik. Menurut Freudenthal Gravemeijer, 1994:20 matematika merupakan aktivitas insani human activities dan pembelajaran matematika merupakan proses penemuan kembali. 2a + b = 1.400 …. x2 →.4a + 2b = 2.800 3a + 2b = 2.575 ….|x1| → 3a + 2b = 2.575 a = 225 16 29 Ditambahkan oleh de Lange dalam Sutarto Hadi, 2005:19 bahwa proses penemuan kembali tersebut harus dikembangkan melalui penjelajahan berbagai persoalan dunia real. Konstruksi pengetahuan matematika oleh peserta didik dengan memperhatikan konteks itu berlangsung dalam proses yang oleh Freudenthal dinamakan reinvensi terbimbing guided reinvention Gravemeijer,1994:123. Terkait dengan aktivitas matematisasi dalam belajar matematika, Freudenthal Van den Heuvel, 1996:11 menyebutkan dua jenis matematisasi, yaitu matematisasi horizontal; meliputi proses transformasi masalah nyatasehari-hari ke dalam bentuk simbol, dan matematisasi vertikal; merupakan proses yang terjadi dalam lingkup simbol matematika itu sendiri. Gravemeijer 1994:93 mengemukakan bahwa dalam proses matematisasi horizontal, peserta didik belajar mematematisasi masalah- masalah kontekstual, yang diawali dengan pemecahan masalah secara informal menggunakan bahasa dan simbol-simbol mereka sendiri. Kemudian setelah beberapa waktu dengan proses pemecahan masalah yang serupa, melalui simplifikasi dan formalisasi peserta didik akan menggunakan bahasa yang lebih formal dan diakhiri dengan proses dimana peserta didik akan menemukan suatu algoritma tertentu yang berhubungan dengan pembahasan atau materi tertentu, itulah matematisasi vertikal.

2.2.3 Arti Matematika