Pelajaran 2 Kegiatan
31
A. Menanggapi Unsur Pementasan Drama
Pembahasan mengenai drama sudah pernah kita lakukan pada pelajaran sebelumnya. Tentunya sedikit banyak kalian sudah
memahami mengenai drama, baik berkenaan dengan isi naskah, unsur-unsur intrinsik, serta hal-hal berkenaan dengan pementasan
drama. Setelah pada pembahasan di depan kita membahas mengenai unsur-unsur intrinsik drama, diharapkan pada
pembelajaran ini kalian dapat memberikan tanggapan terhadap unsur pementasan drama. Tentunya sebelum menanggapi
pementasan drama, kalian harus menyimak atau menyaksikan sebuah pementasan drama dengan saksama.
Sebelumnya, marilah sedikit kita ulas kembali mengenai drama dan pementasan drama. Kata drama berasal dari bahasa
Yunani draomai yang berarti perbuatan atau tindakan. Lebih lengkap, drama diartikan sebagai kisah hidup dan kehidupan
manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan oleh orang banyak dengan media percakapan, gerak, dan laku, dengan atau
tanpa dekor layar dan sebagainya didasarkan pada naskah yang telah tertulis dengan atau tanpa musik, nyanyian, dan tarian. Hal
yang membedakan drama dengan karya sastra lainnya adalah adanya dialog atau percakapan yang dilakukan para pelaku drama.
Drama sebagai sebuah karya sastra yang dipentaskan memiliki unsur berikut.
1. Naskah cerita, sebagai teks yang akan dipentaskan dan
berbentuk dialog antartokoh. 2.
Aktor atau pemeran, sebagai pemeran tokoh-tokoh yang membawakan cerita.
3. Panggung, sebagai tempat pementasan yang menunjukkan
setting cerita dengan didukung dekorasi atau properti. 4.
Tata lampu, sebagai pencahayaan dalam proses pementasan. 5.
Ilustrasi, biasanya berupa musik pendukung yang menggambarkan suasana adegan.
6. Kostum dan tata rias, sebagai penegasan karakter tokoh-
tokohnya. Adapun dari unsur-unsur tersebut, unsur aktor masih dapat
dirincikan lagi, sebagai bahan untuk ditanggapi dalam pementasan drama. Keaktoran dalam drama mencakup hal-hal berikut.
1. Penjiwaan, berkaitan dengan ketepatan dan kesungguhan
karakter yang dibawakan. 2.
Ekspresi, berkaitan dengan perubahan raut wajah dan gerak tubuh dalam berbagai suasana.
3. Suara, berkaitan dengan intonasi, artikulasi, dan volume.
Sumber: Ensiklopedi
Umum untuk Pelajar, 2005
Tujuan Pembelajaran
Tujuan belajar kalian adalah dapat meng-
identifikasi karakter tokoh, mendeskripsi-
kan fungsi latar, serta menanggapi hasil
pementasan drama.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMP Jilid 2
32
Supaya lebih memahami materi ini, mintalah kepada beberapa teman untuk memerankan naskah drama berikut ini
Pakaian dan Kepalsuan
Oleh: Achdiat K. Mihardja Saduran bebas dari:
“The Man with the Green Necktie” karya: Averchenko
Lokasi : Sebuah sudut restoran kecil. Waktu : Kira-kira pukul 10 malam.
Pemain: Samsu pedagang, Mas Abu pegawai negeri, Sumantri
pemimpin politik, Ratna istri Sumantri, Hamid penganggur dan
bekas pejuang, Rusman pengang- gur dan bekas pejuang, Pelayan dan
karyawan restoran lainnya.
Di dalam restoran sudah sepi. Tinggal Rusman dan Hamid yang masih duduk
berhadapan menghadapi sebuah meja kecil. Hamid minum kopi sedangkan Rusman
memilih teh. Mereka masih muda, berumur sekitar 25 tahun.
.... SEBENTAR kemudian masuk seorang
wanita yang diikuti oleh tiga orang laki-laki. Mereka itu adalah Mas Abu, seorang pegawai
negeri; Samsu, seorang importir; Sumantri, seorang pemimpin partai dan istrinya, Ratna.
Mereka berpakaian necis-necis. Mereka masuk sambil riuh bercakap-cakap dan
tertawa-tawa. Pelayan segera mendekat dan mempersilakan mereka duduk di sudut kiri
agak ke tengah.
.... Ketiga laki-laki itu berdiri sambil
mengacungkan gelasnya masing-masing, lalu minum dengan wajah yang saling
mengagumi. Ratna tetap duduk di kursinya dan tersenyum tenang.
Hamid dan Rusman berbisik-bisik sejenak. Kemudian Hamid bangkit, lalu
dengan langkah yang pasti menghampiri or- ang-orang yang sedang saling mengagumi itu.
Rusman menarik pelayan pada lengannya, masuk ke belakang.
Orang-orang kaget dan merasa tersinggung, ketika Hamid berkata: Kulihat,
Saudara-saudara sekalian menunjukkan bahwa Saudara-saudara sudah jemu dengan
hidup. Buktinya Saudara-saudara menipu diri sendiri untuk menyelimuti kejemuan itu
dengan ngobrol-ngobrol, minum-minum, dan tertawa-tawa.
Ketahuilah Saudara-saudara, Hamid menyambung, menipu, mendustai, apalagi
menipu dan mendustai diri sendiri adalah sangat menjemukan.
Samsu tersinggung: Apa maksud Saudara dengan semua itu? Saudara menuduh kami
bahwa kami telah menipu diri sendiri? Sedangkan Saudara tidak mengenal kami
sama sekali.
Hamid segera memotong sambil tersenyum tenang: Buktinya, Saudara? Tidak
seorang pun dari Saudara-saudara itu yang betul-betul memperlihatkan pribadi Saudara
yang sebenarnya. Kepada Samsu kembali Saudara sendiri, misalnya, siapa Saudara itu
sebenarnya?
Saya? Siapa saya? Jawab Samsu. Saudara mau tahu siapa saya? Saya adalah wakil dari
perusahaan NV “Melati” yang mengimpor barang pecah belah dan makanan kaleng ....
Mendengar jawaban Samsu itu, Hamid tertawa tergelak-gelak. Ha ha ha, aku sudah
menduga, bahwa Saudara akan memberi jawaban yang lucu seperti itu. Ha ha ha. Nah,
lihatlah, mengapa Saudara mesti berbohong? Mengapa Saudara tidak mau berterus terang
saja, bahwa Saudara itu seorang kiai?
Jangan bohong Kiai. Tak ada gunanya Kiai membohongi orang lain. Lagi pula
berbohong dilarang oleh setiap agama. Tentu hal itu Kiai juga ajarkan kepada murid Kiai,
bukan? Melihat pistol ditodongkan ke atas dadanya, maka Samsu menjadi sangat gugup.
Demikian pula yang lain-lainnya. Sumantri dan Mas Abu bergerak hendak lari, tapi
Di unduh dari : Bukupaket.com
Pelajaran 2 Kegiatan
33
dengan suatu isyarat dengan ujung pistol, Hamid memerintahkan supaya mereka tetap
duduk di tempatnya masing-masing. Dengan tersenyum Sumantri kemudian
memandangi Hamid, lalu katanya: Dia agak malu, Saudara, untuk mengakui terus terang
bahwa ia seorang kiai. Padahal saya pun tahu pula bahwa orang ini memang seperti Saudara
katakan, seorang kiai.
Nah, benar toh apa yang kukatakan tadi? Jadi, Saudara pun bisa melihat bahwa orang
ini mempunyai wajah seorang kiai, bukan? Dan
kepada Mas Abu, apa kata Saudara? Tidakkah Saudara pun sependapat dengan
saya? O, tentu, tentu. Sungguh Saudara, kalau
kutilik benar-benar, memang jelas sekali bahwa Saudara ini mempunyai wajah seorang
kiai. Tapi, mengapa Saudara ributkan benar hal itu? Ia kiai, habis perkara.
Aku bukan meributkan hal itu. Aku hanya ingin mendengar dari pengakuannya sendiri,
dari mulutnya. Dengan aksi, Hamid mengacungkan pistolnya. Kini tepat ditujukan
ke wajah Samsu.
Samsu menjadi putus asa: Baiklah kuakui. Aku ini seorang kiai.
.... Sementara itu Hamid memanggil lagi
Rusman. Rusman masuk, lalu kata Hamid: Coba tolong pegang pistolku ini. Jagalah
kawan-kawan kita ini, jangan sampai lari keluar, karena di luar banyak angin. Nanti
mereka masuk angin.
Pistol diserahkan kepada Rusman, dan setelah mereka berbisik-bisik lagi, maka
Hamid pindah lagi ke mejanya semula. Di sana ia menulis sesuatu di atas secarik kertas
yang disobeknya.
Pistol diambilnya kembali dari Rusman, lalu sambil beraksi dengan senjatanya ia
berkata lagi: Nah, Saudara-saudara, kami sekarang hendak pergi, karena tugas kami
untuk menolong Saudara-saudara sudah selesai. Akan tetapi sebelum berangkat, kami
ingin memberi kenang-kenangan kepada Saudara-saudara sekalian. Dan kenang-
kenangan itu saya letakkan di atas meja itu menunjuk dengan ujung pistol.
Mari kita pergi, kata Hamid kepada Rusman. Sambil mengarahkan pistolnya
kepada orang-orang, Hamid dan Rusman mundur ke pintu, lalu menghilang cepat ke
luar. Setelah kedua orang itu pergi, orang- orang itu serempak menarik napas panjang,
sedangkan Ratna bergegas mengambil kertas dari meja Hamid tadi. Ketiga kawan-
kawannya segera mengerumuninya, ingin tahu.
Ratna membaca keras-keras: Saudara- saudara, dengan hati yang puas saya telah
berhasil membuka kedok yang selama ini menutupi pribadi Saudara-saudara. Sekarang
silakan Saudara-saudara melihat di muka kaca. Kaca tak kan memberi bayangan yang
palsu lagi kepada Saudara-saudara. Jelas akan kelihatan siapa Saudara. Sedangkan saya
sendiri adalah seorang badut yang suka membuka kedok orang-orang dengan sebuah
pistol kosong.
Pistol kosong? Kata ketiga laki-laki itu hampir serempak. Kurang ajar. Kalau saja aku
tahu, bahwa pistolnya kosong …. Ratna tenang saja, memandangi mere-
ka sambil geleng-geleng kepala. Akhirnya ber- kata: silakan Tuan-tuan, kejarlah orang-orang
itu. Pintu sudah terbuka luas untuk Tuan-tuan. Dan lampu-lampu di jalan cukup terang. Ingin
kulihat kepengecutan dan kepalsuan mengejar kejujuran.
Pada saat itu, pelayan dan pegawai- pegawai lainnya dari restoran itu masuk
dengan muka gugup-gugup. Layar cepat turun
Setelah menyaksikan pementasan drama tersebut, kalian dapat mengungkapkan identifikasi karakter tokoh-tokoh yang ada
serta deskripsi latar atau setting, seperti contoh berikut.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMP Jilid 2
34
Dalam pementasan drama tersebut terdapat tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama tersebut adalah Samsu, Mas
Abu, Sumantri, Ratna, Hamid, dan Rusman. Adapun tokoh tambahannya adalah pelayan dan karyawan restoran lainnya.
Berdasarkan pementasan tersebut, saya melihat bahwa pada dasarnya tokoh Abu, Samsu, dan Sumantri memiliki
karakter agak sombong, pengecut, dan penakut. Karakter tokoh Hamid dan Rusman adalah seorang yang frustasi dan suka
iseng, sedangkan tokoh Ratna berkarakter tenang, tapi pemberani. Adapun tokoh tambahan tidak ditonjolkan secara
jelas dalam pementasan.
Dilihat dari model penataan dan sesuatu yang terlihat pada latar atau setting tempat yang digunakan adalah sebuah restoran
atau kafe. Bentuk meja dan desain ruangan yang ada menunjukkan bahwa tempat tersebut merupakan restoran
mewah. Dari beberapa dialog menunjukkan bahwa latar waktu peristiwa dalam cerita sekitar tahun 1950-an.
Adapun dilihat dari latar atau setting waktu, cerita tersebut mengambil setting waktu pada malam hari, kira-kira pukul 10
malam. Hal ini ditunjukkan oleh jam dinding yang menempel di dinding belakang meja kasir.
Setelah menyimak dan memerhatikan pementasan, kalian dapat berapresiasi dengan cara menilai dan memberikan tanggapan
penilaian dan tanggapan terhadap pementasan tersebut. Contoh tanggapan sebagai berikut.
1. Ekspresi Fransiska sebagai tokoh Ratna cukup bagus, hanya
volume vokal yang kurang kuat dan intonasi yang kurang tepat sedikit mengurangi kesampaian dialog yang diucapkan.
Namun, pada dasarnya pemeranan tokoh Ratna sudah cukup bagus.
2. Pemeranan tokoh Samsu cukup memikat. Sedikit ke-
kurangannya ketika terjadi adegan penodongan oleh Hamid, ekspresi Samsu kurang menampakkan ketakutannya.
3. Penataan dekorasi dan propertinya benar-benar artistik,
sederhana, tapi terkesan indah.
Uji Kemampuan 1
Kerjakan tugas berikut dengan cermat
1. Saksikanlah sebuah pementasan drama bersama kelompok
belajarmu secara utuh dari awal hingga akhir Usahakan kamu dapat menyaksikan drama tersebut secara langsung
Sumber: Dok. Penerbit
Di unduh dari : Bukupaket.com
Pelajaran 2 Kegiatan
35
2. Berikan apresiasimu mengenai pementasan tersebut berkenaan
dengan hal berikut a. Isi cerita yang meliputi unsur-unsur intrinsiknya.
b. Keaktoran yang meliputi penjiwaan, ekspresi, vokal, dan kemampuan akting.
c. Tata panggung yang meliputi ketepatan penggunaan properti serta artistiknya.
d. Tata lampu yang meliputi ketepatan penggunaan penca- hayaan serta artistiknya.
e. Tata rias atau make up dan kostum yang meliputi ketepatan penggunaan kostum serta artistiknya dan
karakter yang terbentuk. f.
Ilustrasi yang meliputi iringan musik pendukung. 3.
Sampaikanlah apresiasi tersebut dengan menyertakan alasan dan data yang tepat
4. Bandingkanlah apresiasimu dengan milik temanmu, kemudian
analisislah persamaan dan perbedaannya Tulislah apresiasimu mengenai pementasan drama di buku tugasmu
B. Menyampaikan Laporan Secara Lisan