Pelajaran 7 Pendidikan
125
A. Mengidentifikasi Karakter Tokoh Novel Remaja Asli atau Terjemahan
Sebagaimana telah dikemukakan pada pembelajaran sebelumnya, novel sebagai salah satu karya sastra memiliki unsur-
unsur yang membangun, baik dari dalam intrinsik maupun dari luar ekstrinsik. Tentu kalian masih mengingatnya, bukan? Coba
kalian buka kembali mengenai unsur intrinsik sebuah karya sastra. Dari unsur intrinsik tersebut, kita dapat membedah sebuah karya
sastra, sehingga kita tahu secara lebih mendalam mengenai karya tersebut.
Berkenaan dengan karakter tokoh yang terdapat pada novel, kalian dapat mengidentifikasikannya jika kalian membaca novel
secara utuh dan lengkap. Selain itu, kalian juga dapat memahami unsur-unsur intrinsik yang ada.
Simaklah kutipan novel berikut dengan saksama untuk melatih kemampuan kalian mengidentifikasikan karakter tokoh dalam novel
Stasiun Kereta
Mereka turun dari kereta Oimachi di Stasiun Jiyugaoka. Mama menggandeng Totto-
chan melewati pintu pemeriksaan karcis. Totto-chan yang jarang sekali naik kereta,
enggan mengulurkan karcisnya yang berharga. Ia memegangi karcisnya erat-erat.
“Bolehkah aku menyimpannya?” Totto- chan bertanya kepada petugas pengumpul
karcis. “Tidak boleh,” jawab petugas itu sambil
mengambil karcis dari tangannya. Totto-chan menunjuk kotak yang penuh
dengan karcis. “Itu semua punyamu?” “Bukan, itu milik stasiun kereta,” jawab
petugas itu sambil mengambil karcis dari orang-orang yang keluar stasiun.
“Oh.” Totto-chan memandang kotak itu dengan penuh minat, lalu melanjutkan,
“Kalau sudah besar, aku mau jadi penjual karcis kereta”
Petugas pengumpul karcis itu memandangnya untuk pertama kali. “Anak
laki-lakiku juga ingin bekerja di stasiun kereta. Mungkin nanti kalian bisa bekerja sama-
sama.” Totto-chan bergeser, menjauh selangkah
agar bisa memandang si petugas pengumpul karcis. Laki-laki itu bertubuh gemuk,
berkacamata, dan kelihatannya berhati baik. “Hmm.” Totto - chan berkacak pinggang
dan mempertimbangkan gagasan itu dengan sungguh-sungguh. “Aku tak keberatan bekerja
dengan anakmu,” katanya. “Aku akan memikirkannya. Tapi sekarang aku sedang
sibuk karena aku mau pergi ke sekolahku yang baru.”
Ia lari ke tempat Mama menunggu sambil berteriak, “Aku ingin jadi penjual
karcis” Mama tidak kaget. Dia hanya berkata,
“Kukira kau ingin jadi mata-mata.” Berjalan sambil memegangi tangan
Mama, Totto-chan ingat, sampai kemarin dia masih yakin ingin menjadi mata-mata. Tapi
asyik juga kalau harus mengurusi sekotak penuh karcis kereta.
“Aku tahu” Gagasan hebat terlintas di kepalanya. Dia menengadah memandang
Mama, lalu berteriak keras-keras, “Bukankah aku bisa jadi penjual karcis yang sebenarnya
mata-mata?”
Sumber: Dok. Penerbit
Tujuan Pembelajaran
Tujuan belajar kalian adalah dapat menen-
tukan dan mengidenti- fikasi karakter tokoh
novel remaja asli atau terjemahan yang
dibacakan.
Di unduh dari : Bukupaket.com
Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMP Jilid 2
126
Mama tidak menjawab. Wajah cantiknya yang ditudungi topi felt berhiaskan
bunga-bungaan mungil tampak serius. Sebenarnya Mama sangat cemas. Bagaimana
kalau sekolah baru itu tidak mau menerima Totto-chan? Dia memandang Totto-chan yang
melompat-lompat sepanjang jalan sambil berbicara pada dirinya sendiri. Totto-chan
tidak tahu Mama merasa khawatir. Jadi ketika mata mereka bersitatap, dia berkata riang,
“Aku berubah pikiran. Aku akan bergabung dengan kelompok pemusik jalanan yang selalu
berkeliling sambil mengiklankan toko-toko baru”
Suara Mama terdengar putus asa ketika berkata, “Ayo cepat Kita bisa terlambat. Kita
tidak boleh membuat Kepala Sekolah menunggu. Jangan ceriwis. Perhatikan
jalanmu dan berjalanlah dengan benar.”
Di depan mereka, di kejauhan, gerbang sebuah sekolah kecil mulai kelihatan.
Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela, Tetsuko Kuroyanagi
Dalam memahami karakter tokoh dari sebuah novel yang diperdengarkan atau kalian simak, kalian tentu harus dapat
menyimak dengan baik. Dalam hal ini, kalian harus benar-benar dapat menangkap isi cerita secara kronologis, detail, dan lengkap,
terutama pada bagian-bagian yang berkaitan dengan penokohan.
Pada dasarnya, dalam sebuah novel terdapat beberapa karakter tokoh, yaitu berikut.
1. Karakter yang berkaitan dengan posisi; tokoh utama, pembantu,
tokoh biasa. 2.
Karakter yang berkaitan dengan sifat; lembut, kasar, pemarah, sabar, gegabah, dan lain-lain.
3. Karakter yang berkaitan dengan peran: antagonis, protagonis,
dan netral. Berkenaan dengan novel di atas, judul asli novel tersebut
adalah Totto-chan: The Little Girl at the Window, yang dialihbahasakan oleh Widya Kirana menjadi Totto-chan: Gadis
Cilik di Jendela. Berdasarkan kutipan novel di atas dapat diberikan beberapa kesimpulan berkaitan dengan karakter tokoh yang ada.
Secara implisit tersirat atau tidak dikemukakan langsung pada bacaan, karakter tokoh dalam kutipan novel tersebut sebagai
berikut. 1.
Totto-chan: seorang bocah yang aktif, cerdas, ingin banyak tahu, memiliki keinginan-keinginan pada hal-hal yang
dianggap menarik, serta sayang terhadap barang atau benda yang dianggapnya berharga. Hal-hal tersebut dapat dilihat
Sumber: Dok. Penerbit
Di unduh dari : Bukupaket.com
Pelajaran 7 Pendidikan
127
dalam kutipan pada paragraf pertama, paragraf 14, dan lainnya.
2. Mama: seorang yang cantik, terlalu mudah khawatir,
perhatian, dan sedikit mudah putus asa. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa paragraf menjelang akhir kutipan.
3. Tukang karcis: tegas dan perhatian, gemuk, berkacamata,
serta baik hati. Hal tersebut dapat dilihat pada awal cerita dan pada paragraf 8.
Uji Kemampuan 1
Simaklah petikan novel berikut dengan cermat dan saksama
Malam itu latihan dilakukan di Play- house. Latihan terakhir sebelum pementasan
pertama, dan masih banyak yang harus kami kerjakan. Sepulang sekolah, siswa laki-Iaki di
kelas drama harus membawa semua properti panggung dari ruang kelas ke truk sewaan
untuk diangkut ke Playhouse. Masalahnya adalah siswa laki-Iakinya hanya aku dan
Eddie, dan Eddie bukanlah orang yang indra- indranya terkoordinir dengan baik. Kami harus
melewati sebuah pintu, menggotong barang berat, dan postur Hoovillenya menjadi
kendala. Pada setiap saat yang kritis ketika aku betul-betul memerlukan bantuannya
untuk menahan beban, ia akan tersandung debu atau seekor serangga di lantai, sehingga
latar properti panggung itu akan ditimpakan pada jari-jariku, yang kemudian akan terjepit
di kusen pintu dengan cara yang amat menyakitkan.
“S-s-sori,” kata Eddie. “Sakit ... ya?” Jawabku dengan sengit, “Pokoknya
jangan lakukan itu lagi.” Namun, Eddie tidak bisa mencegah
dirinya untuk tidak tersandung-sandung lagi, sama seperti halnya ia tidak mampu
mencegah turunnya hujan. Pada saat kami selesai membongkar pasang semuanya,
jemariku tampak seperti jemari Toby, si tukang serabutan. Bagian terburuknya adalah,
aku bahkan tidak sempat makan sebelum latihan dimulai. Memindah-mindahkan
properti panggung itu telah menghabiskan waktu tiga jam, dan kami baru selesai
memasangnya kembali beberapa menit sebelum yang lain tiba untuk mulai latihan.
Dengan semua kejadian yang berlangsung, hari itu, boleh dikatakan suasana hatiku betul-
betul tidak baik.
Aku mengucapkan dialog-dialogku tanpa konsentrasi, dan Miss Garber tidak sekali pun
mengucapkan kata luar biasa sepanjang malam. Matanya menunjukkan keprihatinan,
namun Jamie hanya tersenyum dan mengatakan padanya agar tidak khawatir, dan
semuanya akan baik-baik saja. Aku tahu Jamie cuma ingin mempermudah keadaan, tapi aku
menolaknya ketika ia memintaku mengantarnya pulang.
Playhouse terletak di tengah-tengah kota, dan aku harus berjalan ke arah yang berbeda
dengan arah rumahku untuk mengantarnya pulang. Selain itu, aku tidak ingin terlihat
mengantarnya pulang lagi. Namun Miss Garber kebetulan mendengar pembicaraan
kami dan berkata dengan nada tegas, bahwa aku akan menemaninya dengan senang hati.
“Kalian berdua bisa mengobrol tentang pementasan itu,” ujarnya. “Mungkin kalian
bisa melatih bagian-bagian yang masih kaku.” Tentu saja, yang dimaksud kaku di sini adalah
aku.
Jadi sekali lagi aku mengantar Jamie pulang, tapi ia pasti tahu bahwa aku sedang
tidak ingin berbicara karena aku melangkah sedikit lebih jauh di depannya. Kedua
Di unduh dari : Bukupaket.com
Berbahasa dan Bersastra Indonesia SMP Jilid 2
128
tanganku di dalam saku, bahkan aku tidak menoleh ke belakang untuk melihat apakah
ia mengikutiku. Ini berlangsung selama berapa menit pertama, dan aku tidak
mengucapkan sepatah kata pun padanya.
“Suasana hatimu sedang tidak baik, ya?” tanya Jamie akhirnya. “Kau bahkan tidak
berusaha malam ini.” “Tidak ada yang luput dari perhatianmu,
kan?” sahutku ketus tanpa menoleh ke arahnya.
“Mungkin aku bisa membantu,” usulnya. Nadanya terdengar tulus, yang
membuatku jadi semakin kesal. “Aku tidak yakin,” bentakku.
“Mungkin, kalau kau mau menceritakan padaku apa yang mengganjal ....”
Aku tidak membiarkan Jamie menyelesaikan ucapannya.
“Dengar,” kataku, seraya berhenti dan berdiri berhadapan dengannya. “Aku
menghabiskan waktu untuk menggotong- gotong properti sialan itu. Aku belum makan
sejak siang, dan sekarang aku harus berjalan ekstra satu mil hanya untuk memastikan kau
sampai di rumah, padahal kita sama-sama tahu bahwa kau sebetulnya tidak
memerlukanku untuk mengantar pulang.” Baru pertama kali itulah aku menaikkan
volume suaraku saat berbicara dengannya. Terus terang, rasanya lumayan menyenangkan.
Aku sudah memendamnya sekian lama. Jamie tampak sangat terkejut untuk menanggapi
kemarahanku, dan aku terus melanjutkan.
“Satu-satunya alasanku melakukan ini adalah karena ayahmu, yang bahkan tidak
menyukaiku. Semua ini betul-betul konyol. Aku berharap tidak pernah setuju untuk
melakukannya.”
“Kau cuma mengatakan semua ini karena kau tegang menghadapi pementasan besok
....” Aku memotong ucapannya dengan
gelengan kepalaku. Sekali aku sudah mulai, kadang-kadang sulit bagiku untuk berhenti.
Aku hanya mampu menghadapi sikap optimis dan keceriaannya sampai di sini, dan ini
bukan hari yang tepat untuk mendesakku makin jauh.
“Kau masih juga belum mengerti, ya?” tanyaku gusar. “Aku sama sekali tidak merasa
tegang menghadapi pementasan. Aku cuma sedang tidak ingin berada di sini. Aku tidak
ingin mengantarmu pulang, aku tidak ingin teman-temanku terus membicarakanku, dan
aku tidak ingin menghabiskan waktu bersamamu. Kau terus berlagak seakan kita
berteman, tapi nyatanya tidak begitu. Kita tidak punya hubungan apa-apa. Aku cuma
ingin semua ini segera berakhir dan aku bisa kembali ke kehidupan normalku.”
Jamie tampak sakit hati menerima luapan kemarahanku, dan sejujurnya, aku
tidak dapat menyalahkannya.
Kan Kukenang Selalu, Nicholas Spark
Kerjakanlah perintah soal berikut dengan tepat dan benar di buku tugasmu
1. Secara keseluruhan, ada berapa tokohkah yang terlibat dalam
petikan novel di atas? 2.
Jelaskan karakter setiap tokoh dalam petikan novel tersebut yang berkaitan dengan kepribadian dan watak Sertakan data
yang dapat kamu temukan dalam novel tersebut
TAGIHAN
1. Bacalah sebuah novel terjemahan
2. Tentukan tokoh dan karakter tokoh yang
terdapat dalam novel tersebut Tunjukkan-
lah datanya
Di unduh dari : Bukupaket.com
Pelajaran 7 Pendidikan
129
3. Jelaskan karakter setiap tokoh dalam petikan novel tersebut
yang berkaitan dengan peran Sertakan data yang dapat kamu temukan dalam novel tersebut
4. Tunjukkan data yang memuat karakter tokoh berdasarkan hasil
kesimpulan menyimakmu 5.
Tunjukkan contoh pengungkapan karakter tokoh yang dapat disimpulkan berdasarkan perilaku tokoh dalam cerita
B. Membawakan Acara