untuk pertumbuhan fungi Murray, 1999. Media yang digunakan untuk pengujian ALT adalah Plate Count Agar PCA yang mengandung tripton, glukosa dan yeast
extract untuk nutrisi pertumbuhan bakteri Bridson, 2006. Plate count agar
PCA adalah mikrobiologi medium pertumbuhan umum digunakan untuk menilai atau memonitor total atau layak pertumbuhan bakteri
dari sampel. PCA adalah bukan media selektif. Komposisi agar-agar pelat menghitung dapat bervariasi, tetapi biasanya mengandung bv yaitu
0,5 pepton, 0,25 ekstrak ragi, 0,1 glukosa, 1,5agar-agar, dan pH disesuaikan Atlas, 2000.
G. Landasan Teori
Hal-hal yang dapat mempengaruhi kualitas jamu cair adalah bahan yang digunakan, cara penyimpanan bahan, lama penyimpanan bahan, pencucian bahan,
peralatan yang digunakan, dan air yang digunakan. Bahan yang digunakan oleh pedagang jamu gendong temulawak adalah
rimpang segar temulawak dan air. Temulawak yang dipilih ialah temulawak yang masih segar yang ditandai dengan kulit temulawak yang tidak keriput dan tidak
berjamur. Penyimpanan bahan dilakukan dengan cara meletakkan rimpang segar
temulawak pada nampan dan disimpan pada tempat sejuk dan kering. Para pedagang jamu selalu membeli bahan untuk jamu setiap harinya sehingga rimpang
temulawak yang dibeli akan selalu diproses sebagai jamu temulawak pada pagi harinya. Menurut survei peneliti bahan baku yang diperoleh dari Pasar Tradisional
Klaten yang dijual oleh pedagang bahan jamu selalu baru setiap minggunya dan bahan-bahan tersebut didapatkan dari petani empon-empon dari daerah Manjung
Klaten. Peralatan yang digunakan oleh pedagang jamu selalu kering dan bersih.
Para pedagang jamu selalu mencuci peralatannya sebelum digunakan, seperti kuali tanah, pengaduk, sendok, telenan, pisau dan alu. Semua alat tersebut dicuci
bersih menggunakan sabun cuci piring dan kemudian dikeringkan dengan cara di angin-anginkan hingga kering.
Pembuatan jamu temulawak dilakukan dengan membersihkan temulawak dari kulit nya hingga bersih kemudian mencucinya dengan air mengalir 3-5 kali
pencucian lalu setelah dicuci bersih temulawak dirajang dan selanjutnya temulawak dicuci kembali dengan dibilas menggunakan air mengalir dengan
tujuan supaya temulawak benar-benar bersih. Air yang digunakan oleh pedagang jamu adalah air PAM. Setelah itu temulawak yang telah dirajang kemudian
dihaluskan dengan cara ditumbuk hingga lembut kemudian hasil tumbukan dimasukkan kedalam kuali lalu ditambahkan air untuk diambil saripatinya dengan
cara disaring. Saripati yang telah didapat kemudian direbus dengan mencampurkannya dengan air sebanyak 2 liter dan direbus dengan kuali tanah
yang kering dan bersih lalu dipanaskan diatas api kecil sampai mendidih ± 20 menit. Setelah mendidih jamu temulawak tersebut dibiarkan hingga suam-suam
kuku didalam kuali kemudian dimasukkan kedalam botol jamu dari bahan gelas yang digunakan khusus untuk jamu sebab pedagang jamu tidak lagi menggunakan
botol bekas plastik karena para pedagang jamu menganggap botol plastik akan mengurangi kualitas jamu dari segi aroma dan rasa.
H. HIPOTESIS