Pengambilan sampel jamu temulawak Sterilisasi Media, Alat dan Ruangan

sampel dan diuji dengan replikasi sebanyak 3 tiga kali serta dilakukan duplo pada setiap sampel jamu temulawak. Pada saat pengambilan sampel dipindahkan ke dalam botol kaca steril yang kemudian ditempatkan ke dalam coolbox untuk meminimlakan kontaminasi mikroba selama perjalanan menuju laboratorium. Penelitian ini dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta. Sampel jamu temulawak dipilih karena jamu ini berkhasiat untuk menambah nafsu makan, melancarkan haid, melancarkan ASI dan mengatasi pegal linu. Konsumen utama jamu ini adalah ibu-ibu yang menyusui sedang haid dan para buruh panggul. Apabila nilai AKK dan ALT pada jamu temulawak tinggi maka akan berbahaya apabila dikonsumsi oleh konsumen terutama konsumen ibu-ibu yang menyusui beserta bayinya. AKK yang tinggi dapat menyebabkan gangguan penyakit hati dan kandidiasis baik ibu maupun bayinya. Sedangkan ALT yang tinggi menyebabkan penyakit demam dan diare pada orang yang mengkonsumsinya Jawetz, 1996.

B. Pengambilan sampel jamu temulawak

Sampel jamu temulawak diambil sebanyak satu kali pengambilan dengan jumlah sampel 9 dimana seluruh sampel didapatkan dari 3 pedagang jamu gendong. Pengambilan sampel dilakukan pada hari Senin, 21 September 2015 pukul. 06.00. Berdasarkan survey peneliti pedagang jamu gendong mempunyai cara yang sama dalam mengolah jamu gendong tersebut yakni dengan cara mengupas dan membersihkan rimpang segar temulawak kemudian mencuci rimpang dengan air bersih sampai benar-benar bersih lalu menghaluskannya dengan cara di tumbuk dengan alu setelah itu kemudian merebus air hingga mendidih dan digunakan untuk membuat jamu, jamu dimasak dalam api kecil selama rata-rata 20 menit setelah itu jamu dimasukkan kedalam botol kaca khusus jamu. Pada saat pengambilan sampel, sampel jamu temulawak dimasukkan kedalam botol kaca steril dan tertutup rapat. Hal tersebut bertujuan agar tidak ada kontaminasi bakteri maupun jamur yang berasal dari wadah yang digunakan pada saat pengambilan sampel. Kemudian botol kaca steril ditempatkan kedalam coolbox untuk menghambat pertumbuhan mikroba patogen selama perjalanan menuju laboratorium.

C. Sterilisasi Media, Alat dan Ruangan

Sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup,dalam hal ini adalah mikroorganisme protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma,virus yang terdapat dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target metode inaktivasi dilihat dari metode dan tipe mikroorganisme yaitu dari asam nukleat, protein atau membran mikroorganisme tersebut. Sedangkan agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant Pratiwi,2006. Apabila alat maupun media yang digunakan selama pengerjaan tidak steril, maka tidak dapat dibedakan apakah cemaran mikroba yang tumbuh berasal dari sampel atau hasil dari kontaminasi alat maupun media, sehingga perlu dilakukan sterilisasi untuk membebaskan alat dan media dari segala macam bentuk kontaminasi Hadioetomo, 1985. Menurut Hadioetomo 1985, ada beberapa cara yang digunakan dalam sterilisasi bahan maupun alat, diantaranya sterilisasi menggunakan pemanasan, radiasi, filtrasi dan secara kimia. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan saat pemilihan metode sterilisasi tergantung pada sifat dan jenis bahan yang akan disterilisasi. Jenis media yang digunakan dalam penelitian adalah media umum dimana media tersebut mempunyai sifat tidak tahan terhadap panas yang sangat tinggi dan dengan durasi yang lama sehingga proses sterilisasi media dilakukan dengan sterilisasi panas basah menggunakan autoklaf pada suhu 121 ℃ selama 15 menit. Prinsip kerja dari metode ini adalah dengan mendenaturasi atau mengkoagulasikan protein yang merupakan komposisi utama dinding sel pada mikroorganisme. Uap panas bertekanan tinggi akan memecah dinding sel bakteri sehingga bakteri akan mati. Media tidak disterilisasi dengan metode panas kering karena pada media terkandung banyak nutrisi yang digunakan untuk pertumbuhan kapang khamir maupun koloni bakteri yang akan diisolasi. Apabila menggunakan metode panas kering dengan oven pada suhu 180 ℃ dan dengan durasi yang lama 1-2 jam maka akan merusak nutrisi yang terkandung dalam media sehingga media tidak dapat mensuplai makanan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan kapang khamir maupun koloni bakteri sehingga menyebabkan pertumbuhan kapang khamir maupun bakteri mejadi tidak optimal. Kemudian metode yang digunakan dalam sterilisasi alat pada penelitian ini adalah dengan sterilisasi panas kering menggunakan oven. Sterilisasi dengan metode panas kering membutuhkan suhu yang tinggi yaitu 160 ℃ sampai dengan 180℃ dan berlangsung selama 1-2 jam supaya bakteri mengalami dehidrasi dalam udara panas dan kering sehingga akan mematikan bakteri. Prinsip kerja metode ini adalah menggunakan prinsip kerja aliran udara panas kering. Bakteri akan mengalami dehidrasi dalam udara panas kering sehingga lama-lama bakteri akan mati. Metode ini digunakan untuk sterilisasi benda-benda kaca seperti labu ukur, pipet tetes, pipet volume, cawan petri, gelas beker, gelas ukur, serta erlenmeyer. Alat-alat yang disterilisasi dibungkus dengan aluminium foil agar tidak terkontaminasi dan tidak kontak dengan udara maupun benda lain ketika dikeluarkan dari oven Pratiwi, 2008. Sterilisasi ruangan dilakukan dengan mengelap permukaan tempat bekerja menggunakan alkohol 70 sebelum memulai pekerjaan. Apabila menggunakan Laminar Air Flow LAF perlu dilakukan sterilisasi dengan memnyemprotkan alkohol 70 pada dinding bagian dalam LAF kemudian dilap menggunakan kapas steril. Kemudian LAF ditutup dan lampu UV dinyalakan selama 3 jam pada panjang gelombang sinar UV 260-270 nm sehingga akan menghambat replikasi DNA sehingga mikroorganisme akan mati Suriawiria, 2005.

D. Homogenisasi dan Pengenceran Sampel