2. Pengaruh Prestasi Belajar Sejarah Terhadap Sikap Nasionalisme
Siswa
Pengaruh lain yang mempengaruhi sikap nasionalisme siswa adalah prestasi belajar sejarah. Prestasi adalah hasil perubahan kemampuan siswa,
yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Prestasi belajar dipengaruhi oleh keadaan siswa itu sendiri. Setiap siswa mempunyai
kemampuan sendiri-sendiri untuk menerima dan memahami materi materi pelajaran sejarah. Keadaan awal siswa merupakan merupakan keseluruhan
kenyataan kepribadian siswa, instutisional yang berkaitan erat dengan tujuan intruksional. Keadaan awal inilah yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran di kelas. Pelajaran sejarah mempunyai peran penting bagi tercapainya tujuan
pendidikan, sebab salah satu fungsi pembelajaran sejarah adalah mengkaji pengalaman-pengalaman masyarakat masa lampau yang dijadikan bahan
pertimbangan dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Dengan demikian apabila pendidikan dianggap sebagai sarana untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yang mempunyai budi pekerti luhur. Pengajaran sejarah dapat digunakan untuk
menumbuhkan kesadaran nasional para siswa dengan mengenali identitas bangsanya.
Pelajaran sejarah dapat menumbuhkan rasa kebangsaan, cinta tanah air, mengembangkan dan memperluas wawasan serta membantu memahami
perkembangan bangsanya. Dengan demikian siswa yang memiliki prestasi belajar sejarah tinggi akan memiliki sikap nasionalisme yang tinggi pula.
3. Interaksi Antara Minat Belajar dan Prestasi Belajar Sejarah
Terhadap Sikap Nasionalisme
Minat belajar dan prestasi belajar sejarah memiliki interaksi terhadap sikap nasionalisme. Minat belajar sejarah tinggi yang dimiliki siswa dapat
menghasilkan prestasi belajar sejarah yang tinggi sehingga berpengaruh pada sikap nasionalisme siswa. Siswa yang berminat terhadap pelajaran sejarah
cenderung terus aktif saat pelajaran maupun di luar pelajaran seperti membuat catatan sejarah, membaca buku sejarah, serta mengunjungi tempat wisata
sejarah. Siswa yang memiliki minat belajar sejarah tinggi akan mengikuti
pembelajaran sejarah secara konsisten dengan rasa senang, karena hal tersebut muncul dari dalam diri sendiri yang didasarkan rasa suka dan tidak ada
pengaruh dari pihak luar. Semakin besar minat seseorang terhadap pelajaran sejarah, semakin besar pula perhatiannya mengikuti pembelajaran sehingga
memudahkan seseorang untuk memahami materi pelajaran sejarah. Adanya interaksi antara minat belajar dan prestasi belajar sejarah,
dapat berpengaruh pada sikap nasionalisme siswa. Siswa yang memiliki minat belajar sejarah tinggi dapat menghasilkan prestasi belajar sejarah tinggi,
sehingga menghasilkan sikap nasionalisme yang tinggi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRESTASI TINGGI B1
RENDAH B2 MINAT
TINGGI A1 A1 B1
A1 B2 RENDAH A2
A2 B1 A2 B2
Gambar I: Skema Kerangka Berpikir C.
Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas maka, dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada perbedaan sikap nasionalisme antara siswa yang memiliki minat
belajar sejarah tinggi dan siswa yang memiliki minat belajar sejarah rendah.
2. Ada perbedaan sikap nasionalisme antara siswa yang memiliki prestasi
belajar sejarah tinggi dan siswa yang memiliki prestasi belajar seajrah rendah.
3. Ada interaksi antara minat dan prestasi belajar sejarah terhadap sikap
nasionalisme siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA BOPKRI 2 Jalan Jenderal Sudirman
No.87 Yogyakarta. 2.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2016.
B. Populasi Penelitian dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.
72
Populasi penelitian yang dimaksud adalah populasi yang berkaitan dengan data. Dalam penelitian
ini populasi yang digunakan adalah siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 20152016 berjumlah 104 siswa. Sampel dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta berjumlah 80 siswa. Alasan mengambil sampel kelas XI disebabkan karena kelas XII
dalam persiapan ujian nasional, sehingga semangat belajarnya tinggi. Siswa kelas X juga tidak dijadikan sampel karena baru dalam taraf penyesuaian
belajar dari SMP masuk ke SMA, sehingga untuk mendapatkan data yang ideal peneliti memilih kelas XI karena telah melewati masa penyesuaian.
Disamping itu siswa kelas XI belum terbebani dengan ujian akhir yang akan
72
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, PT. Bina Aksara: Jakarta, 1989, hal 102