memahami fakta dan peristiwa penting, mempunyai pemikiran yang kritis, mempunyai keterampilan praktis, dan menjadikan siswa berperilaku sosial
yang sehat seperti memiliki rasa patriotism, menghargai keberagaman, dan mampu bekerja sama dengan sesama.
Sejarah perlu diajarkan untuk menanakan nilai-nilai masa lampau kepada generasi muda. Sejarah sangat bernilai sebagai suatu pelajaran dengan
banyak cara. Ada banyak hasil penting yang menjadi tanggung jawab setiap kegiatan pembelajarna sejarah. Nilai-nilai pembelajaran sejarah dapat
dikelompokkan menjadi nilai keilmuan, nilai informasi, nilai etnis, nilai budaya, nilai politik, nilai nasionalisme, nilai internasional dan nilai kerja.
9
1. Minat Belajar Sejarah
Minat merupakan suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan sendiri.
Oleh karena itu, sesuatu yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minat sejauh sesuatu yang dilihat itu mempunyai hubungan
dengan kepentingan sendiri. Minat timbul tidak secara tiba-tiba melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau
bekerja.
10
Menurut Syaiful Bahri Djamarah minat merupakan kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa
senang.
11
Slameto juga mengatakan bahwa minat merupakan suatu rasa lebih
9
S. K. Kochhar, Op. Cit, Hal 63
10
A.M Sardiman, Interaksi Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali, 1989, hal 75-76
11
S.B Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002, hal 132
suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
12
Ketika seseorang memiliki minat belajar, pada saat itulah perhatiannya tidak lagi dipaksakan dan akan beralih secara spontan. Semakin besar minat
seseorang akan semakin besar spontanitas perhatiannya. Belajar dalam jangka panjang tidak mungkin berlangsung tanpa adanya perhatian spontan, padahal
belajar tekun cukup lama menjadi prasyarat untuk menguasai pelajaran dan memperdalam pemahaman.
13
Minat juga diartikan sebagai suatu sikap atau perasaan yang positif terhadap suatu aktivitas orang, pengalaman, atau benda. Secara umum minat
diartikan sebagai suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan
kepada seseorang. Dengan demikian minat dapat menimbulkan sikap yang merupakan suatu kesiapan berbuat bila ada stimulus khusus sesuai dengan
keadaan tersebut.
14
Minat belajar sejarah adalah rasa senang dan tertaik untuk mempelajari sejarah serta memiliki perhatian yang tinggi terhadap pelajaran sejarah yang
dapat membantu seseorang mudah untuk memahami pelajaran sejarah. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa anak didik yang berminat
terhadap pelajaran sejarah akan mengikuti pembelajaran sejarah secara konsisten dengan rasa senang dikarenakan hal tersebut datang dari dalam diri
12
Slameto, Belajar dan Fakto-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010, hal 180
13
The Liang Gie, Cara Belajar yang efisien, Jilid 1, Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna, 2002, hal 29
14
Desa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Bina Aksara, 1988, hal 61
anak didik itu sendiri yang didasarkan rasa suka dan tidak adanya paksaan dari pihak luar. Anak didik yang berminat akan mempelajari dengan sungguh-
sungguh, karena ada daya tarik baginya. Dengan kata lain minat belajar sejarah adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada pembelajaran
sejarah tanpa ada yang memaksa. Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan didapat melalui proses
pengalaman belajar.
15
Dengan demikian perlu adanya usaha untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat. Misalkan dalam pelajaran sejarah,
perlu menggunakan media-media pembelajaran yang menarik seperi film, foto dan gambar maka anak didik akan tertarik untuk mengikut proses
pembelajaran. Minat belajar memiliki dua aspek yaitu:
16
1. Aspek Kognitif
Berdasarkan konsep yang dikembangkan anak mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Konsep yang membangun aspek kognitif minat
didasarkan atas pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari di rumah, sekolah, masyarakat dan media massa.
2. Aspek Afektif
Konsep yang membangun aspek afektif minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan minat. Aspek afektif juga
dikembangkan dari pengalaman pribadi, dari sikap orang lain yang penting seperti orang tua, guru, teman-teman sebaya terhadap kegiatan yang
berkaitan dengan minat.
15
Slameto, op. cit, hal. 180
16
Elizabeth Hurllock, Perkembangan Anak Jilid II, Jakarta: Erlangga, 1998, hal. 116-118
Berdasarkan uraian tersebut, maka minat terhadap mata pelajaran Sejarah yang dimiliki seseorang bukan bawaan sejarah lahir, tetapi dipelajari melalui
penilaian kognitif dan afektif seseorang yang dinyatakan dalam sikap. Dengan kata lain, jika proses penilaian kognitif dan afektif seseorang terhadap objek minat
adalah positif maka akan menghasilkan sikap yang positif dan dapat menumbulkan minat. Minat juga memiliki faktor-faktor yang mempengaruhinya
yakni: 1.
Faktor Internal Individu Faktor yang mempengaruhi minat yang muncul dari dalam diri individu
sendiri antara lain. 1
Cita-cita Setiap orang memiliki cita-cita dalam hidupnya, termasuk anak
didik. Cita-cita juga mempengaruhi minat belajar anak didik. Cita-cita sering senantiasa diperjuangkan, bahkan tidak jarang seseorang
mendapatkan rintangan, namun tetap berusaha untuk mencapainya. 2
Hobi Hobi merupakan hal yang menyenangkan untuk dilakukan, dengan
demikian kesenangan tersebut menyebabkan timbulnya minat. Sebagai contoh seseorang memiliki hobi mempelajari sejarah maka secara spontan
timbul minat untuk menekuni ilmu sejarah. Dengan demikian hobi tidak bisa dipisahkan dari faktor minat.
3 Prestasi Diri
Keberhasilan seseorang dalam belajar memiliki pengaruh yang kuat terhadap minat. Sebab dengan prestasi yang tinggi akan
menumbuhkan minat yang semakin kuat untuk terus menekuni bidang yang dipelajari. Begitu juga sebaliknya, prestasi yang rendah dapat
membuat rasa kecewa sehingga akan mengurangi minat seseorang untuk menekuni bidangnya.
4 Konsep Diri
Kepercayaan diri memberikan pengaruh yang kuat terhadap minat. Seseorang yang yakin bahwa dapat mendapatkan prestasi yang tinggi akan
menimbulkan minat yang tinggi pula untuk belajar, sebab seseorang tersebut sudah meletakkan keyakinan bisa mendapatkan prestasi yang
tinggi. 2.
Faktor Eksternal Individu Faktor yang mempengaruhi minat yang muncuk dari luar diri individu, antara
lain: 1
Pengaruh Orang tua Orang tua mempengaruhi sikap dan minat anak. Motivasi dari
orang tua memberikan pengaruh besar dalam menumbuhkan minat anak baik terhadap bidang akademik maupun non akademik.
2 Teman Sebaya
Melalui pergaulan seseorang akan dapat terpengaruh arah minatnya oleh teman sebayanya. Pengaruh teman sebaya ini sangat besar karena
dalam pergaulan itulah mereka memupuk pribadi dan melakukan berbagai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
aktifitas. Minat yang sama dengan teman sebaya akan membantu semua anak dalam penerimaan sosial.
3 Guru
Hubungan yang baik antara anak didik dan guru akan menumbuhkan minat yang baik dalam diri siswa untuk mengikuti proses pembelajaran
dengan perasaan senang. Perasaan senang akan menimbulkan minat, dengan demikian untuk
meningkatkan minat belajar siswa dapat dilakukan melalui berbagai cara : 1.
Membina hubungan akrab dengan siswa, namun tidak bertingkah seperti anak remaja.
2. Menyajikan bahan pelajaran yang tidak terlalu sulit, namun tidak terlalu
mudah. 3.
Menggunakan alat-alat pelajaran yang menunjang proses belajar. 4.
Bervariasi dalam cara mengajarnya, namun tidak berganti-ganti metode sehingga siswa menjadi bingung.
17
5. Bankitkan suatu kebutuhan kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk
mendapat pengahargaan, dan sebagainya. 6.
Hubungkan dengan pengalaman lampau. 7.
Beri kesempatan untuk mendapat hasil baik. Untuk itu bahan pelajaran disesuaikan dengan kesanggupan individu.
18
8. Menerangkan materi dengan sudut pandang yang unik, sehingga anak didik
terpacu rasa ingin tahunya. 9.
Menggunakan alat peraga dengan tujuan anak didik mempunyai modal pengetahuan yang lebih terbayang.
10. Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bercerita serta belajar
mengungkapkan pendapat secara lebih terstruktur.
19
17
W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta: Gramedia, 1983, hal. 31
18
S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Bandung: Jemmars, 1982, hal. 85
19
I.J. Ekomadyo, Prinsip Komunikasi Efektif Untuk Meningkatkan Minat Belajar Anak, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009, hal. 35
2. Prestasi Belajar Sejarah