1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2013 Bab I Pasal 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilih kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Berdasarkan pengertian di atas, maka fungsi penting pendidikan ialah pembelajaran tentang kehidupan manusia dalam beragam fungsi dan
kebutuhan. Pendidikan juga bertujuan untuk membentuk kepribadian dan kemampuan. Untuk mencapai tujuan tersebut pendidikan dapat melalui
keluarga, sekolah dan masyarakat. Pengajaran sejarah di sekolah mempunyai fungsi khusus sebagai
berikut ; 1 membantu mengembangkan pada siswa cinta terhadap tanah air dan pengertian tentang adat istiadat serta cara-cara hidupnya.
1
2 Mempunyai fungsi intrinsik dan ekstrinsik. Fungsi intrinsik pembelajaran meliputi sejarah
sebagai ilmu, sejarah sebagai mengetahui masa lampau, sejarah sebagai pernyataan pendapat dan sejarah sebagai profesi sedangkan fungsi ekstrinsik
yaitu sejarah dapat digunakan sebagai liberal education pendidikan budaya.
1
C.P Hill, Saran-saran tentang Mengajarkan Sejarah terjemahan Hasan Wirasustina, Jakarta: Perpustakaan KEM. P.P. dan K, 1965, hal 10
Selain itu secara umum sejarah mempunyai tujuan pendidikan yaitu 1 sebagai pendidikan moral, penalaran, politik, kebijakan, perubahan, masa
depan, keindahan dan ilmu bantu.
2
2 untuk menanamkan pemahaman tentang adanya perkembangan masyarakat masa lampau hingga masa kini,
menumbuhkan rasa cinta bangsa dan tanah air. Berdasarkan tujuan pelajaran sejarah tersebut, sebagai seorang guru
dituntut untuk menumbuhkan minat belajar siswa agar siswa dapat tertarik dengan pelajaran sejarah. Guru dalam usahanya menumbuhkan minat belajar
siswa selain menjalin kerja sama perlu membuat pembuat pembelajaran sejarah di kelas lebih menarik perhatian siswa agar tidak berkesan
membosankan agar tujuan pendidikan sejarah bisa mencapai keberhasilan. Keterpaduan pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat
menentukan keberhasilan dalam dunia pendidikan. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sangat penting untuk membina generasi
muda. Hal ini terbukti dari tujuan sekolah yaitu bahwa pendidikan sekolah bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan akademik,
keterampilan, dan kreativitas tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bidang-bidang lain sesuai dengan fungsi dan tujuan
lembaga pendidikan tersebut Untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan, guru
memerlukan penilaian. Penilaian ini merupakan rangkaian dalam proses belajar mengajar di sekolah yang terwujud dalam prestasi belajarnya. Prestasi
2
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang, 1995, hal 19-35
belajar itu disusun dalam suatu laporan yang berisi kecakapan dan kemampuan siswa dalam berbagai bidang studi yang diwujudkan dalam
bentuk nilai atau angka. Keberhasilan anak didik dalam menempuh pendidikan dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah minat. Minat yang tinggi akan membantu anak didik untuk mendapatkan proses belajar yang baik.
Minat merupakan pendorongnya munculnya motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu tanpa adanya pengaruh dari pihak lain. Minat tidak dibawa
sejak lahir, melainkan memerlukan proses belajar untuk menumbuhkan minat.
3
Karena minat mempunyai arti penting dalam keberhasilan belajar. Arti penting minat dalam belajar sebagai berikut:
1. Minat melahirkan perhatian yang serta merta.
2. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi.
3. Minat mencegah perhatian dari luar.
4. Minat memperkuat melekatkan bahan pelajaran dalam ingatan.
5. Minat memperkecil kebosanan studi dalam diri sendiri.
4
Sekolah merupakan pendidikan formal yang memiliki peran penting untuk membina generasi muda. Hal ini dapat dilihat dari tujuan pendidikan
sekolah yaitu bahwa pendidikan sekolah tidak hanya bertujuan meningkatkan kecerdasan, keterampilan dan kreativitas, tetapi juga bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan siswa dalam bidang-bidang lainnya. Tujuan pendidikan sekolah di Indonesia dapat dilihat dari tujuan
Pendidikan Nasional Indonesia menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yaitu
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
3
Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT Bina Karya, 1988, hal 180
4
The Liang Gie, Cara Belajar yang Efisien, Jilid 1, Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna, Yogyakarta, 2002, hal 28-29
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
”. Dengan demikian apabila pendidikan dianggap sebagai sarana untuk
mewujudkan cita-cita nasional, maka sejarah berperan penting untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan tersebut. Pendidikan sejarah
menjadi penting karena di dalamnya termuat proses pewarisan nilai yaitu, nilai-nilai yang berkembang pada generasi sebelumnya kepada generasi
berikutnya. Melalui pendidikan manusia mendapatkan unsur-unsur peradaban masa lampau dan memungkinkannya untuk mengambil peranan dalam
peradaban masa kini maupun untuk membentuk peradaban di masa yang akan datang.
5
Untuk itu perlu adanya kesadaran sejarah pada generasi muda yang ditanamkan melalui pembelajaran sejarah sebagai pewarisan nilai-nilai masa
lampau. Untuk mewariskan nilai-nilai masa lampau kepada generasi muda
perlu ditanamkan kesadaran sejarah pada diri siswa. Untuk menanamkan kesadaran sejarah peran guru sejarah sangat dibutuhkan, terutama pada saat
proses pelajaran sejarah. Pembelajaran yang menarik akan menimbulkan minat belajar yang tinggi pada diri siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk
mempelajari sejarah. Melalui kesadaran sejarah sikap nasionalisme dapat ditanamkan pada diri siswa. Kesadaran sejarah mencangkup pengalaman di
masa lampau rasa senasib dalam penjajahan. Perasaan senasib menjadi dasar
5
I Gede Widja, Dasar-dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989, hal 9
untuk membangun persatuan menumbuhkan rasa citai tanah air. Tanpa adanya kesadaran sejarah tidak akan ada rasa kebersamaan dan kesadaran untuk
menciptakan persatuan untuk membangkitkan semangat nasionalisme. Pengajaran sejarah di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan sikap
nasionalisme kepada siswa. Pengajaran sejarah merupakan dasar bagi pendidikan dalam rangka membangun bangsa, terutama untuk membangkitkan
kesadaran, bahwa siswa adalah bagian dari bangsa.
6
Pengajaran sejarah juga melatih para siswa untuk lebih kritis memahami permasalahan dalam
membedakan antara kebenaran dan propaganda. Dahulu makna nasionalisme adalah perjuangan melawan penjajah
untuk mendapatkan kemerdekaan sedangkan hakikat nasionalisme saat ini ialah mengisi pembangunan dengan perbuatan positif. Namun nasionalisme
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di era globalisasi ini memiliki daya tarik karena sekarang kobaran semangat nasionalisme generasi muda mulai
luntur. Misalnya kurang menghargai keberagaman, berkurangnya rasa kesetiakawanan, tidak menaati peraturan, tidak mencintai produk dalam
negeri, mengabaikan kepentingan umum, ketertiban dan keamanan, serta tidak menjunjung tinggi bendera merah putih. Lunturnya nasionalisme bangsa dapat
menjadi ancaman terhadap terkikisnya nilai-nilai patriontisme yang menjadi landasan kecintaan terhadap tanah air.
Pada saat ini bangsa Indonesia menghadapi berbagai masalah yang berkaitan dengan nasionalisme seperti; 1 ancaman globalisasi, 2 transformasi
6
Marwati Djoened Poesponegara, Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia 1, Jakarta: Balai Pustaka, 1984, hal xvii
bangsa Indonesia, 3 ancaman identitas bangsa termasuk gerakan disintegrasi, 4 mental-mental tamak, feodal, tahayul, korup, tidak disiplin, tidak percaya
diri, lari dari tanggung jawab, dan 5 terus melemahnya kesadaran sejarah. Tantangan bagi nasionalisme lahir seiring dengan semakin modernnya
kehidupan manusia. Persebaran globalisasi yang pesat merupakan penyebab utama kemerosotan rasa nasionalisme. Sikap nasionalisme di kalangan siswa
SMA saat ini menimbulkan berbagai masalah di kalangan siswa yaitu tidak mengikuti upacara, tidak hafal lagu Indonesia raya, tidak hafal Pancasila, tidak
mengibarkan bendera merah putih dan tidak saling menghormati perbedaan antar sesama.
Selain itu, ada anggapan di kalangan masyarakat yang mengatakan semangat kebangsaan atau nasionalisme siswa di sekolah telah menurun atau
pudar. Siswa sering melanggar peraturan dan tata tertib sekolah, siswa tidak menghayati ketika menyanyikan lagu Indonesia Raya, siswa tidak serius
ketika memberi hormat pada bendera merah putih, datang ke sekolah tidak tepat waktu, kurang peduli dengan lingkungan sekolah, tidak serius dalam
berdoa ketika upacara bendera, dan siswa kurang mengenang jasa para pahlawan seperti tidak menghadiri upacara peringatan hari pahlawan, tidak
serius menyanyikan lagu Gugur Bunga untuk mengenang jasa pahlawan dan lainnya.
Namun demikian perlu disadari bahwa bentuk nasionalisme saat ini berbeda dengan yang nasionalisme masa lalu. Nasionalisme pada masa lalu
merupakan perjuangan melawan penjajah untuk mendapatkan kemerdekaan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sedangkan nasionalisme pada saat ini mengisi pembangunan dengan cara belajar sungguh-sungguh agar berprestasi di sekolah. Maka upaya yang dapat
dilakukan untuk menumbuhkan semangat nasionalisme generasi muda salah satunya melalui pendidikan.
Melalui pendidikan
khususnya pelajaran sejarah mendorong munculnya kesadaran sejarah yang diharapkan siswa mampu mendapatkan
prestasi yang baik dalam bidang kognitif, afektif maupun psikomotorik dan memotivasi generasi muda memiliki sikap nasionalisme. Guru sejarah dalam
pendidikan dan pembelajaran sebaiknya mampu menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa sejarah. Nilai-nilai sejarah yang kiranya dapat
diambil dan ditanamkan pada generasi muda mampu menjadikan generasi muda yang mempunyai rasa tanggung jawab, patriotisme, berkarakter dan rasa
nasionalisme tinggi terhadap bangsa Indonesia. Berdasarkan uraian di atas ditemukan banyak masalah yang berkaitan
dengan sikap nasionalisme. Maka penulis tertarik untuk melihat sejauh mana pengaruh minat dan prestasi belajar sejarah terhadap sikap nasionalisme.
Adapun judul dalam penelitian ini ialsah “Pengaruh Minat dan Prestasi Belajar Sejarah Terhadap Sikap Nasionalisme Siswa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta
Tahun Ajaran 20152016 ”.
B. Batasan Masalah