Sikap Nasionalisme Kajian Teori

3. Sikap Nasionalisme

3.1. Sikap Menurut Rokeach sikap merupakan predisposing untuk merespon, untuk berperilaku. 55 Ini berarti sikap berkaitan erat dengan perilaku atau tindakan. SMenurut Anton Mulyono sikap adalah perbuatan yang berdasar pada pendirian atau pendapatkeyakinan senagai kecenderungan untuk bertindak. 56 Sikap adalah gejala internal yang berdemensi afektif yang berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap orang atau barang baik secara positif maupun negatif. 57 Sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak. Orang yang memiliki sikap jelas mampu untuk memilih secara tegas diantara beberapa kemungkinan. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto, sikap adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang atau suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap situasi yang dihadapi. 58 Dalam sikap mengandung komponen-komponen atau aspek-aspek yang saling menunjang yaitu aspek kognitif, afektif dan konatif. Komponen kognitif berupa apa yang dipercayai atau kepercayaan seseorang mengenai objek sikap, komponen afektif merupakan komponen perasaan yang menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap sesuatu objek 55 Bimo Walgito, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, Yogyakarta: ANDI, 2003, hal 110 56 Anton Mulyono, op. cit, hal 838 57 Muhibbin Syah, op. cit, hal 135 58 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung:Rosdakarya, 1990, hal 136 sikap dan komponen konatif menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang yang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. 59 Dari bermacam-macam pendapat tersebut dapat ditarik suatu pendapat bahwa sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatinf ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada seseorang untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya. 60 3.2. Nasionalisme Nasioanlisme merupakan suatu paham, yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. 61 Perasaan sangat mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya selalu ada disepanjang sejarah dengan kekuatan yang berbeda-beda. Menurut L. Stoddard nasionalisme adalah suatu keadaan jiwa dan suatu kepercayaan, dianut oleh sejumlah besar manusia perseorangan sehingga mereka membentuk suatu kebangsaan. Nasionalisme adalah rasa kebersamaan segolongan sebagai suatu bangsa. 62 Nasionalisme adalah suatu rasa kebersamaan yang menuju ke arah ikatan persatuan dan kesatuan bangsa dan tanah air. 63 Menurut Sartono, nasionalisme sebagai suatu ideologi perlu menjiwai setiap warga negara yang 59 Saiffudin Aswar, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Liberty, 1988, hal 7- 21 60 Bimo Walgito, op. cit, hal 111 61 Hans Kohn, Nasionalisme Arti dan Sejarahnya, Jakarta: Erlangga, 1984, hal 11 62 Badri Yatim, Soekarno, Islam dan Nasionalisme, Jakarta: Inti Sarana Aksara, 1985, hal 63 63 Roeslam Abdulghani, Indonesia Menatap Masa Depan, Jakarta: Pustaka Merdeka, 1987, hal 181 wajib secara moral dengan loyalitas penuh mengabdikan diri kepada kepentingan negarabangsa. 64 Sedangkan menurut Slamet Mulyono, nasionalisme adalah manifestasi kesadaran bernegara atau semangat bernegara. 65 Nasionalisme juga diartikan sebagai suatu gagasa-gagasan, pikiran- pikiran yang bersifat nasional dimana suatu bangsa memiliki cita-cita kehidupan dan tujuan nasional, berdasarkan rasa kebersamaan dan timbul semangat kebangsaan yaitu rela berkorban untuk kepentingan tanah air dan semangat patriotisme. 66 Timbulnya konsepsi wawasan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa yang menegara. Oleh karena itu wawasan dari suatu bangsa yang menegara adalah wawasan nasional. Pengertian nasional mengacu kepada nation yang mengandung arti sebagai bangsa. Nation adalah suatu kesatuan solidaritas yang terdiri dari orang-orang yang saling merasa setia kawan satu dengan yang lain. 67 Nation merupakan kesatuan solidaritas yang besar, tercipta oleh perasaan senasib sepenanggungan yang terjadi pada masa lampau. Nation tidak bergantung pada kesamaan asal, ras, suku bangsa, agama, bahasa, budaya dan geografis. Jadi, Nation adalah suatu kesatuan solidaritas yang didasarkan oleh perasaan kebersamaan, rasa solidaritas 64 Sartono Kartodirdjo, Pembangunan bangsa, Yogyakarta: Aditya Media, 1994, hal 43 65 Slamet Mulyono, Nasionalisme Sebagai Modal Perjuangan bangsa Indonesia, P.N. Balai Pustaka, Jakarta:1978 hal 7 66 Siswo Yudohusodo, dkk, Nasionalisme Indonesia dalam Era Globalisasi, Yogyakarta: Widya Patria, 1994, hal 5 67 S.A Kodhi dan R. Soejadi, Filsafat, Ideologi, dan Wawasan Bangsa Indonesia, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 1998, hal 86-87 kebangsaan dan kehendak untuk hidup bersama di suatu wilayah atau tanah air sebagai satu bangsa. Nasionalisme bangsa Indonesia dipertegas oleh pembukaan UUD 1945 sebagai nasionalisme pancasila, yaitu religius, monoteistis, humanistis, berkerakyatan, dan berkeadilan sosial. Nasionalisme dan patriotisme saling kait mengkait dan merupakan dwi tunggal. Keduanya disumberi oleh rasa cinta, hanya arahnya berbeda. Apabila cinta nasionalisme lebih terarah kepada sesama bangsa maka patriotisme lebih terarah kepada cinta tanah air dan keduanya berisikan solidaritas atau rasa setia kawan. 68 Setia kawan terhadap nasib tanah air dan bangsa. Keduanya merasa senasib sepenanggungan terhadap kelangsungan hidup tanah air dan bangsa. Nasionalisme Indonesia dipertegas secara khusus sebagai nasionalisme pancasila yaitu nasionalisme yang 1 ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, 2 ber-Perikemanusiaan yang berorientasi internasionalisme, 3 ber-Persatuan Indonesia yang patriotik, 4 ber-Kerakyatan atau demokratis dan 5 ber-Keadilan sosial untuk seluruh rakyat. 69 Nasioalisme berisikan solidaritas atau rasa setia kawan. Solidaritas berintikan dua hal pokok yaitu hak dan kewajiban mengelola seluruh tanah air bangsa Indonesia dengan segala kekayaan alamnya menurut nilai-nilai dan ukuran-ukuran tertentu dengan mempertahankan segala kepandaian dan keterampilan seluruh jiwa raganya demi kemakmuran rakyat bersama, hak dan kewajiban membela bangsa dan negara dengan kesediaan mengorbankan 68 Roeslan Abbdulghani, Op. Cit, hal 200 69 Siswono Yudohusodo, dkk, Nasionalisme Indonesia dalam Era Globalisasi, Yogyakarta: Wiidya Patria, 1994, hal 35 jiwa raga, demi keselamatan bangsa, tanah air dan negara. Dengan demikian esensi nasionalisme sebagai suatu tekat besama yang tumbuh dari bawah untuk bersedia hidup sebagai suatu bangsa dalam negara merdeka. Dalam semangat nasionalisme terkandung aspek integral, yaitu dengan jiwa nasionalisme yang selalu terjaga, jika dapat membangun etos- etos kebangsaan secara berkelanjutan dalam satu kebangsaan, agar nasionalisme itu selalu hidup dalam jiwa kita masing-masing. Dengan jiwa nasionalisme yang kuat, akan dapat memperstukan berbagai perbedaan, tetapi dengan tetap berada dalam struktur suatu negara atau bangsa yang bersatu dan berdaulat. 70 Prisnsip-prinsip nasionalisme sebagai asas tujuan pendidikan nasional adalah: 1. Unity kesatuan-kesatuan lewat proses integrasi dalam sejarah berdasarkan solidaritas nasional yang melampaui solidaritas lokal, etnis dan tradisional. 2. Liberty kebebasan setiap individu dilindungi hak-hak asasinya, kebebasan berpendapat, berkelompok dan kebebasan dihayati dengan penuh tanggung jawab sosial. 3. Equality persamaan hak dan kewajiban, serta persamaan kesempatan. 4. Personalism kepribadian pribadi perorangan dilindungi haknya yaitu hak milik, kontrak dan pembebasan dari ikatan kolektif. 70 Agus Riyanto, Nasionalisme, Kerukunan dan Persatuan Bangsa, Harian Radar Solo, 22 Mei 2000, hal 5 5. Performance hasil kerja baik secara individu maupun kolektif. 71 Nasionalisme tidak muncul begitu saja, melainkan memiliki faktor- faktor yang menumbuhkan nasionalisme. Faktor-faktor munculnya nasionalisme bisa dari dalam maupun pengaruh dari luar. Faktor dari dalam yang menumbuhkan nasionalisme misalnya penderitaan akibat penjajahan, pembangunan sarana komunikasi yang meudahkan pertemuan rakyat di berbagai pulau, adanua Undang-Undang desentralisasi memungkinkan rakyat megenal cara demoktasi modern, adanya reaksi pergerakan kedaerahan yang tidak menguntungkan, serta inspirasi dari kejayaan zaman Sriwijaya dan Majapahit. Sedangkan faktor-fakor dari luar misalnya masuknya ide-ide barat lewat pendidikan modern, kemenangan Jepang atas Rusia, dan munculnya gerakan kebangsaan di wilayah lain kemudian menjadi inspirasi bangsa Indonesia untuk mengalang persatuan dan kesatuan yang disebut nasionalisme.

B. Kerangka Berpikir