Pengaruh Jenis Tanah terhadap Simbiosis Mutualistik CMA

2. Pengaruh Jenis Tanah terhadap Simbiosis Mutualistik CMA

Pemanfaatan CMA bagi pertumbuhan koro hijau sebagai tanaman pionir untuk reklamasi lahan bekas tambang kapur sangat diperlukan. Menurut Paryudyaningsih dan Sari 2013, tanah di lahan bekas tambang kapur memiliki karakteristik yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman karena memiliki kualitas tanah yang buruk baik secara kimia, fisika dan biologi. Namun, dengan adanya asosiasi dengan CMA dan penambahan pupuk organik pada media tanam memungkinkan tanaman dapat memperoleh unsur hara yang cukup. Menurut Salisbury dan Ross 1992, mikoriza menawarkan keuntungan besar pada tanaman yang hidup di tanah tandus. Bahkan tanpa mikoriza yang mampu menyerap unsur hara, banyak komunitas tanaman yang tidak mampu bertahan. Dalam percobaan ini, tanaman koro hijau dapat tumbuh secara lebih efektif dengan adanya bantuan CMA, terkhusus di masa awal hidupnya. Dalam percobaan ini, perlakuan M1, M2 dan M3 menggunakan 50 tanah kapur, 33,3 tanah grumosol dan litosol serta hanya 16.7 pupuk organik sebagai tanah subur. Menurut Yulia 2015, tanah kapur, tanah grumosol dan litosol berdasarkan ciri-cirinya adalah jenis tanah yang kurang subur. Oleh karena itu, pentingnya peranan CMA dan ketersediaan unsur mineral penting yang mencukupi sangat diperlukan agar tanaman koro hijau dapat tumbuh dengan baik. Pemberian CMA pada minggu pertama M1 memungkinkan tanaman koro hijau menyerap unsur hara tanah yang tersedia pada media secara lebih efektif bagi pertumbuhan tanaman dibandingkan dengan pemberian CMA yang sama pada minggu kedua M2 dan minggu ke tiga M3. Hal ini terkait dengan mekanisme peyerapan mineral tanah yang lebih efektif pada saat ujung akar tanaman masih berusia muda. Semakin tua usia perakaran tanaman, semakin sulit dalam penyerapan unsur-unsur hara tanah. Menurut Salisbury dan Ross 1992, mikoriza mampu menyerap hara secara cepat, terutama di dekat ujung akar tempat hifa cendawan berkumpul dan agak kurang cepat di daerah yang lebih tua. Ujung akar lebih kerap terpajan pada garam mineral-larut yang berkonserntrasi tinggi daripada bagian yang lebih tua, karena bagian yang lebih tua ini berkedudukan di bagian tanah yang sudah lebih dulu tergali oleh ujung akar yang sedang tumbuh. Khasa dkk 2009 melaporkan bahwa adanya CMA meningkatkan mobilisasi nutrisi bagi tanaman. Selain itu, CMA juga meningkatkan mobilisasi nutrisi pada tanah yang memiliki jumlah nutrisi yang konsentrasinya rendah. Dibandingkan dengan media tanah non mikoriza pada kontrol negatif, pertumbuhan tanaman bermikoriza M1, M2 dan M3 secara signifikan berbeda tetapi tidak nyata pada panjang batang dan secara signifikan berbeda dan nyata pada pertumbuhan daun dan diameter batang. Perbedaan kondisi pertumbuhan antara tanaman bermikoriza dan non mikoriza ini salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Bagi tanaman bermikoriza, pertumbuhan dapat terjadi dengan baik karena peranan mikoriza yang bermutualisme dengan baik dengan tanaman inang. Pada tanaman non mikoriza, perbandingan media tanah lebih menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, sebab 25 medianya terdiri dari pupuk organik yang kaya akan unsur hara. Menurut Paryudyaningsih dan Sari 2013, pupuk organik mengandung unsur hara makro, di antaranya adalah N. Selain itu, pupuk organik juga berperan dalam meningkatkan porositas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tanah sehingga memberikan juga ruang hidup yang optimal bagi mikroba tanah yang dapat membantu pertumbuhan tanaman.

3. Peningkatan Kesuburan Tanah Lahan Bekas Tambang Kapur