Perubahan suhu pada daerah yang terdapat tanah grumusol sangat nyata ketika panas dan hujan. Sementara itu, tanah kapur adalah tanah yang berasal dari batuan
kapur yang mengalami pelapukan. Karena terbentuk dari tanah kapur maka bisa disimpulkan bahwa tanah ini tidak subur dan tidak bisa ditanami tanaman yang
membutuhkan banyak air. Namun jika ditanami oleh pohon yang kuat dan tahan lama seperti pohon jati dan pohon keras lainnya. Selanjutnya, tanah litosol
merupakan tanah yang baru mengalami perkembangan dan merupakan tanah yang masih muda. Terbentuk dari adanya perubahan iklim, topografi dan adanya
vulkanisme. Untuk mengembangkan tanah ini harus dilakukan dengan cara menanam pohon supaya mendapatkan mineral dan unsur hara yang cukup.
Tekstur tanah litosol bermacam-macam ada yang lembut, bebatuan bahkan berpasir Yulia, 2015.
D. Penelitian yang Relevan
Musfufah dkk 2016 melakukan sebuah penelitan dengan judul Uji Kemampuan Spora Cendawan Mikoriza Arbuskular CMA Lokal Bali pada
Pertumbuhan Tanaman Kedelai
Glycine max
L.. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui dosis isolat CMA untuk meningkatkan pertumbuhan
tanaman kedelai. Percobaan dilaksanakan selama 2 bulan di Rumah Kaca Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana. Parameter yang diamati dalam
penelitian ini adalah tinggi tanaman, lebar daun, bobot basah tanaman dan bobot kering tanaman. Hasil penelitian mennjukkan bahwa inokulasi spora CMA lokal
Bali pada tanaman kedelai
Glycine max
L. menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata P0,05 pada jumlah daun, panjang daun, bobot basah akar, dan persentase
kolonisasi mikoriza pada akar kedelai. Parameter tinggi tanaman, lebar daun, bobot basah tanaman, dan bobot kering tanaman menunjukkan pengaruh yang
berbeda tidak nyata P0,05 pada uji ANOVA taraf 5. Sementara itu, Muryanto 2012 juga melakukan peneltian yang sejenis
berjudul Uji Efektivitas dan Multiplikasi Spora Cendawan Mikoriza Arbuskula CMA pada Berbagai Media Pembibitan
Dalbergia latifolia
dengan tujuan; 1. Menguji efektivitas CMA pada berbagai media terhadap pertumbuhan bibit D.
latifolia,
2. Menguji inevektifitas CMA dalam berbagai media pada pembibitan D.
latifolia
dan mengetahui perkembangan jumlah spora CMA dalam berbagai media pembibitan. Hasil penelitian menunjukkan efektivitas CMA terhadap tinggi bibit,
diameter batang dan jumlah daun menunjukkan rerata paling baik, khususnya pada media tanah: pasir 1:1. Adapun jenis media tanah: pasir: arang sekam
1:1:1 merupakan media terbaik untuk berat basah, berat akar, berat kering dan volume akar. Campuran media tanah, sekam dan pasir merupakan media terbaik
untuk inefektivitas CMA 43 dan multiplikasi spora CMA. Selain itu, campuran media tanah dan pasir merupakan media yang memberikan hasil terbaik untuk
parameter pertumbuhan jumlah daun, tinggi tanaman dan diameter batang.
E. Kerangka Berpikir