menyediakan akumulasi ion secara selektif dan penyerapannya, memobilisasi macam-macam nutrien pada tanah-tanah yang kurang subur, meningkatkan
kemampuan tanaman untuk menyerap air dari tanah. Mikoriza juga mengurangi tingkat kerentanan inangnya terhadap invasi patogen dengan memanfaatkan akar
karbohidrat dan unsur-unsur kimiawi lain menjadi lebih menarik bagi patogen. Mikoriza menyediakan pembatas fisik bagi patogen dan sebagai gantinya,
tanaman menyediakan cadangan karbohidrat secara konstan bagi mikoriza Robert dan Thomas, 2001.
Akar tanaman dapat membentuk simbiosis mikoriza hanya jika terpapar oleh spesies cendawan yang sesuai. Akar tanaman yang terinfeksi cendawan
umumnya lebih tebal, lebih pendek dan lebih bercabang-cabang. Di alam, sekitar 10 famili tumbuhan memiliki spesies yang membentuk asosiasi dengan
mikoriza dan banyak di antara spesies-spesies tersebut merupakan tumbuhan berkayu, termasuk anggota family pinus,
spruce
,
ek
, walnut,
brich, willow
dan eukaliptus Campbell, 2010.
2. Kelompok Cendawan Mikoriza
Kelompok cendawan mikoriza yang paling penting dan melimpah adalah cendawan mikoriza arbuskular CMA, cendawan ektomikoriza CEM dan
cendawan
mikoriza ericoid
CME. CMA melimpah di daerah padang rumput, savana dan hutan-hutan tropis dan banyak bersasosiasi dengan jenis rerumputan,
jenis tanaman herbal, tanaman-tanaman tropis, dan tanaman semak belukar. CEM berasosiasi dengan 6000 jenis spesies tanaman dan melimpah di daerah yang
beriklim sedang dan daerah hutan tropis. CME melimpah di daerah padang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rumput di mana mereka dapat berasosiasi dengan tanaman dari keluarga Ericaceae Treseder, 2013.
Dari ketiga jenis mikoriza di atas, CMA adalah jenis cendawan yang banyak berperan dalam meningkatkan keanekaragaman hayati tumbuhan di alam.
Sebagai contoh, CMA meningkatkan biodiversitas tanaman dan padang rumput sekitar 30. CMA juga memberikan kemudahan dalam hal pembibitan tanaman,
khususnya pada saat proses penyemaian biji, sebab CMA dapat membantu biji- bijian tanaman memiliki kemampuan lebih cepat dalam memperoleh nutrisi yang
diperlukan Khasa
dkk
, 2009.
3. Taksonomi CMA
Glomeromycota adalah filum cendawan yang dikenal bersimbiosis obligat dengan jenis tanaman yang hidup di darat. Bentuk simbiosis tersebut disebut
mikoriza. Dalam perkembangannya, spesies-spesies dari filum ini digambarkan dan dinamai berdasarkan pengenalan terhadap morfologi sporanya. Pengenalan
spora itu sendiri dilakukan dengan mengidentifikasi apakah terdapat di sekitar perakaran tanaman, di luar perakaran atau di permukaan tanah. Pengenalan
terhadap spesies-spesies filum glomeromycota di jaman modern ini dilakukan dengan melakukan skuen rRNA dengan metode analisis
small subunit
SSU dan
large subunit
LSU. Menurut Schubler 2010 filum
Glomeromycota
terdiri dari 4 buah ordo, 11 famili dan 27 genus. Gambaran taksonomi
Glomeromycota
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1: Taksonomi CMA Menurut Schubler 2010
Filum Glomeromycota Kelas Glomeromycetes
Ordo Famili
Genus Spesies
Glomerales Glomeraceae
Dominikia Dominikia
aurea Funneliformis
Funneliformis africanum Glomus
Glomus australe Kamiesnskie
Kamienskia perpusilla Rhizophagus
Rhizophagus arabicus
Sclerocystis Sclerocystis alba
Septoglamus Septoglomus
fuscum
Clariodeoglomuraceae
Clariodeoglomus Claroideoglomus
etunicatum
Diversiporales Gigasporaceae
Bulbospora Bulbospora minima
Cetraspora Cetraspora auronigra
Dentiscustata Dentiscutata erythropus
Gigaspora Gigaspora candida
Intraornatospora
-
Paradentiscutata
-
Racocetra Racocetra gregaria
Scutellospora Scutellospora
alterata
Acaulosporaceae
Acaulospora Acaulospora cavernata
Pacisporacea
Pacispora Pacispora patagonica
Diversisporaceae
Corymbiglomus Corymbiglomus tortuosum
Diversipora Diversispora
gibbosa Otospora
Otospora bareae Redeckera
Redeckera pulvinatum Tricispora
- Sacculosporaceae
Sacculospora Sacculospora felinovii
Paraglomerales Paraglomeraceae
Paraglomus Paraglomus brasilianum
Archaesporales Geosiphonaceae
Geosiphon Geosiphon pyriformis
Ambisporaceae
Ambispora Ambispora callosa
Archaeosporaceae
Archaeospora Archaeospora schenckii
Meskipun metode dan cara identifikasi spesies-spesies cendawan semakin modern, Schubler
2010 mengakui masih banyak kekurangan. Banyak genus dan
spesies dari filum Glomeromycota diidentifikai dengan bukti yang kurang memadai. Salah satu alasannya adalah karena kekurangan bukti penelitian.
Bahkan, dalam beberapa kasus, taksonomi CMA hanya dapat diidentifikasi hingga tingkat genus. Contohnya adalah seperti pada genus
Intraornatospora,
Paradentiscutata
dan
Tricispora.
Di Indonesia, jenis mikoriza yang paling banyak berasal dari tiga genus
Glomus, Acaulospora
, dan
Gigaspora.
Ketiga genus cendawan tersebut sering berperan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman
Musfufah, 2016. Taksonomi CMA bervariasi terkait dengan kontribusinya terhadap
pengambilan nutrisi bagi tanaman. Beberapa genus, seperti
Scutellospora
dan
Gigaspora
membentuk sejumlah hifa yang luas sehingga dapat mengakuisisi nutrien secara lebih baik. Genus yang lain seperti
Glomus, Funneliformis
dan
Rhizophagus
membentuk biomasa hifa lebih sedikit, dan membentuk mutualisme yang lebih rendah. Namun, produksi yang lebih besar terhadap ekstra radikal hifa
tidak selalu membawa pada keuntungan bagi tanaman. Sejauh rasio antara persentase panjang akar yang terkolonisasi dan ekstra radikal biomasa hifa
beragam, tidaklah terlalu jelas sejauh apa baiknya panjang akar yang terkolonisasi menyatakan keuntungan yang diperoleh tanaman inang jika harus melampau
macam-macam taksonomi CMA Verhoef, 2010.
4. Keuntungan CMA bagi Tanaman