Unsur-Unsur Cerita Buku Cerita Bergambar

24 mengungkapkan bahwa buku cerita bergambar memadukan unsur cerita dan gambar. Unsur cerita yang termuat pada teks, sedangkan gambar berperan sebagai pelengkap cerita yang keduanya tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa buku cerita bergambar merupakan buku yang dibuat dengan memadukan cerita, gambar dan bahasa yang sederhana serta dikemas halaman sampul yang menarik. Buku cerita bergambar dibuat menarik agar membantu meningkatkan minat baca anak.

2.1.2.1 Unsur-Unsur Cerita

Menurut Nurgiyantoro 2005 : 7 mengatakan bahwa isi cerita anak tidak harus yang baik-baik saja, seperti kisah anak rajin, suka membantu ibu, dan lain- lain. Anak- anak juga dapat menerima cerita yang “tidak baik” seperti anak malas, anak pembohong, kucing pemalas, atau bintang yang suka memakan sebangsanya. Terkait beberapa contoh isi cerita di atas merupakan kesatuan dari berbagai elemen yang membentuknya. Elemen-elemen itu dapat dibedakan ke dalam unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur instrinsik adalah unsur-unsur cerita fiksi yang secara langsung berada di dalam, menjadi bagian dan ikut membentuk eksistensi cerita yang bersangkutan. Unsur fiksi yang termasuk dalam kategori ini misalnya adalah tokoh dan penokohan, alur, pengaluran, dan berbagai peristiwa yang membentuknya, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Berbeda dengan unsur ekstrinsik, di pihak lain, adalah unsur yang berada di luar teks fiksi yang bersangkutan, tetapi mempunyai pengaruh membangun cerita yang dikisahkan, langsung atau tidak langsung Nurgiyantoro, 2005 : 221. 25 Rampan 2012: 73 menyatakan bahwa sebuah cerita sebenarnya terdiri dari pilar-pilar sebagai berikut. 1 tema, 2 tokoh, 3 latar, 4 alur, dan 5 gaya. Pilar pertama merupakan tema atau disebut rancang bangun cerita yang dikehendaki pengarang harus dilandasi amanat, yaitu pesan moral yang ingin disampaikan kepada pembaca. Namun, amanat ini harus dijalin secara menarik, sehingga anak-anak tidak merasa sedang membaca wejangan moral. Pembaca dihadapkan pada sebuah cerita yang menarik dan menghibur, dan dari bacaan itu anak-anak atau orang tua mereka dapat membangun pengertian dan menarik kesimpulan tentang pesan yang hendak disampaikan pengarang. Umumnya tema yang dinyatakan secara terbuka dan gamblang tidak akan menarik minat pembaca. Pilar kedua adalah tokoh. Secara umum, tokoh dapat dibagi dua yaitu tokoh utama protagonis dan tokoh lawan antagonis. Tokoh utama ini biasanya disertai dengan tokoh-tokoh sampingan yang umumnya ikut serta dan menjadi bagian kesatuan cerita. Sebagai tokoh bulat, tokoh utama ini mendapat porsi paling istimewa dibandingkan dengan tokoh-tokoh sampingan. Kondisi fisik atau karakternya digambarkan secara lengkap, sebagaimana manusia sehari-hari. Disamping itu, seiring pula dihadirkan tokoh datar, yaitu tokoh yang ditampilkan secara satu isi baik atau jahat, sehingga dapat melahirkan tanggapan memuja atau membenci dari para pembaca. Penokohan harus memperlihatkan perkembangan karakter tokoh. Peristiwa-peristiwa yang terbina dan dilema yang muncul di dalam alur harus mampu membawa perubahan dan perkembangan pada tokoh, sehingga lahir diidentifikasi pembaca pada tokoh yang muncul sebagai hero atau sebagia antagonis yang dibenci. 26 Pilar ketiga adalah latar. Peristiwa-peristiwa di dalam cerita dapat dibangun dengan menarik jika penempatan latar waktu dan tempatnya dilakukan secara tepat, karena latar berhubungan dengan tokoh, dan tokoh berkaitan erat dengan karakter. Bangunan latar yang baik menunjukan bahwa cerita tertentu tidak dapat dipindahkan ke kawasan lain, karena latarnya tidak menunjang tokoh dan peristiwa-peristiwa khas yang hanya terjadi di suatu latar tertentu saja. Dengan kata lain, latar menunjukan keunikan tersendiri dalam rangkaian kisah, sehinggga mampu membangun tokoh-tokoh spesifik dengan sifat-sifat tertentu yang hanya ada pada kawasan tertentu itu. Dengan demikian, tampak latar memperkuat tokoh dan mengidupkan peristiwa-peristiwa yang dibina di dalam alur, menjadikan cerita spesifik dan unik. Alur merupakan pilar keempat. Alur menuntut kemampuan utama pengarang untuk menarik minat pembaca. Secara sederhana, alur dapat dikatakan sebagai rentetan peristiwa yang terjadi di dalam cerita. Alur dapat dibina secara lurus, dimana cerita dibangun secara kronologis. Peristiwa-peristiwa demi peristiwa berkaiatan langsung satu sama lain hingga cerita berakhir. Alur juga dapat dibangun secara episodik, dimana cerita diikat oleh episode-episode tertentu, dan pada setiap episodenya ditemukan gawatan, klimaks dan leraian. Alur juga dapat dibangun dengan sorot balik atau maju. Sorot balik adalah paparan informasi atau peristiwa yang terjadi di masa lampau, dikisahkan kembali dalam situasi masa kini, sementara alur maju merupakan wujud ancang-ancang untuk menerima peristiwa-peristiwa tertentu yang nanti akan terjadi. Pilar kelima adalah gaya. Disamping pilar-pilar lainnya, gaya menentukan keberhasilan sebuah cerita. Secara tradisional dikatan bahwa keberhasilan sebuah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 cerita bukan pada apa yang dikatakan, tetapi bagaimana mengatakannya. Kalimat- kalimat yang enak dibaca, ungkapan-ungkapan yang baru dan hidup, suspence yang menyimpan kerahasiaan, pemecahan persoalan yang rumit namun penuh tantangan, pengalaman-pengalaman baru yang bernuansa kemanusiaan, dan sebagainya merupakan muatan gaya yang membuat pembaca terpesona. Disamping sebagai tanda seorang pengarang, gaya tertentu mampu menyedot perhatian pembaca untuk terus membaca. Bersama elemen lainnya, seperti penggunaan sudut pandang yang tepat, pembukaan dan penutup yang memberi kesan tertentu, gaya adalah salah satu kunci yang menentukan berhasil atau gagalnya sebuah cerita. Penyusunan kerangka buku cerita bergambar didasari oleh teori kelima pilar cerita di atas. Kelima pilar tersebut seperti tema yang diangkat yaitu mengenai nilai pendidikan anti korupsi berisi nilai kejujuran, tanggung jawab, keberanian, dan juga sederhana. Selanjutnya mengenai tokoh, pengembangan buku cerita bergambar ini mengambil beberapa tokoh seperti tokoh utama bernama Harsa, Ibu, Pak Teten, dan kedua teman Harsa yaitu Jujuk dan Emen. Latar yang digunakan dalam cerita seperti rumah Harsa, warung, dan juga jalan raya. Selain itu, alur yang digunakan dalam pembuatan buku cerita menggunakan alur maju, sehingga pemunculan masalah hingga penyelesaian masalah terdapat pada isi cerita. Pilar cerita yang terakhir yaitu gaya. Buku cerita dilengkapi gambar dipadu tulisan dan warna yang diharapkan memberi kesan buku terlihat lebih menarik. Hal ini dilakukan supaya menumbuhkan minat baca anak ketika melihat tampilan buku sehingga membantu anak dalam belajar membaca. 28

2.1.2.2 Kriteria Buku Cerita yang Baik bagi Anak