tidak aktif. Gugus karboksilat -COOH dan amina -NH
2
juga bereaksi dengan logam berat Cd. Kadmium terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses
transformasi melalui dinding sel. Metabolisme Cd berhubungan dengan metabolisme Zn, yaitu sama-sama membentuk ikatan dengan MT demikian pula transpor Cd
karena Cd memiliki sifat kimia yang mirip dengan Zn seng. Setelah toksikan Cd memasuki darah, toksikan didistribusikan dengan cepat ke
seluruh tubuh. Pengikatan toksikan dalam jaringan bisa menyebabkan lebih tingginya kadar toksikan dalam jaringan tersebut.
Kadmium memiliki afinitas yang kuat terhadap hepar dan ginjal. Pada umumnya, sekitar 50-75 dari beban Cd dalam tubuh terdapat pada kedua organ
tersebut. Kadar Cd dalam hepar dan ginjal bervariasi tergantung pada kadar total Cd dalam tubuh. Apabila MT hepar dan ginjal tidak mampu lagi melakukan detoksifikasi
maka akan terjadi kerusakan sel hepar dan ren Widowati, 2008
2.4.4.4. Absorpsi, Distribusi, Eksresi Kadmium dalam Tubuh
Logam berat Cd bisa masuk ke dalam tubuh hewan atau manusia melalui berbagai cara, yaitu:
1. Dari udara yang tercemar, misalnya asap rokok dan asap pembakaran batu bara 2. Melalui wadahtempat berlapis Cd yang digunakan untuk tempat makanan atau
minuman 3. Melalui kontaminasi perairan dan hasil pertanian yang tercemar Cd
4. Melalui jalur rantai makanan 5. Melalui konsumsi daging yang diberi obat anthelminthes yang mengandung Cd.
Absorpsi kadmium dalam saluran pencernaan meliputi 2 tahap, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Penyerapan Cd dari lumen usus melewati membran brush border ke dalam sel mukosa.
2. Transpor Cd ke dalam aliran darah dan deposisi dalam jaringan, terutama dideposit di hati dan ginjal. Seperti halnya Zn, Cd memiliki afinitas yang tinggi
pada testis sehingga konsentrasi pada jaringan testis juga lebih tinggi dibandingkan pada jaringan lainnya.
Kadmium tidak diabsorpsi dengan baik, yaitu sekitar 5-8. Namun, itu tetap lebih tinggi dibandingkan absorpsi mineral dan sulit dieleminasi dari dalam tubuh
sehingga akan dideposit di dalam tubuh. Kadmium diabsorpsi dan diakumulasi. Eksresi Cd terjadi melalui urin dan feses. Data akumulasi Cd sangat efisien dengan
waktu paruh biologis yang sangat panjang dalam tubuh manusia, yaitu kurang lebih 40 tahun. Pada mamalia yang baru lahir tidak terdapat kadmium tetapi selanjutnya Cd
bisa terakumulasi terus dalam tubuh sepanjang hidupnya, yaitu dalam hati dan ginjal, sekitar 50-75, terutama yang berikatan dengan proteintionin dan mengibah tionin
menjadi metalotionin. Proporsi Cd yang diabsorpsi dalam tubuh organisme dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, susunan kimia Cd, serta dosis dan frekuensi
paparan Cd Widowati, 2008
2.4.4.5. Efek Toksik Logam Kadmium Cd
Kadmium Cd belum diketahui fungsinya secara biologis dan dipandang sebagai xenobiotik dengan toksisitas yang tinggi dan merupakan unsur lingkungan
yang persisten. Efek Toksik Cd akan menunjukkan gejala yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Tingkat dan lamanya paparan; semakin tinggi kadar dan semakin lama paparan, efek toksik yang diberikan akan lebih besar. Kadmium dalam dosis tunggal besar
mampu menginduksi gangguan saluran pencernaan, sedangkan papaparan Cd dalam dosis rendah tetepi berulang kali bisa mangakibatkan gangguan fungsi
ginjal. 2. Bentuk kimia dari logam berat Cd sebagai contoh toksisitas akut Cd yang
dinyatakan dengan LD50 pada tikus dalam bentuk senyawa Cd kaprilat sebesar 270 mgkg berat badan, setara denagn Cd stearat sebesar 203 mgkg berat badan.
3. Kompleks protein-logam ataupun kadmium bergabung dengan metalloprotein MT suatu protein dengan bobot molekul rendah. Bentuk kompleks Cd kurang
toksik dibandingkan Cd2+. Apabila Cd-MT melepaskan Cd2+, maka akibatnya adalah munculnya efek toksik.
4. Faktor penjamu Cd seperti halnya toksikan lainnya. Hewan tua dan muda umumnya lebih rentan daripada hewan dewasa muda.
5. Faktor-faktor diet, misalnya defisiensi protein, vitamin C, vitamin D, kalsium Ca, dan Fe Besi akan meningkatkan toksisitas Cd.
Keracunan yang disebabkan oleh Cd bisa bersifat akut dan kronis. Paparan Cd secara akut bisa menyebabkan nekrosis pada ginjal dan paparan yang lebih lama
berlanjut dengan terjadinya proteinuria. Gejala lain toksisitas akut dari Cd adalah iritasi alat respiratori, alat pencernaan, pneumonitis, sakit dada yang kadang-kadang
menyebabkan hemorragic pulmonary edema, osteomalasia, batu ginjal, dan hiperkalsimuria karena gangguan metabolisme Ca dan P, alopesia, anemia, artritis,
kanker, radang paru-paru, pendarahan otak, serosis hati, pembengkakan jantung,
Universitas Sumatera Utara
diabetes, empisema, hipoglisemia, hipertensi, impoten, invertil, kerusakan ginjal, kesulitan belajar, migrain, peradangan, osteoporosis, scisofrenia, stroke, penyakit
kardiovaskular, kadar kolesterol tinggi, gangguan pertumbuhan, mati rasa, rambut rontok, kulit bersisik dan kering, berbagai gejala yang kompleks dan bersamaan,
kehilangan nafsu makan, daya tahan tubuh lemah, kerusakan ginjal dan hepar, terjadinya metal fume fever gejala yang mirip flu, kerusakan paru-paru, sakit kepala,
kedinginan hingga menggigil, nyeri otot, nausea, fomiting, dan diare, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Toksisitas kronis Cd bisa merusak sistem fisiologis tubuh, antara lain sistem urinaria ren, sistem respirasi paru-paru, sistem sirkulasi darah dan jantung,
kerusakan sistem reproduksi, sistem syaraf, bahkan dapat mengakibatkan kerapuhan tulang. Toksisitas kronis Cd, baik melalui inhalasi maupun oral, bisa menyebabkan
kerusakan tubulus renalis, kerusakan ginjal yang ditunjukkan oleh ekskresi berlebihan, protein berat molekul rendah, gagal ginjal, gangguan sistem
kardiovaskular, gangguan sistem skeletal, menurunkan fungsi pulmo, empisema, kehilangan mineral tulang yang disebabkan oleh disfungsi nefron ginjal,
berkurangnya, reabsorpsi Ca, dan terjadinya peningkatan ekskresi Ca yang berpengaruh terhadap tulang. Peningkatan ekskresi Ca tersebut diantaranya
menyebabkan osteoporosis dan osteamalsia, anemia, diskolorasi gigi menjadi kuning, rhinitis, ulserasi septum nasal, anosmia, proteinuria, azotemia, jaundice, terjadinya
kanker paru-paru dan prostat.
Universitas Sumatera Utara
Kadmium terabsorpsi lewat pencernaan sehingga menyebabkan mual, muntah, diare, sakit perut, dan tenesmus rejan. Inhalasi Cd menyebabkan demam, batuk,
gelisah, sakit kepala, dan nyeri perut. Kadmium bisa menyebabkan gangguan dan bahaya pada berbagai organ dan
bersifat teratogenik, mutanogenik, dan karsinogenik Widowati, 2008.
2.5. Pengolahan Air Untuk Menurunkan Kadar Cd melalui Proses Adsorpsi