Jika digunakan karbon berbentuk bubuk, bubuk tersebut dapat dimasukkan langsung ke dalam air. Komponen-komponen organik dan toksikan akan teradsorpsi
pada karbon, kemudian dapat dipisahkan dengan menggumpalkan menggunakan bahan kimia tertentu. Fardiaz, 2008
2.7. Pengolahan Air dengan Menggunakan Saringan Filtrasi
Filtrasi atau penyaringan merupakan salah satu pengolahan fisik untuk meningkatkan kuaalitas air. Filtrasi adalah proses penyaringan untuk menurunkan dan
menghilangkan zat-zat yang terlarut dan yang tersuspensi yang diukur dengan kekeruhan dari air melalui media berpori-pori. Pada proses penyaringan ini zat-zat
yang terlarut atau tersuspensi dihilangkan pada waktu air melalui lapisan materi berbentuk butiran yang disebut media filter. Media filter biasanya pasir, ijuk, kerikil,
tanah liat, batu lempung, arang batok kelapa. Saringan yang paling sering ditemukan di masyrakat pedesaan dalam
pengolahan air bersih adalah saringan pasir. Hal ini disebabkan karena cara pembuatannya yang sederhana dan harganya yang relatif mudah. Saringan pasir dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu saringan pasir lambat dan saringan pasir cepat Alamsyah, 2007
2.7.1. Saringan Pasir Lambat
Saringan pasir lambat adalah saringan yang menggunakan pasir sebagai media filter dengan ukuran butiran sangat kecil, namun mempunyai kandungan kuarsa yang
tinggi. Unit ini sudah menjadi teknologi pengolahan air yang efektif lebih dari 150 tahun. Saringan pasir lambat ini dikenal di Inggris sebelum tahun 1830, dan pertama
kalinya menjadi instalasi yang sukses dalam pengolahan untuk air minum.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Astari 2010 mengutip dari penelitian Longsdon 2002, saringan pasir lambat awalnya didesain dengan tebal media sebesar 1 m dan kedalaman dari air
supernatant sebesar 1 m. Effective size dari media pasir berkisar antara 0,15 mm – 0.35 mm, dan uniformity coefficient yang direkomendaikan adalah kurang dari 5,
namun sebaiknya kurang dari 3. Kecepatan filtrasi dari saringan pasir lambat biasanya berkisar antara 0,1 – 0,3 mjam.
Proses filtrasi yang terjadi pada saringan pasir lambat, terjadi dengan memisahkan air dari kandungan kontaminan berupa partikel tersuspensi dan koloid,
serta bakteri, dengan cara melewatkan air pada suatu media berpori. Pada prinsipnya material ini dapat berupa material apa saja, seperti lapisan granular pasir, batu yang
dihancurkan, antrachite, kaca, sisa arang, dan lain-lain. Pada prakteknya di lapangan, media berpori yang paling sering digunakan adalah pasir, karena pasir mudah ditemui
dalam jumlah banyak, biaya yang murah, dan hasil pengolahan yang diberikan juga sangat memuaskan. Secara keseluruhan penyisihan kontaminan dengan proses filtrasi
merupakan kombinasi dari beberapa proses yang berbeda – beda, dan yang terpenting adalah mechanical straining, sedimentasi, dan adsorpsi, dan aktivitas biologi Astari,
2010.
2.7.2. Saringan Pasir Cepat
Saringan pasir cepat mempunyai kecepatan 40 kali lebih cepat dibanding kecepatan saringan pasir lambat, dapat dicuci dan dapat ditambahkan dengan
koagulan kimia, sehingga efektif untuk pengolahan air dengan kekeruhan tinggi. Pada saringan pasir cepat biasanya digunakan pasir sebagai medium, tetapi prosesnya
Universitas Sumatera Utara
sangat berbeda dengan saringan pasir lambat. Hal ini disebabkan karena digunakan butir pasir yang lebih besar atau kasar.
Dalam pengolahan air tanah, saringan pasir cepat digunakan untuk menghilangkan besi, mangan dan padatan-padatan yang terapung dalam air. Untuk
membantu proses filtasi, sering dilakukan aerasi sebagai pengolahan pendahuluan untuk membentuk senyawa tidak terlarut dari besi dan mangan Kusnaedi, 2003
2.7.3. Jenis-jenis Media Penyaring