•
4 Orang yang memegangkan Batik
3.2.4. Para Pelaku dalam Upacara Peutron Aneuk. Para pelaku atau disebut juga orang- orang yang melakukan upacara
peutron aneuk adalah seluruh orang yang terlibat dalam upacara tersebut Cuma ada perbedaannya, ada yang pelaku utama dan ada juga
pelaku sebagai orang pembantu yang disaksikan oleh seluruh keluarga besar sibayi baik dari keluarga besar ayah dan keluarga besar si ibu
serta dihadiri oleh sanak saudara kerabat handai taulan. Adapun yang menjadi pemimpin upacara peutron aneuk adalah seorang yang baik
budinya dan mengerti agama biasanya yaitu Tgk. Imam Meunasah atau pimpinan Dayah atau pasantren, yang mengerti hafalan-hafalan
Do’a.
3.3. Tahap-tahap upacara peutron aneuk
3.3.1. Tahap Sebelum Upacara Dalam melaksanakan upacara peutron aneuk tidak hanya melibatkan
kerabat ibu dan ayah Sang jabang bayi, tetapi juga para tetangga dan handai taulan. Seorang yang baik budi pekertinya terpandang dan seorang alim ulama
Tgk Imam Meunasah Pimpinan Dayah yang biasanya memimpin jalannya prosesi peutron aneuk. Untuk itu, sebagai persiapan, semua yang akan terlibat itu
diberitahu bahwa pada hari tertentu, diminta kehadirannya untuk menyaksikan dan sekaligus mendoakan bayi yang akan diturun-tanahkan. Selain itu, pihak
Universitas Sumatera Utara
penyelenggara juga mempersiapkan bahan dan peralatan yang dibutuhkan dalam upacara tersebut.
Seperti yang dikatakan ibu Salbiah: ’’Peutron anuek ini adalah saat-saat yang dinantikan oleh orang tua
sibayi maupun keluarganya, oleh karena itu mereka sudah merencanakan siapa yang akan melaksanakan upacara ini. Biasanya
di kampong ini sering disuruh kepada Tgk imuem mesjid kalau anaknya laki-laki, kalau anak perempuan sering disuruh kepada ibu
Hajjah yang dianggap orang terpandang atau di tuakan di desa ini’’
Sebelum acara prosesi tersebut dilaksanakan terlebih utama melakukan zikir bersama dan berdoa kepada sang bayi yang dipimpin oleh seorang imam
yang menjadi pelaku utama dalam acara peutron aneuk, serta sedikit berdoa kepada seluruh arwah yang telah tiada, selanjutnya para undangan melakukan
makan kenduri bersama. Besar-kecilnya atau mewah-sederhananya upacara bergantung pada
kemampuan pihak penyelenggara. Biasanya anak pertama, baik laki-laki maupun perempuan, diperlakukan secara khusus dibandingkan dengan anak kedua atau
ketiga, sehingga pelaksanaannya seringkali disertai dengan penyembelihan kerbau atau sapi. Jadi, lebih besar atau lebih meriah ketimbang anak kedua atau ketiga
yang cenderung lebih sederhana tanpa penyembelihan kerbau atau sapi. sebagai informasi tambahan bahwa ada ketidak-seragaman tentang waktu pelaksanaan
Peutron aneuk.
3.3.2. Proses Jalannya Upacara
Universitas Sumatera Utara
Upacara diawali dengan penggendongan bayi anak oleh seorang yang terpandang dalam masyarakatnya. Anak tersebut dibawa ke sebuah tangga yang
dibuat khusus untuk upacara ini, kemudian diturunkan dari anak tangga yang satu ke lainnya. Ketika penurunan dilakukan, anak tersebut dipayungi dengan sehelai
kain yang setiap sudutnya dipegangi oleh seseorang. Lalu, sebuah kelapa dibelah di atasnya.
Gambar 3. Pembelahan kelapa atas kepala si bayi Maksud yang terkandung dalam makna simbolik dari pembelahan kelapa
ini adalah agar anak di kemudian hari tidak takut terhadap suara petir. Belahan kelapa dilempar kepada warga yang menyaksikan dan sebelah lagi dilempar
kepada wali karong keluarga Sementara itu, jika anak yang akan diturun- tanahkan itu adalah perempuan, maka salah seorang anggota keluarganya
bergegas menyapu tanah dan salah seorang anggota keluarga lainnya menampi beras. Menyapu tanah dan menampi beras adalah simbol dari kerajinan. Artinya,
Universitas Sumatera Utara
anak perempuan yang diturun-tanahkan itu kelak menjadi seorang perempuan yang rajin. Namun, jika yang diturun-tanahkan adalah anak laki-laki, maka
seorang anggota keluarganya bergegas mencangkul tanah dan salah seorang anggota keluarga lainnya mencincang batang pisang atau batang tebu. Makna
simbolik dari ritual itu adalah kesatriaan. Artinya, kelak anak lelaki itu dapat menjadi seorang lelaki yang bermoral kesatria dan menjadi seorang pahlawan
bagi agama dan Negaranya. Kemudian sejenak bayi itu dijejakkan di atas tanah dan akhirnya dibawa berkeliling rumah atau mesjid sampai bayi itu di bawa
pulang kembali ke rumah. Ketika penurunan anak sudah sampai ke tanah, maka anak tersebut
dibiarkan sejenak di atas tanah, kemudian dibawa keliling rumah atau masjid. Dan, ketika akan memasuki rumah, disertai dengan ucapan: “Assalamu Alaikum”.
Dengan masuknya anak ke dalam rumah, maka berakhirlah upacara Peutron aneuk ini. Sejak saat itu anak sudah diperbolehkan menyentuh tanah. Sementara
itu, sebagai ungkapan terima kasih dari para undangan dan sanak saudaranya, bidan yang dalam upacara ini juga masih berperan sebagai “penjaga dari
gangguan gaib” hingga Sang bayi melalui upacara Peutron aneuk, diberi sejumlah uang ala kadarnya atau sadakah.
3.3.3. Sesudah Berlangsungnya Upacara. Setelah melakukan tahapan-tahapan upacara selanjutnya bayi di bawa
masuk kembali kedalam rumah dan selanjutnya dibaringkan diatas tenmpat tidur dan Imam Tgk duduk dikepalanya sembari membacakan ayat-ayat Al-quran
sebagai syarat dengan tujuan agar sibayi bisa membaca Al-quran dan menjadikan
Universitas Sumatera Utara
Al-quran sebagai tempat berpedoman dalam kehidupannya untuk menuju akhirat. Setelah pembacaan Al-quran barulah dimulai barjanzimarhaban oleh ibu-ibu
yang memang sudah ada kumpulannya masing-masing. Saat barjanzi dibacakan si anak di gendong atau dipangku oleh seseorang yang di anggap terpandang pula
hal ini bertujuan juga agar perilaku orang tersebut menurun kepada si anak. Sebagaimana yang dikatakan ibu Hj. Kamariah:
“Watee barjanzi geubaca le po acara, anuek manyak nyan geuyue tingkue bak urueng yang hayeue takhuen aju get buet ngen prilaku
urung nyan siuroe-uroe, ngen tujuan si anuek beu-ek iturot lagee po yang mueng ih watee geu peutron’’
Dalam arti bahasa Indonesia: “Waktu barjanzi di bacakan, si anak yang diturun tanahkan di
gendong oleh orang yang terpandang baik dari pekerjaan dan perilakunya sehari-hari, dengan tujuan kelak si anak bisa mengikuti
tingkah laku orang tersebut”.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Ibu-ibu barjanzi Setelah acara peutron aneuk dilakukan selanjutnya bayi dibawa ke tempat
pusara saudaranya misalnya kakeknya atau neneknya yang sudah meninggal, dengan tujuan untuk memberi taukan pada kakek dan neneknya inilah salah satu
keturunannya telah lahir kedunia dan mohon doa kesejahteraan Dunia dan akhirat dan menjadi anak yang shaleh.
3.4. Nilai-nilai Anak dalam Upacara Peutron Aneuk