BAB III UPACARA PEUTRON ANEUK DI DESA PERLAK ASAN
3.1. Latar Belakang Upacara Peutron Aneuk.
Bermacam ragam upacara adat yang terdapat pada masyarakat Aceh di Desa Perlak Asan, bahkan pelaksanaanya selalu dipengaruhi atau diiringi dengan
nilai-nilai agama Islam dan Hindu. Demikian pula halnya dengan upacara Peutron Anuek pada masyarakat desa setempat. Agama Islam yang dianut tidak sampai
pula menjadikan masyarakat Aceh bersifat fanatik bahkan membenarkan terus berlangsungnya tradisi-tradisi setempat namun akan selalu berpedoman kepada
ajaran-ajaran Islam walaupun tradisi tersebut masih berbau Hindu. Meskipun tradisi-tradisi tersebut masih selalu dilaksanakan masyarakat, tetapi dalam
pelaksanaannya sudah banyak mengalami perubahan sesuai dengan perubahan masyarakat dari dahulu sampai sekarang.
Menurut salah satu informan yang di ungkapkan tgk Amir. “Peutron anuek ini sebernanya salah satu kebudayaan orang Hindu
yang telah mendarah daging dalam masyarakat kami tetapi sudah banyak perubahan karena kami semua orang-orang Islam, jadi ini
acara ini selalu kami lakukan karena tidak bertentangan dengan nilai- nilai agama”
Pada saat kelahiran, bayi akan menangis dan menyertai dirinya atau tangisannya dengan dunia sebagai bentuk perkenalan akan seorang khalifah
manusia di bumi ini dan dalam kehidupan dengan lingkungannya dimana ianya tinggal. Kedua orang tua serta setiap orang yang hadir akan berbahagia dengan
kelahirannya. Kelahiran seorang bayi merupakan suatu anugerah yang diberikan
Universitas Sumatera Utara
Allah kepada kedua ibu bapaknya. Sedangkan para orang tuanya menaruh berjuta harapan padanya dan menginginkannya agar si bayi sukses dan berguna nantinya
baik berguna bagi agama, masyarakat dan negara. Setiap orang tua pasti berharap anaknya mampu menjalani kehidupan di
dunia dengan baik, lancar tak ada halangan maupun gangguan, berbagai usaha pun dilakukan. Selain menadahkan tangan berdoa kepada Sang Khalik, juga
melaksanakan tradisi turun temurun agar petuah-petuah leluhur dapat tertular pada anaknya. Dalam mewujudkan harapan-harapan orang tua terhadap anaknya maka
berdasarkan itulah masyarakat Aceh mengadakan upacara adat peutron aneuk, semua pihak dan wali karong keluarga ayah dan ibu berada pada acara ini dan
larut dalam suasana kebahagiaan dan bersama mensyukuri atas kehadirat Allah yang telah memberikan keturunan kepadanya, peutron anuek demikian
masyarakat desa Perlak Asan menyebut tradisi tersebut. Masyarakat Desa Perlak Asan, sebagaimana masyarakat lainnya di Aceh
khususnya dan umumnya Masyarakat lain di Indonesia, mempercayai bahwa masa peralihan dari kehidupan seseorang dari kelahiran sampai kematian adalah masa-
masa yang krisis. Untuk itu, perlu adanya suatu usaha menetralkannya. Wujud dari usaha itu adalah berbagai bentuk upacara di lingkaran hidup individu, seperti
upacara: kehamilan, kelahiran, Peutron aneuk turun tanah, perkawinan dan kematian. Dalam ilmu antropologi, masa-masa dalam lingkaran hidup individu
dari kelahiran hingga kematian dianggap sebagai masa-masa krisis karena mengandung banyak bahaya yang dapat mengancam keselamatan individu. Untuk
itu, sebagian besar suku bangsa di Indonesia maupun di dunia selalu mempunyai usaha-usaha untuk menetralkannya dalam bentuk suatu upacara, agar individu
Universitas Sumatera Utara
yang mengalaminya dapat terbebas dari segala mara bahaya Koentjaraningrat: 2004, 117.
Upacara Peutron aneuk tidak sama waktunya di seluruh masyarakat Aceh. Peutron aneuk pada masyarakat Desa Perlak Asan dilakukan pada hari ke empat
puluh empat, bersamaan pula dengan cukur rambut, pemberian nama, kadang- kadang pula dengan disertai acara hakikah. Dahulunya di Desa Perlak Asan ada
kalanya Peutron aneuk dilakukan setelah bayi berumur satu sampai dua tahun, lebih-lebih bila bayi itu anak yang pertama. Karena anak pertama biasanya
upacara dilakukan lebih besar karena disertai dengan pemotongan sapikerbau dan kambing
. Gambar 2. Hewan yang dipotong saat upacara
Dalam jangka waktu yang panjang itu tentunya orang tua bayi dapat menyediakan persiapan-persiapan dan kebutuhan dalam upacara. Pada upacara
yang besar sering dipotong kerbau atau lembu. Pada hari upacara ini bayi digendong oleh seseorang yang terpandang, baik perangai dan budi pekerti. Orang
Universitas Sumatera Utara
yang menggendong memakai pakaian yang bagus-bagus. Waktu bayi diturunkan melalui tangga, ia ditudungi dengan sehelai kain yang dipegang oleh empat orang
pada tiap-tiap segi kain itu. Di atas kain tersebut dibelah kelapa, agar bayi tadi jangan takut terhadap suara petir. Belahan kelapa yang sebelah dilempar kepada
wali dan sebelah lagi dilempar kepada wali karong.
3.2. Persiapan dan Perlengkapan Upacara peutron aneuk