No Mata Pencaharian
Jumlah KK Persentase
1. 2.
3. 4.
5. 6.
PetaniBuruh Tani Tukang Ojek
Pedagang Pegawai Negeri
Pekebun Tidak Bekerja
66 8
17 16
25 4
48 5
11 10
21 4
Jumlah 139
100
Sumber Kantor Geuchik Desa Perlak Asan pada Tanggal 23 November 2011
Dari tabel di atas menunjukan bahwa rata-rata mata pencaharian penduduk di Desa Perlak Asan ialah Tani Buruh Tani dengan persentase 51 ,
bermata pencaharian sebagai petani buruh tani ini merupakan suatu angka yang sangat besar. Hal ini disebabkan karena tersedianya areal pertanian yang luas dan
subur, peringkat kedua pekebun dengan persentase 23 , peringkat ketiga pedagang dengan persentase 11 . Disamping itu bermata pencaharian yang lain
seperti pegawai negeri ,tukang ojek dan tidak bekerja masing-masing dibawah 10 .
Dari hasil temuan diatas jelas menunjukkan mayoritas pekerja masyarakat Gampong Perlak Asan ialah petani pekebun dan pedagang.
2.6. Pendidikan
Pendidikan merupakan sarana yang sangat vital dalam rangka mengsukseskan pembagunan nasional yang sekaligus membentuk manusia
seutuhnya secara lahir dan batin. Pendidikan masyarakat Perlak Asan masih sangat rendah, bila dibandingkan dengan daerah-daerah lain di kabupaten Pidie.
Universitas Sumatera Utara
Keinginan masyarakat untuk mendidik anaknya masih sangat terbatas baik dengan pendidikan formal maupun pendidikan non formal, dan mereka lebih
mengutamakan atau mengarahkan anak-anaknya untuk mencari uang atau menetap di Dayah Asrama pengajian tradisional untuk menuntut ilmu agama.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Geuchik Gampong yaitu bapak Hamid beliau mengatakan:
’’ Bahwa masyarakat di Desa Perlak Asan ini belum menghayati arti pentingnya pendidikan dalam kehidupan didunia ini, mereka
lebih mengutamakan ekonomi keluarga sehingga mereka kesulitan dalam mendidik anak-anaknya. Dan juga warga disini lebih
mengarahkan anaknya untuk tinggal di Dayah karena menganggap sekolah itu tidak terlalu penting ‘’untuk apa bersekolah hanya
buang-buang dana saja, lebih baik tinggal di Dayah menuntut ilmu akhirat”. Pak Hamid juga mengatakan bahwa warganya
kebanyakan orang-orang awam sehingga mempunyai pikiran seperti itu ”.
Untuk lebih jelas mengenai keadaan pendidkan masyarakat Desa Perlak Asan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
TABEL : 3 KEADAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DI DESA
PERLAK ASAN KECAMATAN SAKTI No
Tingkat Pendidikan
Jumlah KK Persentase
1. 2.
3. 4.
5. Paska Sarjana
Sarjana Diploma
SMAMAN SMPMTSN
- 6
9 22
39 -
4 5
19 27
Universitas Sumatera Utara
6. 7.
SDMIN Tidak Sekolah
31 32
32 17
Jumlah 139
100
Sumber Kantor Geuchik Gampong Perlak Asan pada Tanggal 23 November 2011.
Dari tabel yang telah penulis sebutkan diatas jelas menunjukkan tingkat pendidikan masyarakat Gampong Perlak Asan rata-rata masyarakat
berpendidikan SMP dan SMA.
2.1. Berbagai Upacara Adat Masyarakat Aceh di Desa Perlak Asan
Adat peusijuek dalam bahasa Aceh atau Tepung Tawar dalam bahasa Melayu telah lama dikenal oleh banyak orang. Peusijuek adalah salah satu adat
budaya di Desa Perlak Asan yang senantiasa mengiringi setiap upacara yang dilakukan oleh masyarakat Desa Perlak Asan. Tiada satupun upacara yang
dilakukan tanpa peusijuek, apakah upacara sosio-kemasyarakatan ataupun sosio- keagamaan dikota maupun di kampung.
Walaupun dari segi tujuan pelaksanaannya, upacara adat di kalangan masyarakat Desa Perlak Asan ada sedikit perbedaan dari satu daerah kepada
daerah yang lain, namun pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh keselamatan dan ketenteraman dalam kehidupan. Pada pelaksanaan
upacara peusijuek ini diperlukan beberapa perlengkapan yang berbeda pula, tergantung pada benda yang hendak diupacarakan dalam peusijuek. Adapun
bahan-bahan yang akan dipersiapkan untuk peusijuek pada upacara adat ialah sebagai berikut:
1. Dalung sejenis talam.
Universitas Sumatera Utara
2. Breuh pade beras dan padi.
3. Tepung taweue ngon ie tepung penawar dengan air.
4. On seusijuek, on manoek, on naleung sambho jenis daun tertentu dan
rerumputan. 5.
Glok tempat basuh tangan. 6.
Glah gelas tempat letak tepung tawar dan beras. 7.
Bedak 8.
Minyak Wangi 9.
Cermin digunakan pada peusijuek peutron anuek, akikah dan upacara dara baro dan linto baro perkawinan
10. Pha Manok paha ayam digunakan pada peusijuek peutron anuek.
11. Bu luekat pulut kuning
12. Madu
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Perlengkapan untuk peusijuek Penggunaan perlengkapan alat-alat untuk upacara adat tersebut di atas,
mempunyai simbol dan makna yang berbeda, dan menjadi satu tumpuan harapan dari upacara tersebut. Seperti penggunaan dalung talam pada peusijuek
mempelai pengantin bertujuan agar kedua mempelai tersebut tetap bersatu dalam satu keluarga yang harmoni. Dalung atau talam sebagai simbol kebulatan
melambangkan satu kesatuan yang kukuh. Demikian juga halnya dalam penggunaan bue luekat pulut warna kuning atau putih dimana pulut itu yang
mengandung makna untuk melengketkan. Maka diharapkan kedua mempelai tersebut, atau orang yang di peusijuek itu akan memiliki sifat di mana jiwa dan
raganya bersatu, sebagaimana bersatu dan melekatnya pulut satu dengan yang lainnya.
Upacara adat dalam masyarakat Desa Perlak Asan sudah menjadi suatu amalan yang turun temurun dan tidak mungkin terhapus. Bahkan ia akan sentiasa
berterusan dan mengikut setiap upacara apakah sosio-budaya, sosio- kemasyarakatan, maupun sosio-keagamaan. Contohnya upacara peusijuek
peudong rumoh membuat kediaman baru, peusijuek anak yang hendak di SunatKhitan, peusijuek buet meulanggeh orang yang membuat pelanggaran,
peusijuek pade bijeh benih padi, peusijuek dapu tempat berdiang bagi wanita melairkan, orang yang hendak bertolak melaksanakan ibadah haji rukun Islam
yang kelima juga tidak terlepas dari upacara adat peusijuek dan banyak lagi upacara-upacara lainnya yang tidak luput dari peusijuek.
Untuk memisahkan upacara peusijuek di antara amalan budaya dan agama amatlah sukar. Meskipun peusijuek itu telah menjadi adat yang mengental di
Universitas Sumatera Utara
tengah-tengah masyarakat Aceh, namun tidaklah semua masyarakat Aceh melaksanakan upacara peusijuek. Ada sebahagian masyarakat Aceh yang tidak
mau melaksanakan peusijuek, bahkan menentangnya. Kelompok ini umumnya terdiri dari masyarakat Aceh yang lebih radikal atau tegas dalam pemahaman
keagamaannya. Kelompok ini menganggap bahawa peusijuek itu bukan berasal dari ajaran agama Islam, akan tetapi merupakan warisan dari sisa-sisa ajaran
agama Hindu. Hal ini diakui oleh tokoh agama dan masyarakat Aceh, namun mereka beranggapan bahwa peusijuek itu telah menjadi adat dan budaya
masyarakat Aceh. Sebagaimana pernyataan dari Muhammad Hakim Nya Pha, seorang
pensyarah di Universita Syiah Kuala Banda Aceh, kini menjawat sebagai Hakim Agung di Jakarta dan juga tokoh adat Aceh. Beliau telah banyak menulis tentang
hukum adat Aceh dalam berbagai seminar, beliau menyatakan bahawa peusijuek itu memang merupakan peninggalan budaya Hindu, akan tetapi telah menjadi
tradisi dan budaya Aceh sejak zaman dahulu hingga saat ini, dan tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.
7
Lain halnya upacara-upacara adat yang dilaksanakn oleh masyarakat Perlak Asan, hampir keseluruhan masyarakat melaksanakan acara peusijuek dalam
semua bidang. Oleh kerana peusijuek mengiringi hampir semua upacara dalam masyarakat Gampong Perlak Asan, sehingga amat sukar untuk membedakan
aspek adat dari amalan agama.
2.2. Adat Peutron Aneuk pada Masyarakat Aceh di Desa Perlak Asan